Mantan Muridku Yang Perkasa



Posted by: @xstorytweet



Kisah dan Cerita Panas ini berawal dari keberanian mantan muridku, Sandi. Tampaknya sejak SD dia sudah sering mengintip dan memperhatikan tubuhku yang molek. Sebenernya cerita dewasa ini tak layak diceritakan. Tapi, apa mau dikata perbuatan itu telah kami lakukan, dan kenikmatan itu ingin kami bagikan disini.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
“Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
“Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
“Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”
Namaku Asmiati, tinggi 160 sentimeter, berat 56 kilogram, lingkar pinggang 65 sentimeter. Secara keseluruhan, sosokku kencang, garis tubuhku tampak bila mengenakan pakaian yang ketat terutama pakaian senam. Aku adalah Ibu dari dua anak berusia 44 tahun dan bekerja sebagai seorang guru disebuah SLTA di kota S.
Kata orang tahi lalat di daguku seperti Berliana Febriyanti, dan bentuk tubuhku mirip Minati Atmanegara yang tetap kencang di usia yang semakin menua. Mungkin mereka ada benarnya, tetapi aku memiliki payudara yang lebih besar sehingga terlihat lebih menggairahkan dibanding artis yang kedua. Semua karunia itu kudapat dengan olahraga yang teratur.
Kira-kira 6 tahun yang lalu saat usiaku masih 38 tahun salah seorang sehabatku menitipkan anaknya yang ingin kuliah di tempatku, karena ia teman baikku dan suamiku tidak keberatan akhirnya aku menyetujuinya. Nama pemuda itu Sandi, kulitnya kuning langsat dengan tinggi 173 cm. Badannya kurus kekar karena Sandi seorang atlit karate di tempatnya. Oh ya, Sandi ini pernah menjadi muridku saat aku masih menjadi guru SD.
Sandi sangat sopan dan tahu diri. Dia banyak membantu pekerjaan rumah dan sering menemani atau mengantar kedua anakku jika ingin bepergian. Dalam waktu sebulan saja dia sudah menyatu dengan keluargaku, bahkan suamiku sering mengajaknya main tenis bersama. Aku juga menjadi terbiasa dengan kehadirannya, awalnya aku sangat menjaga penampilanku bila di depannya. Aku tidak malu lagi mengenakan baju kaos ketat yang bagian dadanya agak rendah, lagi pula Sandi memperlihatkan sikap yang wajar jika aku mengenakan pakaian yang agak menonjolkan keindahan garis tubuhku.
Sekitar 3 bulan setelah kedatangannya, suamiku mendapat tugas sekolah S-2 keluar negeri selama 2, 5 tahun. Aku sangat berat melepasnya, karena aku bingung bagaimana menyalurkan kebutuhan sex-ku yang masih menggebu-gebu. Walau usiaku sudah tidak muda lagi, tapi aku rutin melakukannya dengan suamiku, paling tidak seminggu 5 kali. Mungkin itu karena olahraga yang selalu aku jalankan, sehingga hasrat tubuhku masih seperti anak muda. Dan kini dengan kepergiannya otomatis aku harus menahan diri.
Awalnya biasa saja, tapi setelah 2 bulan kesepian yang amat sangat menyerangku. Itu membuat aku menjadi uring-uringan dan menjadi malas-malasan. Seperti minggu pagi itu, walau jam telah menunjukkan angka 9. Karena kemarin kedua anakku minta diantar bermalam di rumah nenek mereka, sehingga hari ini aku ingin tidur sepuas-puasnya. Setelah makan, aku lalu tidur-tiduran di sofa di depan TV. Tak lama terdengar suara pintu dIbuka dari kamar Sandi.
Kudengar suara langkahnya mendekatiku.
“Bu Asmi..?” Suaranya berbisik, aku diam saja. Kupejamkan mataku makin erat. Setelah beberapa saat lengang, tiba-tiba aku tercekat ketika merasakan sesuatu di pahaku. Kuintip melalui sudut mataku, ternyata Sandi sudah berdiri di samping ranjangku, dan matanya sedang tertuju menatap tubuhku, tangannya memegang bagian bawah gaunku, aku lupa kalau aku sedang mengenakan baju tidur yang tipis, apa lagi tidur telentang pula. Hatiku menjadi berdebar-debar tak karuan, aku terus berpura-pura tertidur.
“Bu Asmi..?” Suara Sandi terdengar keras, kukira dia ingin memastikan apakah tidurku benar-benar nyeyak atau tidak.
Aku memutuskan untuk pura-pura tidur. Kurasakan gaun tidurku tersingkap semua sampai keleher.
Lalu kurasakan Sandi mengelus bibirku, jantungku seperti melompat, aku mencoba tetap tenang agar pemuda itu tidak curiga. Kurasakan lagi tangan itu mengelus-elus ketiakku, karena tanganku masuk ke dalam bantal otomatis ketiakku terlihat. Kuintip lagi, wajah pemuda itu dekat sekali dengan wajahku, tapi aku yakin ia belum tahu kalau aku pura-pura tertidur kuatur napas selembut mungkin.
Lalu kurasakan tangannya menelusuri leherku, bulu kudukku meremang geli, aku mencoba bertahan, aku ingin tahu apa yang ingin dilakukannya terhadap tubuhku. Tak lama kemuadian aku merasakan tangannya meraba buah dadaku yang masih tertutup BH berwarna hitam, mula-mula ia cuma mengelus-elus, aku tetap diam sambil menikmati elusannya, lalu aku merasakan buah dadaku mulai diremas-remas, aku merasakan seperti ada sesuatu yang sedang bergejolak di dalam tubuhku, aku sudah lama merindukan sentuhan laki-laki dan kekasaran seorang pria. Aku memutuskan tetap diam sampai saatnya tiba.
Sekarang tangan Sandi sedang berusaha membuka kancing BH-ku dari depan, tak lama kemudian kurasakan tangan dingin pemuda itu meremas dan memilin puting susuku. Aku ingin merintih nikmat tapi nanti amalah membuatnya takut, jadi kurasakan remasannya dalam diam. Kurasakan tangannya gemetar saat memencet puting susuku, kulirik pelan, kulihat Sandi mendekatkan wajahnya ke arah buah dadaku. Lalu ia menjilat-jilat puting susuku, tubuhku ingin menggeliat merasakan kenikmatan isapannya, aku terus bertahan. Kulirik puting susuku yang berwarna merah tua sudah mengkilat oleh air liurnya, mulutnya terus menyedot puting susuku disertai gigitan-gigitan kecil. Perasaanku campur aduk tidak karuan, nikmat sekali.
Tangan kanan Sandi mulai menelusuri selangkanganku, lalu kurasakan jarinya meraba vaginaku yang masih tertutup CD, aku tak tahu apakah vaginaku sudah basah apa belum. Yang jelas jari-jari Sandi menekan-nekan lubang vaginaku dari luar CD, lalu kurasakan tangannya menyusup masuk ke dalam CD-ku. Jantungku berdetak keras sekali, kurasakan kenikmatan menjalari tubuhku. Jari-jari Sandi mencoba memasuki lubang vaginaku, lalu kurasakan jarinya amblas masuk ke dalam, wah nikmat sekali. Aku harus mengakhiri Sandiwaraku, aku sudah tak tahan lagi, kubuka mataku sambil menyentakkan tubuhku.
“Sandi!! Ngapain kamu?”
Aku berusaha bangun duduk, tapi tangan Sandi menekan pundakku dengan keras. Tiba-tiba Sandi mecium mulutku secepat kilat, aku berusaha memberontak dengan mengerahkan seluruh tenagaku. Tapi Sandi makin keras menekan pundakku, malah sekarang pemuda itu menindih tubuhku, aku kesulitan bernapas ditindih tubuhnya yang besar dan kekar berotot. Kurasakan mulutnya kembali melumat mulutku, lidahnya masuk ke dalam mulutku, tapi aku pura-pura menolak.
“Bu.., maafkan saya. Sudah lama saya ingin merasakan ini, maafkan saya Bu… ” Sandi melepaskan ciumannya lalu memandangku dengan pandangan meminta.
“Kamu kan bisa denagan teman-teman kamu yang masih muda. Ibukan sudah tua,” Ujarku lembut.
“Tapi saya sudah tergila-gila dengan Bu Asmi.. Saat SD saya sering mengintip BH yang Ibu gunakan… Saya akan memuaskan Ibu sepuas-puasnya,” jawab Sandi.
“Ah kamu… Ya sudah terserah kamu sajalah”
Aku pura-pura menghela napas panjang, padahal tubuhku sudah tidak tahan ingin dijamah olehnya.
Lalu Sandi melumat bibirku dan pelan-pelan aku meladeni permainan lidahnya. Kedua tangannya meremas-remas pantatku. Untuk membuatnya semakin membara, aku minta izin ke WC yang ada di dalam kamar tidurku. Di dalam kamar mandi, kubuka semua pakaian yang ada di tubuhku, kupandangi badanku di cermin. Benarkah pemuda seperti Sandi terangsang melihat tubuhku ini? Perduli amat yang penting aku ingin merasakan bagaimana sich bercinta dengan remaja yang masih panas.
Keluar dari kamar mandi, Sandi persis masuk kamar. Matanya terbeliak melihat tubuh sintalku yang tidak berpenutup sehelai benangpun.
“Body Ibu bagus banget.. ” dia memuji sembari mengecup putting susuku yang sudah mengeras sedari tadi. Tubuhku disandarkannya di tembok depan kamar mandi. Lalu diciuminya sekujur tubuhku, mulai dari pipi, kedua telinga, leher, hingga ke dadaku. Sepasang payudara montokku habis diremas-remas dan diciumi. Putingku setengah digigit-gigit, digelitik-gelitik dengan ujung lidah, juga dikenyot-kenyot dengan sangat bernafsu.
“Ibu hebat…,” desisnya.
“Apanya yang hebat..?” Tanyaku sambil mangacak-acak rambut Sandi yang panjang seleher.
“Badan Ibu enggak banyak berubah dibandingkan saya SD dulu” Katanya sambil terus melumat puting susuku. Nikmat sekali.
“Itu karena Ibu teratur olahraga” jawabku sembari meremas tonjolan kemaluannya. Dengan bergegas kuloloskan celana hingga celana dalamnya. Mengerti kemauanku, dia lalu duduk di pinggir ranjang dengan kedua kaki mengangkang. DIbukanya sendiri baju kaosnya, sementara aku berlutut meraih batang penisnya, sehingga kini kami sama-sama bugil.
Agak lama aku mencumbu kemaluannya, Sandi minta gantian, dia ingin mengerjai vaginaku.
“Masukin aja yuk, Ibu sudah ingin ngerasain penis kamu San!” Cegahku sambil menciumnya.
Sandi tersenyum lebar. “Sudah enggak sabar ya ?” godanya.
“Kamu juga sudah enggak kuatkan sebenarnya San,” Balasku sambil mencubit perutnya yang berotot.
Sandi tersenyum lalu menarik tubuhku. Kami berpelukan, berciuman rapat sekali, berguling-guling di atas ranjang. Ternyata Sandi pintar sekali bercumbu. Birahiku naik semakin tinggi dalam waktu yang sangat singkat. Terasa vaginaku semakin berdenyut-denyut, lendirku kian membanjir, tidak sabar menanti terobosan batang kemaluan Sandi yang besar.
Berbeda dengan suamiku, Sandi nampaknya lebih sabar. Dia tidak segera memasukkan batang penisnya, melainkan terus menciumi sekujur tubuhku. Terakhir dia membalikkan tubuhku hingga menelungkup, lalu diciuminya kedua pahaku bagian belakang, naik ke bongkahan pantatku, terus naik lagi hingga ke tengkuk. Birahiku menggelegak-gelegak.
Sandi menyelipkan tangan kirinya ke bawah tubuhku, tubuh kami berimpitan dengan posisi aku membelakangi Sandi, lalu diremas-remasnya buah dadaku. Lidahnya terus menjilat-jilat tengkuk, telinga, dan sesekali pipiku. Sementara itu tangan kanannya mengusap-usap vaginaku dari belakang. Terasa jari tengahnya menyusup lembut ke dalam liang vaginaku yang basah merekah.
“Vagina Ibu bagus, tebel, pasti enak ‘bercinta’ sama Ibu…,” dia berbisik persis di telingaku. Suaranya sudah sangat parau, pertanda birahinya pun sama tingginya dengan aku. Aku tidak bisa bereaksi apapun lagi. Kubiarkan saja apapun yang dilakukan Sandi, hingga terasa tangan kanannya bergerak mengangkat sebelah pahaku.
Mataku terpejam rapat, seakan tak dapat lagi membuka. Terasa nafas Sandi semakin memburu, sementara ujung lidahnya menggelitiki lubang telingaku. Tangan kirinya menggenggam dan meremas gemas buah dadaku, sementara yang kanan mengangkat sebelah pahaku semakin tinggi. Lalu…, terasa sebuah benda tumpul menyeruak masuk ke liang vaginaku dari arah belakang. Oh, my God, dia telah memasukkan rudalnya…!!!
Sejenak aku tidak dapat bereaksi sama sekali, melainkan hanya menggigit bibir kuat-kuat. Kunikmati inci demi inci batang kemaluan Sandi memasuki liang vaginaku. Terasa penuh, nikmat luar biasa.
“Oohh…,” sesaat kemudian aku mulai bereaksi tak karuan. Tubuhku langsung menggerinjal-gerinjal, sementara Sandi mulai memaju mundurkan tongkat wasiatnya. Mulutku mulai merintih-rintih tak terkendali.
“Saann, penismu enaaak…!!!,” kataku setengah menjerit.
Sandi tidak menjawab, melainkan terus memaju mundurkan rudalnya. Gerakannya cepat dan kuat, bahkan cenderung kasar. Tentu saja aku semakin menjerit-jerit dibuatnya. Batang penisnya yang besar itu seperti hendak membongkar liang vaginaku sampai ke dasar.
“Oohh…, toloongg.., gustii…!!!”
Sandi malah semakin bersemangat mendengar jerit dan rintihanku. Aku semakin erotis.
“Aahh, penismu…, oohh, aarrghh…, penismuu…, oohh…!!!”
Sandi terus menggecak-gecak. Tenaganya kuat sekali, apalagi dengan batang penis yang luar biasa keras dan kaku. Walaupun kami bersetubuh dengan posisi menyamping, nampaknya Sandi sama sekali tidak kesulitan menyodokkan batang kemaluannya pada vaginaku. Orgasmeku cepat sekali terasa akan meledak.
“Ibu mau keluar! Ibu mau keluaaar!!” aku menjerit-jerit.
“Yah, yah, yah, aku juga, aku juga! Enak banget ‘bercinta’ sama Ibu!” Sandi menyodok-nyodok semakin kencang.
“Sodok terus, Saann!!!… Yah, ooohhh, yahh, ugghh!!!”
“Teruuss…, arrgghh…, sshh…, ohh…, sodok terus penismuuu…!”
“Oh, ah, uuugghhh… ”
“Enaaak…, penis kamu enak, penis kamu sedap, yahhh, teruuusss…”
Pada detik-detik terakhir, tangan kananku meraih pantat Sandi, kuremas bongkahan pantatnya, sementara paha kananku mengangkat lurus tinggi-tinggi. Terasa vaginaku berdenyut-denyut kencang sekali. Aku orgasme!
Sesaat aku seperti melayang, tidak ingat apa-apa kecuali nikmat yang tidak terkatakan. Mungkin sudah ada lima tahun aku tak merasakan kenikmatan seperti ini. Sandi mengecup-ngecup pipi serta daun telingaku. Sejenak dia membiarkan aku mengatur nafas, sebelum kemudian dia memintaku menungging. Aku baru sadar bahwa ternyata dia belum mencapai orgasme.
Kuturuti permintaan Sandi. Dengan agak lunglai akibat orgasme yang luar biasa, kuatur posisi tubuhku hingga menungging. Sandi mengikuti gerakanku, batang kemaluannya yang besar dan panjang itu tetap menancap dalam vaginaku.
Lalu perlahan terasa dia mulai mengayun pinggulnya. Ternyata dia luar biasa sabar. Dia memaju mundurkan gerak pinggulnya satu-dua secara teratur, seakan-akan kami baru saja memulai permainan, padahal tentu perjalanan birahinya sudah cukup tinggi tadi.
Aku menikmati gerakan maju-mundur penis Sandi dengan diam. Kepalaku tertunduk, kuatur kembali nafasku. Tidak berapa lama, vaginaku mulai terasa enak kembali. Kuangkat kepalaku, menoleh ke belakang. Sandi segera menunduk, dikecupnya pipiku.
“San.. Kamu hebat banget.. Ibu kira tadi kamu sudah hampir keluar,” kataku terus terang.
“Emangnya Ibu suka kalau aku cepet keluar?” jawabnya lembut di telingaku.
Aku tersenyum, kupalingkan mukaku lebih ke belakang. Sandi mengerti, diciumnya bibirku. Lalu dia menggenjot lebih cepat. Dia seperti mengetahui bahwa aku mulai keenakan lagi. Maka kugoyang-goyang pinggulku perlahan, ke kiri dan ke kanan.
Sandi melenguh. Diremasnya kedua bongkah pantatku, lalu gerakannya jadi lebih kuat dan cepat. Batang kemaluannya yang luar biasa keras menghunjam-hunjam vaginaku. Aku mulai mengerang-erang lagi.
“Oorrgghh…, aahh…, ennaak…, penismu enak bangeett… Ssann!!”
Sandi tidak bersuara, melainkan menggecak-gecak semakin kuat. Tubuhku sampai terguncang-guncang. Aku menjerit-jerit. Cepat sekali, birahiku merambat naik semakin tinggi. Kurasakan Sandi pun kali ini segera akan mencapai klimaks. Maka kuimbangi gerakannya dengan menggoyangkan pinggulku cepat-cepat. Kuputar-putar pantatku, sesekali kumajumundurkan berlawanan dengan gerakan Sandi. Pemuda itu mulai mengerang-erang pertanda dia pun segera akan orgasme.
Tiba-tiba Sandi menyuruhku berbalik. Dicabutnya penisnya dari kemaluanku. Aku berbalik cepat. Lalu kukangkangkan kedua kakiku dengan setengah mengangkatnya. Sandi langsung menyodokkan kedua dengkulnya hingga merapat pada pahaku. Kedua kakiku menekuk mengangkang. Sandi memegang kedua kakiku di bawah lutut, lalu batang penisnya yang keras menghunjam mulut vaginaku yang menganga.
“Aarrgghhh…!!!” aku menjerit.
“Aku hampir keluar!” Sandi bergumam. Gerakannya langsung cepat dan kuat. Aku tidak bisa bergoyang dalam posisi seperti itu, maka aku pasrah saja, menikmati gecakan-gecakan keras batang kemaluan Sandi. Kedua tanganku mencengkeram sprei kuat-kuat.
“Terus, Sayang…, teruuusss…!”desahku.
“Ooohhh, enak sekali…, aku keenakan…, enak ‘bercinta’ sama Ibu!” Erang Sandi
“Ibu juga, Ibu juga, vagina Ibu keenakaan…!” Balasku.
“Aku sudah hampir keluar, Buu…, vagina Ibu enak bangeet… ”
“Ibu juga mau keluar lagi, tahan dulu! Teruss…, yaah, aku juga mau keluarr!”
“Ah, oh, uughhh, aku enggak tahan, aku enggak tahan, aku mau keluaaar…!”
“Yaahh teruuss, sodok teruss!!! Ibu enak enak, Ibu enak, Saann…, aku mau keluar, aku mau keluar, vaginaku keenakan, aku keenakan ‘bercinta’ sama kamu…, yaahh…, teruss…, aarrgghh…, ssshhh…, uughhh…, aarrrghh!!!”
Tubuhku mengejang sesaat sementara otot vaginaku terasa berdenyut-denyut kencang. Aku menjerit panjang, tak kuasa menahan nikmatnya orgasme. Pada saat bersamaan, Sandi menekan kuat-kuat, menghunjamkan batang kemaluannya dalam-dalam di liang vaginaku.
“Oohhh…!!!” dia pun menjerit, sementara terasa kemaluannya menyembur-nyemburkan cairan mani di dalam vaginaku. Nikmatnya tak terkatakan, indah sekali mencapai orgasme dalam waktu persis bersamaan seperti itu.
Lalu tubuh kami sama-sama melunglai, tetapi kemaluan kami masih terus bertautan. Sandi memelukku mesra sekali. Sejenak kami sama-sama sIbuk mengatur nafas.
“Enak banget,” bisik Sandi beberapa saat kemudian.
“Hmmm…” Aku menggeliat manja. Terasa batang kemaluan Sandi bergerak-gerak di dalam vaginaku.
“Vagina Ibu enak banget, bisa nyedot-nyedot gitu…”
“Apalagi penis kamu…, gede, keras, dalemmm…”
Sandi bergerak menciumi aku lagi. Kali ini diangkatnya tangan kananku, lalu kepalanya menyusup mencium ketiakku. Aku mengikik kegelian. Sandi menjilati keringat yang membasahi ketiakku. Geli, tapi enak. Apalagi kemudian lidahnya terus menjulur-julur menjilati buah dadaku.
Sandi lalu menetek seperti bayi. Aku mengikik lagi. Putingku dihisap, dijilat, digigit-gigit kecil. Kujambaki rambut Sandi karena kelakuannya itu membuat birahiku mulai menyentak-nyentak lagi. Sandi mengangkat wajahnya sedikit, tersenyum tipis, lalu berkata,
“Aku bisa enggak puas-puas ‘bercinta’ sama Ibu… Ibu juga suka kan?”
Aku tersenyum saja, dan itu sudah cukup bagi Sandi sebagai jawaban. Alhasil, seharian itu kami bersetubuh lagi. Setelah break sejenak di sore hari malamnya Sandi kembali meminta jatah dariku. Sedikitnya malam itu ada 3 ronde tambahan yang kami mainkan dengan entah berapa kali aku mencapai orgasme. Yang jelas, keesokan paginya tubuhku benar-benar lunglai, lemas tak bertenaga.
Hampir tidak tidur sama sekali, tapi aku tetap pergi ke sekolah. Di sekolah rasanya aku kuyu sekali. Teman-teman banyak yang mengira aku sakit, padahal aku justru sedang happy, sehabis bersetubuh sehari semalam dengan bekas muridku yang perkasa.

*E N D*

Jono Namaku



Posted by: @xstorytweet



Beberapa minggu pertama terasa berat bagiku. Karena mungkin aku gak terbiasa hidup jauh dari orang tuaku. Di rumah bude Surti cuman ada anak semata wayangnya, ipung yang masih duduk di bangku SMP. Sedangkan suaminya pergi ke luar pulau. Karena bekerja sebagai kontraktor jalan, dan mendapat proyek di Banjarmasin. Dan terakhir pulang saat lebaran tahun lalu. Bude ku dulunya adalah seorang sinden. Dulu, kata beliau tiap hari hampir pasti ada tanggapan. Tapi sekarang dia mengurangi intensitasnya supaya bisa fokus mengawasi sekolah ipung. Anak semata wayangnya.
Namaku Jono. Aku anak kedua. Ayahku, Muji 46th kerja mempunyai usaha mebel yang sudah cukup terkenal di Surabaya. Ibuku, Sri 42h juga mempunyai sebuah toko di Pusat Grosir terkenal di Surabaya. Aku adalah anak tunngal di keluargaku.
Saat ini aku akan memasuki masa kuliah. Karena aku baru lulus SMU, dan setelah mengikuti ujian masuk perguruan tinggi, aku diterima di salah satu universitas negri di Jogja. Karena aku harus tinggal di Jogja, Ibuku menyuruhku untuk tinggal di rumah Bude Surti. Kakak Ibu, umurnya cuman selisih setahun dengan Ibu. Ibu tidak memperbolehkan aku untuk kos supaya aku ada yang mengawasi.
Hingga pada suatu hari ada suatu kejadian yang membuatku mulai merasa kerasan tinggal di Jogja. Saat itu aku baru pulang kuliah. Jam menunjukan jam 4. Di rumah ternyata tidak ada orang. Mungkin bibiku ada tanggapan pikirku. Karena kecapekan aku tidur tiduran di ruang tengah. Tak berselang lama Budeku datang. Dia memakai kebaya khas sinden. Aq lihat sekilas sih badannya masih montok. Gak gembrot kayak ibu2 lainnya. Bahkan menurutku, ibuku kalah montok dengan Bude Surti.
“Lo kamu dah pulang to le”, kata Budeku
“Iya bude. Abis kuliah siang.. Bude habis tanggapan yah ?”, Jawabku
“Iyah dari desa sebelah. Lo kamu sakit ta le. Ya wes mandi biar seger. Tapi bude dulu ya yang mandi. Keringetan dari tadi.” Kata Bude
Bude ngeloyor masuk ke kamarnya. Tak berselang lama Bude keluar dari kamar. Yang bikin aku kaget adalah. Dia waktu itu memakai handuk yang hanya menutupi sebagian dada sampai hanya sebagian pahanya. Jelas terlihat sebagian tetek Budek yang gede. Yang seakan mo meloncat keluar. Tapi kulihat juga tali Bhnya. Bhnya sepertinya tidak dia lepas. Selain memperhatikan tetek yang gede itu, aku sepintas mencuri lihat ke bokong nya yang juga sangat montok pikirku. Hmmmm… pelahan adikku mulai berontak dan bikin celana sempit.
Bude mondar mandir seakan ada yang dia cari. Dan dia berhenti di pojokan deket aku tiduran tadi. Ternyata dia mo mengambil BH ama celana dalam yang kering habis dicuci di kerangjang cucian. Karena tempat cucian keringnya berupa keranjang dan ditaruh di lantai, dia mengambil dengan cari membungkuk membelakangiku. Entah gak sadar atao gimana, saat dia menungging, bokongnya yang super semok itu jelas terpampang. Dan aku melihatnya dengan jelas. Tentu juga celana dalamnya yang seolah gak muat membungkus bokong itu. Uhhhhhhh… bikin kontolku mulai bangun nih.
Terus kuperhatian saat dia nungging, terlihat di tengah-tengahnya seperti daging yang menyembul. Agak tembem. Dan terlihat samar2 warna hitam dibalik sempak Bude. Sssssssshhhh.. ini pasti memek Budeku yang ditumbuhi jembut. Aq jadi penasaran pengen melihat betapa tembemnya memek bude ama lebatnya jembut Bude. Makin lama kontolku makin keras ajah ni. Tak seberapa lama Bude selesai memiulih celana dalam dan BH untuk ganti. Waaaaaahhh… rejeki yang kecepetan pikirku. Dan Dia akhirnya masuk ke kamar mandi.
Baru masuk kamar mandi, ada suara “Serrrrrrrrr…serrrrrr” keras sekali. Wah ini pasti Bude lagi kencing. Aku semakin penasaran nih ama memek Bude. Nyemprotnya sampek segitu keras. Aku berfantasi yang lebih liar, mungkin karena aku seringnonton film bokep di laptop.
Beberapa menit kemudian, Bude keluar dari kamar mandi dengan sudah memakai daster. Dan dia menyuruhku untuk mandi. Aku pun bergegas mandi.
Setelah masuk ke kamar mandi, aku mendapat rejeki lagi. Di kaitan baju dalam kamar mandi terpampang dua benda yang bikin kontolku berdiri secara perlahan. Kulihat BH ama celana dalam Bude. BHnya gede. Celana dalam berenda itu kulihat ada bekas kuning dibagian depannya. Wah ini bekas kencing Bude pikirku. Akhirnya aku gak kuat, karena dari tadi kontolku udah mengeras saat aku melihat dan memegang megang Celana dalam dan BH Bude. Akhirnya aku selesaikan dengan mengocok sendiri. Ku kocok kocok makin lama makin cepat. Dan.. Crrrooooott…crooootttt…. menyemburlah sprema ku. Uhhhhh legaaa… tapi aku masih penasaran ama isi sebenarnya dari BH dan celana dalam Bude.
Hari makin hari makin malam. Setelah makan malam, aku, Bude dan Ipung lagi lesehan di depan TV. Malam ini Bude memakai daster dengan belahan paha yang agak tinggi. Duduknya bersimpuh. Khas seperti sinden. Dia disibukkan dengan menjahit baju. Sedangkan aku dan ipung tiduran di depannya menghadap TV. Iseng iseng aku mencuri pandang ke arah Bude. Sepintas aku liat dia duduk pahanya agak membuka. Wah walaupun agak gelap dan samar aku bisa lihat mulusnya paha Budeku. Ini yang membuat aq berpikiran jorok dan membuat tegang kontolku.
Hari makin malam, ipung yang ngantuk pindah ke kamarnya. Sambil menonton TV Bude sama aku ngobrol.-ngobrol.
Bude : “Gimana kuliahnya kamu Jon ?”
Aku : “Baik Bude. Seru temen-temenku”
Bude : “Dah punya cewek belum kamu le ?”
Aku : “Belum Bude masih pilih-pilih… hehehe”
Bude : “Lo yang kemarin.. sapa tu namanya ? Wulan ? Itu bukan pacarmu to”
Aku : “Oh itu. Belom Bude. Aku masih kurang Sreg. Dianya itu yang ngebet ma aku”
Bude : “Oooo.. tapi kapanhari Bude intip kamu lagi ciuman tu pas dia dateng kesini”
Mendengar itu aku kaget dan malu. Wah ternyata diam-diam Bude mengawasiku kalo lagi indehoy. Aku hanya senyum-senyum.
Bude : “Gpp le, namanya juga anak muda. Bude dulu juga gitu. Selain ciuman kalo lagi berduaan sepi kamu ngapain lagi hayooo?”
Bude menggodaku sambil senyum-senyum
Aku pun dibuat salah tingkah olehnya. “Ngapain ? Gak ngapa-ngapain kok Bude” jawabku sedikit gugup.
Bude : “Hmmm ngakunya gak ngapa-ngapaiiiin. Padahal bude pernah ngintip km lo. Kalian saling remas barang masing-masing. Hhihih ”
Aku kaget lagi. Ternyata bude tau kalo aku sering grepe-grepe.
Bude : “Gak usah malu gitu le. Kalopun kamu keterusan, yang penting kamu bisa mnegerti betul tentang sex”
aku terperangah. Jarang-jarang bude ngomong seperti ini.
Aku : “Eee.eee.. maksutnya Bude?”
Bude : “Yaaa.. seandainya kamu gak kuat dan terpaksa itu otong kamu kepingin muntah. Yaa seenggaknya kamu pake kondom gitu le”
Bude ngomong begitu sambil menunjuk kearah celanaku. Dia gak tau kalo isinya dah tegang hasil mengintip paha yang keliatan karena duduknya agak membuka.
Aku : “Eee. I.. I.. iya Bude.”
Bude : “Gimana rasanya teteknya si wulan itu le ? Enak ?”
Aku : “Eee… lumayan kenyal Bude.”
jawabku dengan agak meringis. Dan akupun semakin berani karena arah pembicaraan udah memanas.
Aku : “Kalo Bude gimana. Pakde kan jarang pulang. Kalo pengen begituan gimana donk Bude ? ”
Aku sedikit takut akan pertanyaanku. Tapi ternyata dia merespon pertanyaanku tanpa marah.
Bude : “Hmmm.. mau tau ajah kamu jon”
Bude : “Iya kalo kamu jon, gak kuat nahan paling-paling dikocok sendiri. Anak muda kan gitu biasanya”
Bude : “Oh iya le.. ntar kalo jahitnya selesai, kamu pijit Bude ya. Pegel semua abis ada tanggapan 2 tempat tadi.”
Aku : “Iya bude”
Wah rejeki apalagi nih pikirku. Bisa mijitin badan Bude yang montok. Tak berselang Bude selesai menjahit. Dan dia mengambil minyak urut di kamarnya.
Bude : “Mijitnya di sini aja yah le. Sambil liat TV”
Bude dengan entengnya membuka dasternya dengan hanya menyisakan BH dan celana dalam berenda warna putih. Aku shock, terdiam. Tetek bude serasa mau loncat dari Bhnya.
Bude : “Lo le.. kok diem saja. Kayak yang gak pernah lihat ginian. Bukannya wes biasa ama Wulan. Hehe”
Bude pun langsung tengkurap di tikar dan menyerahkan minyak urut ke aku
Aku : “Beda bude”
Bude : “Beda apanya to le. Palingan tetek wulan lebih kenceng dari punya Bude.”
Sambil melumuri minyak dan mulai mengurut punggung Bude aku melanjutkan ngobrol.
Aku : “Hmm… punya Bude lebih montok. Lebih seger kayaknya. Hehehe. Lagian mana tau aku kalo punya wulan lebih kenceng. La wong aku gak pernah megang punya Bude. Hehehe”
Bude : “Husss ngawur”
Karena Bude masih memakai BH, aku kesulitan untuk mengurut punggungnya.
Aku : “Bude behanya dicopot ajah ya, aku gak leluasa ngurut punggungnya. Ada tali behanya”
Bude : “Ya wes le, buka aja”
aku buka tali pengait behanya. Dan Bude agak mengangkat badannya dan melemparkan beha yang gede itu ke samping. Sekilas aku dapat melihat gedenya tetek Bude dari samping. Aku kembali fokus mengurut punggung Bude. Sekali-sekali aku elus punggungnya.
“Hmm..mmmm”, Bude sepertinya keenakan dengan pijatanku.
Sesekali aku memijat bagian samping punggungnya. Dan tak sengaja aku menyenggol teteknya. Bude keenakan sepertinya. Tangannya yang sedari tadi nempel di tubuhnya sekarang direnggangkan. Hmm.. kulihat di ketiaknya terdapapat bulu yang lumayan lebat. Mirip seperti artis Eva Arnas jaman dulu. Wah ini membuat aku semakin horny aja.
Bude : “Kok kamu ngurutnya di punggung aja to le. Turun donk biar rata pegelnya ilang”
Aku : “Turun kemana bude ?”
pura-pura aku tanya.
Bude : “Ya ke bokong trus ke paha bude”
Aku : “Oh.. I.. iya bude’
Aku pun ganti mngurut bokong bude. Sesekali bokong semok ini aku remas-remas.
“Sssstttt… hmmm.. enak le pijatanmu”
Bude keenakan spertinya. Matanya mulai merem merasakan nikmat. Abis aku pijat sama meremas-remas aku mulai turun ke pahanya. Aku mencoba untuk hanya mengelus-elus pahanya. Dari bawah jalan ke atas sampai bokongnya. Aku coba tanganku aku selipkan di selangkangannya. Hmmm.. terasa itu memek bude dibalik cd nya. Terasa tembem kayak kue apem.
Praktis pijatanku ini membuat bude keenakan. Erangan halusnya makin sering terdengar.
“Shhhh.. hhhhh.. hmmmmm”
Sakit enaknya, dia sampai sedikit membuka kakinya. Wah memek tembemnya makin keliatan nih. Samar2 kulihat jembutnya di balik celana dalamnya. Bahkan beberapa jembut keluar dari celana dalamnya. Pemandangan jelas membuat aku semakin horny. Kontolku sepertinya mo berontak keluar. Aku semakin meningkatkan intesitas mengurutku di daerah ini.
Bude : “Hmm… enak le. Makanya si wulan seneng banget kalo km remas2 le”
Aku : “Hehehe… bude tak liat-liat badanya masih sekel. Masih bagus Bude. Montok lagi. Padahal bude gak pernah olahraga”
Bude : “Bude minum jamu donk. Jamu sehat wanita”
Aku : “Wah enak donk jadi pakde. Bude minum jamu mulu siii”
Bude : “Ntar kalo kamu udah kawin kamu bisa merasakan enaknya”
Pikirku mulai ngalor-ngidul. “Ah sekarang ajah aku ngentot ama Bude. Merasakan enaknya kayak pakde” batinku
Mungkin karena sudah birahi, terlihat celana dalam Bude agak basah.
“Ini mijetnya udah Bude ? Mana lagi ni yang mo dipijit ?” Aku terpaksa ngomong begitu karena tanganku pun dah berasa capek.
“Lo yang depan belom le”
Whaaaat… wah ini mah rejeki nomplok. Kapan lagi aku bisa menikmati tetek Bude. Tanpa babibu Bude langsung membalikkan badan. Woooooo…. tetek Bude yang selama in i cuman bisa aku bayangkan sekarang ada di depan mata. Mimpi apaan nih aku semalem.
“Lo ayo le jangan diem ajah. Tetek Bude pegel ini. Ayo cepet dipijet.”
Aku pun menurut ama Bude. Kuurut itu tetek Bude. Terlihat tetek bude pentilnya dah mulai item. Tapi gede. Awalnya sih tidak ada reaksi saat aku memijat sambil meremas tetek Bude. Tapi lama kelamaan Bude menikmatinya.
“Wenaaaak joooo.n….”
Mata Bude sambil tertutup menikmati pijatanku ini. Kusenggol pentilnya yang item. Sesekali aku pilin itu pentilnya. Shhh.. begitu erangnya. Dan entah ada dorongan dari mana, aku mencoba mendekat. Aku coba menjilat itu pentil. “Slllrrrrppp…” sesekali aku kecup… aku sedot sedot… Tanganku satunya meremas tetek satunya lagi…
“Ssssh… aahhhhhhhhh” erang Bude
Slrrrrrpp… cupppp…ceppppp… slrrpppp.. “Hmmm tetek Bude kenyal banget. Punya wulan kalah ni Bude”
“Terussss jooon… enaaaak… duh badan Bude geli semua ini” Bude meracau.
Bibirku sekarang mencoba menggapai Bibir Bude. Kucium. Lidahku masuk ke bibirnya. Aku sedot sedot. Sampai air liurnya masuk ke mulutku. Ciumanku mulai berjalan dari bibir Bude turun melewati leher dan ke tetek lagi. Ku kenyot kenyot itu tetek. Tanganku satunya berjalan ke arah selangkangan Bude. Sempaknya yang basah aku gosok gosok. Pinggul Bude karena keenakan bergoyang goyang menikmati. Aku masukkan tangganku ke dalam celana dalam. Terasa itu lebatnya memek Bude. Aku cari cari akhirnya ketemu itu lubang memeknya.
“Shhh achhhh… ashhh achhhhh….”
Mendengar erangan Bude aku coba masukkan jariku ke memek Bude. Aku coba gosok klentitnya. Dan aku coba kosok itu memek.
“Sshhhh.. enak leee. Terus leeee… ya itu disitu le… wenak leeee”
goyangan pantat Bude ke atas ke bawah. Aku coba buka itu celana dalam Bude. Bude membantunya dengan membukanya sendiri.
Kenyotanku pada teteknya aku hentikan. Aku sekarang dapat melihat betapa rimbunya memek Bude. Bude mekangkang. Wajahku mencoba mendekat. Kuciumi itu jembut2nya. Kusibak jembutnya. Setelah memek tembemnya keliatann Aku jilat bagian luarnya. Lidahku memainkan jilatan di klitorisnya. Kumasukkan lidahku ke lubang memek Bude.
“Ahhhhh… ahhh.. argghhhh.. wenak… wenak… arhhhhh… awww… enak leeee…”
untuk menghentikan erangan Bude aku copot semua baju dan celanaku. Aku coba mengambil gaya 69. Wajahku di memeknya Bude, dan wajah Bude pas di kontiku.
Tanpa Ku komando, Bude dengan rakusnya mengenyot kontolku. Dia jilat dan disedot dengat enaknya.
“Kontolmu enak jooon, cepp ceppp..slrrrrppppp”…
Aku juga melanjutkan menjilkat memek Bude. Tak Lama setelah lidahku merongrong memek Bude, sepertia dia mendapatkan orgasme pertamanya.
“Shhhhh.. jooooooon bude mau keluarrrr… ahhh ahhhhh”
Dengan diikuti gerakan bokongnya keatas… dan kepalaku dia jepit sekuat kuatnya…
“Ahhhh… ahhhhh…argghhhhh…”
Setelah itu Bude melanjutkan mengulum kontolku. Karena aku berasa akan keluar aku cabut kontolku dari mulut Bude. Badanku berbalik. Sekarang posisiku diatas Bude. Kontolku skr ada di depan memek Bude. Aku gosok gosokan kontolku ini di luar memek Bude.
“Ahhhhhh… jooon… masukin kontolmu joooon… tempik Bude dah pengin di entot jooo… masukiiin”
stelah bude terasa tersiksa begini aku coba pelan pelan masukin ini rudal ke memek Bude. Awalnya agak susah, pelan pelan aku dorong dan sekarang …. blesssss…
“Arghhhhhh…. genjot jooon”
Aku genjot pelan pelan memek Bude.
“Awwwww… arghhhhh.. shhhhhhh… wenak…kontolmu joooon…. manteeep leee”
Aku mainkan irama kontolku. Cepat… terus melambat.. cepat lagi… melambat lagi…
“Ayo.. jon… genjot lebih cepet tempik Budemu ini… ahhhh… ahhhhh”
aku genjot semakin cepat…
“Bude.. aku mo keluar bude… ahhhhh… shhhh”
“Sama jooonnnn…. Bude juga dah gak kuat.. mo keluar lagi le. Keluarin di dalem ajah le…”
Tak seberapa lama terasa memek Bude melumuri kontolku dengan cairan orgasmenya… memeknya berkedut… sepertinya kontolku di hisapnya…
“Awhhhhhhh.. awhhhhhhhh… enaaaak joooo…. n”
dan aku pun udah gak uat lagi menahan… crott..croottt.croott..
“Wenak Budee… ahhhh. Ahhhhhh… arhhh”
Akhirnya kami pun lemas. Aku terbaring diatas tubuh Bude…
Bude : “Kamu nakal lee… tapi enak tadi kontolmu.. dah lama aku gak ngentot ama pak demu le…”
Aku : “Iya bude.. Tempik Bude juga enak… punyaku terasa disedot… Minum jamunya yang sering yah Bude”
Bude : “Hussss kamu.. tapi ini rahasia yo leee. Jangan sampek orang lain tau’
Aku : “Beres Bude.. asal aku nanti dikasih tempik Bude yang enak ini”
Budeku tersenyum dan akhirnya kami biasa melakukannya bila kami pengen…

*E N D*

Aku Jadi Ketagihan



Posted by: @xstorytweet



Aku adalah seorang gadis lajang. Saat ini usiaku 24 tahun, anak ke-5 dari 5 bersaudara yang semuanya perempuan. Dengan tinggi badan 168 dengan berat tubuh 56 membuat orang menganggapku sebagai gadis yang seksi dan menggiurkan. Apalagi aku selalu menjaga kebugaran tubuhku dengan berlatih fitness secara rutin. Orang bilang wajahku cantik. Padahal aku merasa biasa saja. Mungkin ini karena kulitku yang putih dan mulus. Rambutku hitam lurus sebahu. Sebut saja namaku Anna. Aku saat ini sudah sarjana teknik (kata Bang Doel “Tukang Insinyur”.. Ha.. Ha.. Ha).
Suatu hari tiga tahun yang lalu (entah hari apa aku lupa) saat itu aku sedang tidak kuliah jadi aku sendirian di rumah. Bokap dan Nyokap seperti biasa ngantor dan baru sampai di rumah setelah jam 07.00 malam. Kakak-kakakku yang semuanya sudah menikah tinggal di rumah-masing-masing yang tersebar di Jakarta dan Bandung, jadi praktis tinggal aku saja sebagai anak bungsu yang masih ada di rumah. Oh ya Bokap dan Nyokapku selalu mendidik anak-anaknya agar mampu mandiri, dan mereka tidak pernah menggunakan jasa PRT. Jadi aku selalu membersihkan rumah, mencuci dan menyetrika pakaian sendiri jika liburan.
Karena enggak ada kuliah aku masih malas-malasan di rumah. Sehabis mandi, hanya memakai celana pendek mini dan kaos you can see aku duduk-duduk di depan TV sambil nonton acara kegemaranku sinetron telenovela. Rencananya aku mau mencuci dan memasak setelah hilang rasa malasku nanti. Lagi asyik-asyiknya nonton sinetron tiba-tiba aku dikejutkan bunyi bel pintu yang ditekan berkali-kali.
Ting-tong.. Ting-tong.. Ting-tong!
“Sialan juga nih orang!! Mengganggu aja! Siapa sih!” makiku dalam hati karena kesal keasyikanku terganggu.
Dengan malas aku berjalan ke pintu untuk melihat siapa yang datang. Kulihat di depan pintu ada seseorang yang berpakaian TNI sedang cengangas-cengenges.
“Siapa pula orang ini! Keren juga” kataku dalam hati.
Aku terkejut setengah mati waktu kubuka pintu. Rupanya itu adik kandung bokapku yang paling kecil!
“Ooh Oom Heru kapan sampai di Jakarta..! Kirain monyet dari mana yang nyasar ke sini” teriakku gembira sambil terus menyalaminya.
Rupanya benar itu pamanku yang sudah lama sekali tidak datang ke rumah sejak ia ditugaskan ke daerah konflik di NAD sana (hampir 1 1/2 tahun). Oh iya aku hampir lupa, aku tinggal di Jakarta bagian selatan, tepatnya di daerah Mampang.
Oomku ini seorang perwira menengah yang masih muda, ia berpangkat Kapten waktu itu. Umurnya waktu itu baru 31 tahunan dan ia duda tanpa anak karena istrinya meninggal saat melahirkan anaknya satu tahun yang lalu. Orangnya tinggi besar dan gagah seperti papaku. Tingginya mungkin sekitar 175 Cm dengan berat badan seimbang. Kulitnya agak hitam karena banyak terbakar matahari di daerah konflik sana.
“Baru aja nyampe!! Terus mampir ke sini! Lho Anna.. Emang.. Kamu enggak kuliah? Mana papa dan Mamamu?” kulihat matanya jelalatan melihat pakaianku yang minim ini. Jakunnya naik turun seperti tercekik.
“Brengsek juga rupanya! Mungkin di NAD sana enggak pernah lihat cewek pakai rok mini kali!” kataku dalam hati.
“Enggak Oom.. Anna enggak ada kuliah kok hari ini! Papa sama Mama kan kerja! Entar sore baru pulang!” jawabku agak jengah juga melihat tatapan mata Oomku yang jelalatan seolah-oleh hendak melumat dan menelan tubuhku.
“Memang Oom Heru sedang cuti?” tanyaku untuk mencoba menghilangkan rasa jengahku.
“Lho.. Kamu enggak tahu ya? Oom Heru kan tugasnya sudah selesai dan sekarang dikembalikan ke pasukan! Jadi mulai minggu depan Oom Heru sudah masuk barak lagi di Jakarta sini”
Matanya makin jelalatan menelusuri seluruh tubuhku, sementara tanganku yang menyalaminya masih digenggamnya erat-erat seolah ia enggan melepaskan tanganku. Aku merasakan betapa tangannya begitu kokoh dan kuat menggenggam jemariku.
“Nah daripada nunggu di mess mending Oom Heru ke sini biar ada teman” katanya.
Lalu kupersilahkan Oom Heru untuk duduk di sofa ruang tengah dan kubuatkan minuman.
“Oom Anna siapin kamar tamu dulu ya? Silahkan diminum dulu tehnya! Entar keburu dingin enggak enak lho!”
Aku pun membawa tasnya ke kamar yang depan yang biasa dipakai Oom Heru dulu kalau ia menginap di rumahku. Saat aku sedang membungkuk membenahi seprei tempat tidur yang dipakainya aku terkejut ketika tiba-tiba dua tangan kekar memelukku dari belakang. Aku tidak mampu meronta karena dekapan itu begitu kuat. Terasa ada dengusan napas hangat menerpa pipiku. Pipiku dicium sedangkan dua tangan kekar mendekapku dan kedua telapak tangannya saling menyilang di pinggang kanan-kiriku yang ramping. Aku memberontak, namun apalah dayaku. Tenaganya terlalu kuat untuk kulawan. Setelah kutengok ke belakang ternyata Oom Heru yang sedang memelukku dan mencium pipiku.
“Oom ngapain! Lepasin dong Oom!” Aku berteriak agar dilepaskannya.
Karena terus terang aku belum pernah yang namanya dipeluk laki-laki! Apalagi pakai dicium segala! Tubuhku gemetar ketika tangan kokoh Oom Heru mulai bergerak ke atas dan mulai meremas payudaraku dari luar kaos singletku. Bukannya berhenti tetapi justru Oom Heru semakin menggila!
“Diam sayang.. Dari dulu Oom sangat menyayangimu” bisiknya di telingaku membuat aku geli saat ada dengusan nafas hangat menyembur bagian sensitif di belakang telingaku.
Dekapannya semakin ketat sampai aku merasakan ada semacam benda keras menempel ketat di belahan pantatku. Aku semakin menggelinjang kegelian saat bagian belakang telingaku terasa digelitik oleh benda lunak hangat dan basah! Ooh.. Rupanya Oom Heru sedang menjilati bagian belakang telingaku. Tanpa sadar aku melenguh.. Ada rasa aneh menjalar dalam diriku! Rupanya Oom Heru sangat piawai dalam menaklukkan wanita. Ini terbukti bahwa aku yang belum pernah bersentuhan dengan lelaki merasa begitu nyaman dan merasakan kenikmatan diperlakukan seperti itu.
“Ja.. Jangan Oomhh!” Aku mendesis antara menolak dan enggan melepaskan diri.
Bibir Oom Heru semakin menjalar ke depan hingga akhirnya bibirnya mulai melumat bibirku. Seprei yang tadinya kupegang terlepas sudah. Tanganku sekarang bertumpu memegang kedua punggung tangan Oom Heru yang sedang sibuk meremas dan mendekap kedua payudaraku.
Napas Oom Heru semakin menggebu seperti kerbau. Lidahnya mulai bergerak-gerak liar menyelusup ke dalam rongga mulutku. Akupun tak tahan lagi.. Tubuhku seolah mengawang hingga ke awan. Kakiku limbung seolah tanpa pijakan. Sekarang tubuhku sudah bersandar sepenuhnya bertumpu pada Oom Heru yang terus mendekapku. Mataku terpejam merasakan sensasi yang baru pertama kali ini aku alami. Tanpa terasa lidahku ikut menyambut serangan lidah Oom Heru yang bergerak-gerak liar. Selama beberapa saat lidahku dan lidah oom Heru saling bergulat bak dua ekor naga langit yang sedang bertarung.
Aku membuka mata, wajah Oom Heru sangat dekat dengan wajahku dan tangannya merangkul dan meremas kedua payudaraku. Anehnya, setelah itu aku tidak berusaha menghindar. Aku merasakan ada sesuatu yang mendesak-desak dan harus tersalurkan. Kubiarkan saja tangan Oom Heru saat mulai menyusup ke balik singletku dari bagian bawah.
Aku semakin menggelinjang saat tangannya mulai meraba perutku yang masih rata. Perlahan namun pasti tangannya mulai merayap ke atas dan ke bawah. Tangan kanan Oom Heru mulai menyentuh payudaraku yang terbungkus BH tipis itu, sementara tangan kirinya mulai menyusup ke balik celana pendek ketatku. Aku tak sadar tanganku bergerak ke belakang dan mulai meremas rambutnya.
Tubuh kami masih berhimpit berdiri menghadap searah. Oom Heru masih tetap mendekapku dari belakang. Bibirnya melumat bibirku sementara kedua tangannya mulai meraba dan meremas bagian-bagian sensitif tubuh perawanku. Akupun tak tinggal diam tanganku tetap meremas-remas rambutnya yang cepak seperti “rambutan sopiyah” (memang seperti lazimnya anggota TNI harus berambut cepak.. Kalau gondrong soalnya malah dikira preman kali!!)
Untuk beberapa lama, Oom Heru masih melumat bibirku. Aku harus jujur bahwa aku juga ikut menikmatinya. Bahkan beberapa saat secara tak sadar aku juga membalas melumat bibir Oom Heru. Aku masih tetap belum menyadari atau mungkin terlena hingga tak menolak saat tangan Oom Heru mulai menyusup ke dalam BH-ku dan menyentuh apa yang seharusnya kujaga. Nafasku semakin memburu dan aku mulai merasakan bagian selangkanganku mulai basah. Apalagi saat ibujari dan telunjuk Oom Heru mulai mempermainkan puting payudaraku yang sudah semakin mengeras. Tubuhku semakin bergerak liar hingga benda keras yang menempel ketat di belahan pantatku kurasakan semakin mengeras.
Desakan aneh semakin kuat mendorong di bagian bawah. Tubuhku semakin melayang saat tangan kiri Oom Heru dengan lembut mulai memijit-mijit dan meremas gundukan bukit di selangkanganku. (Namanya Bukit Berbulu!! Kalau Uci Bing Slamet dulu nyanyinya Bukit Berbunga.. Mungkin waktu ngarang lagu itu terinspirasi saat bukit berbulunya kepegang lak-laki seperti aku ini!! Ooh indah sekali!! Lebih indah daripada bukit yang berbunga!! Tul enggak? Munafik kalau bilang enggak..).
Tubuhku semakin liar bergerak saat jari Oom Heru mulai menyentuh belahan hangat di selangkanganku. Jari-jarinya terasa licin bergerak menyusuri belahan hangat di selangkanganku. Rupanya aku sudah begitu basah.. Dan Oom Heru tahu kalu aku sudah dalam genggamannya. Aku memang sudah menyerah dalam nikmat sedari tadi. Apalagi aku memang juga mengagumi Oomku yang keren ini.
Tubuhku berkelejat liar seperti ikan kurang air saat jemari Oom Heru mempermainkan tonjolan kecil di bagian atas bukit kemaluanku. Jarinya tak henti-hentinya menggocek dan berputar liar mempermainkan kelentitku.
“Akhh.. Oomphf..” desisanku terhenti karena bibirku keburu dikulum oleh bibir Oom Heru.
Aku sudah merasakan terbang mengawang. Desakan yang menuntut pemenuhan semakin membuncah dan akhirnya dengan diiringi hentakan liar tubuhku aku merasakan ada sesuatu yang menggelegak dan aku mengalami orgasme!! Aku semula tak tahu apa itu orgasme, yang jelas aku merasakan kenikmatan yang amat sangat atas perlakuan Oom ku itu. Tubuhku terasa ringan dan tak bertenaga sesudah itu.
“Gimana sayang?” bisik Oom Heru di telingaku.
“Enak sayang?” lanjutnya.
Aku hanya terdiam dan ada sebersit rasa malu. Seharusnya ini tidak boleh terjadi, kataku dalam hati menahan rasa malu dan sungkan yang menggumpal dihatiku. Tetapi rangsangan dan stimulus yang diberikan Oom ku terlalu hebat untuk kutahan. Akhirnya aku hanya pasrah saja saat tangan Oom Heru mulai melucuti pakaianku satu per satu. Mula-mula kaos singletku dilepasnya hingga payudaraku yang masih kencang terlihat terbungkus BH cream yang seolah-olah tak mampu menampungnya. Padahal ukurannya sudah 36B.
Tubuh bagian atasku sudah setengah telanjang. Sementara aku yang sudah lemas tetap berdiri dipeluk Oom Heru dari belakang. Kembali tangannya mengelus perutku yang putih rata itu. Tanganku menutup bagian dadaku karena malu dan jengah harus terlihat laki-laki dalam keadaan begini. Lalu dengan terburu-buru Oom Heru melepaskan pakaian seragamnya hingga aku merasakan rambut dada oom Heru yang cukup lebat menempel punggungku yang telanjang. Lagi-lagi aku merasakan sensasi yang lain-daripada yang lain.
Masih dengan setengah telanjang Oom Heru memelukku dari belakang. Aku terlalu malu untuk membuka mataku. Aku hanya memejamkan mata sambil menikmati sensasi dipeluk laki-laki perkasa. Dengan tangan mengelus perut dan dadaku Oom Heru kembali menciumi ku. Kali ini punggungku dijadikan sasaran serbuan bibirnya yang panas. Kumisnya yang tipis terasa geli saat menyapu-nyapu punggungku yang terbuka. Aku menggelinjang hebat. Apalagi saat lidah Oom Heru mulai merayap di tulang belakangku.
Perlahan dari leher bibirnya merayap ke bawah hingga pengait BH-ku. Lalu tiba-tiba aku merasakan kekangan yang mengekang payudaraku melonggar. Ternyata Oom Heru telah menggigit lepas pengait bra-ku. Aku tak sempat menutupi payudaraku yang terbebas karena dengan cepat kedua tangan Oom Heru telah mendekap kedua payudaraku. Aku hanya pasrah dan membiarkan tangannya meremas dan mempermainkan payudaraku sesukanya, karena aku memang menikmatinya juga. Tiba-tiba ada sepercik perasaan liar menyerangku. Aku ingin lebih dari itu. Aku ingin merasakan kenikmatan yang lebih. Godaan itu begitu menggebu. Lalu tanpa sadar tanganku memegang tangan Oom Heru seolah-olah membantunya untuk memuaskan dahagaku.
Dengan bibirnya Oom Heru menggigit tali bra-ku dan melepaskannya hingga jatuh. Kini tubuh bagian atasku sudah telanjang sama sekali. Hanya celana pendek mini dan celana dalam yang masih menutupi tubuhku.
Setelah berhasil melepaskan tali bra-ku, bibir Oom Heru kembali menyerbu punggungku. Ditelusurinya tulang punggungku dengan lidahnya yang panas. Ini membuat syarafku semakin terangsang heibat. Apalagi tangannya yang kokoh tetap meremas kedua belah payudaraku dengan gemasnya. Ada rasa sakit sekaligus enak dengan remasannya itu. Lidahnya terus turun ke bawah hingga ke atas pinggulku. Hal ini membuatku semakin menggelinjang kegelian.
“Ouchh.. Oomm su.. Sudahh Oommh” aku merintih.
Mulutku bilang tidak tetapi nyatanya tubuhku menginginkannya. Penolakanku seolah tiada artinya. Lalu tiba-tiba celana pendek miniku digigitnya dan ditarik ke bawah hingga ke atas lutut. Separuh buah pantatku yang bulat dan mulus terbuka sudah!! Lidah Oom Heru terus menyerbu buah pantatku kanan dan kiri secara bergantian. Tubuhku meliuk dan meregang merasakan rangsangan terhebat yang baru kali ini kurasakan saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyusuri belahan pantatku dan mulai mengais-ngais analku! Luar biasa.. Tanpa rasa jijik sedikitpun lidah Oom Heru menjilati lobang anusku. Hal ini membuat tubuhku tergetar heibat.
Selang beberapa saat, setelah puas bermain-main dengan lobang anusku tangan Oom Heru mulai menarik celana pendek sekaligus CD-ku hingga ke mata kaki. Lalu tanpa sadar aku membantunya dengan melepaskan CD-ku dari kedua kakiku. Kini aku sudah bugil.. Gil! Oom Heru pun rupanya sedang sibuk melepaskan celananya. Hal ini kuketahui dari bunyi gesper yang dilepas.
Sekarang tubuhku yang sintal dan putih sudah benar-benar telanjang total dihadapan Oom Heru. Sungguh, aku belum pernah sekalipun telanjang dihadapan laki-lakiorang lain, apalagi laki-laki. Aku tak menduga akan terjadi hal seperti ini. Dengan Oomku sendiri pula. Tetapi kini, Oom Heru berhasil memaksaku. Sementara aku seperti pasrah tanpa daya.
Tiba-tiba Oom Heru menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuan Oom Heru yang saat itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku juga membiarkan ketika bibir dan kumis halus Oom Heru menempel kebibirku hingga beberapa saat.
Dadaku semakin berdegup kencang ketika kurasakan bibir halus Oom Heru melumat mulutku. Lidah Oom Heru menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami.
Mengetahui besarnya batang kemaluan Oom Heru aku jadi ingat saat aku masih TK waktu diajari menyanyi guru TK-ku “Aku seorang kapiten mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok-prok prok.. Aku seorang kapiten! Tapi ini Oom ku seorang kapiten mempunyai peler (bahasa jawa batang kemaluan) panjang..” memang Oom ku itu pangkatnya waktu itu sudah Kapten! Cocok bukan?
“Akh.., ja.. Jangan oomhh..!” kataku terbata-bata.
“Su.. Sudah.. Oomhh” desisku antara sadar dan tidak.
Oom Heru memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya yang kekar dan kuat masih tetap memeluk pinggang rampaingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Oom Heru sangat pandai mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.
Apalagi saat bibir Oom Heru dengan penuh nafsu melumat kedua puting payudaraku yang sudah sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Oom Heru menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras di selangkangan Oom Heru yang terjepit kedua tubuh telanjang kami mulai tersentuh bibir kemaluanku yang sudah sangat basah.
Gejolak liar yang berkobar dalam diriku semakin menggila. Hingga tanpa sadar aku menggoyang pinggulku di atas pangkuan Oom Heru untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang kemaluannya.
Oom Heru sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah dan batang kemaluannya mengedut-ngedut. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu tiba-tiba tangan Oom Heru yang kekar mengangkat tubuhku dari pangkuannya dan merebahkan di atas tempat tidur yang sebenarnya belum selesai kurapihkan itu. Insting perawanku secara refleks masih coba berontak.
“Sudah Oomhh! Jangan yang satu.. Anna takut..” Kataku sambil meronta bangkit dari tempat tidur.
“Takut kenapa sayang? Oom sayang Anna, percayalah sayang..” Jawab Oom Heru dengan napas memburu.
“Jang.. Jangan.. Oom..” protesku sengit.
Namun seperti tidak perduli dengan protesku, Oom Heru segera menarik kedua kakiku hingga menjuntai ke lantai. Meskipun aku berusaha meronta, namun tidak berguna sama sekali. Sebab tubuh Oom Heru yang tegap dan kuat itu mendekapku dengan sangat erat.
Kini, dengan kedua kakiku yang menjuntai ke lantai membuat Oom Heru dapat memandang seluruh tubuhku dengan leluasa.
“Kamu cantik dan seksi sekali sayang” katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang.
Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Oom Heru memegangi lenganku dan merentangkannya. Setelah itu Oom Heru membentangkan kedua belah pahaku dan menundukkan wajahnya di selangkanganku. Aku tak tahu apa yang hendak ia lakukan.
Tanpa membuang waktu, bibir Oom Heru mulai melumat bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas buah dada yang kenyal dan putih ini.
Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku.
“Akhh.. Oomhh.. Sud.. Sudahh Oomm..” bibirku menolak tetapi tanganku malah menarik kepala Oom Heru lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah Oom Heru yang tenggelam dalam selangkanganku.
Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata. Aku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan karena rasa geli dan nikmat ketika bibir dan lidah Oom Heru menjilat dan melumat bibir kemaluanku.
Aku semakin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Oom Heru menyedot kelentitku dan lidahnya mengais-ngais dan menggelitik kelentitku.
“Akhh.. Akhh.. Ohh..” dengan diiringi jeritan panjang aku merasakan orgasme yang ke sekian kalinya. Benar-benar pandai menaklukan wanita Oom ku ini. Pantatku secara otomatis terangkat hingga wajah Oom Heru semakin ketat membenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami beberapa kali orgasme tanpa ada coitus.
“Anna sayang.. Sekarang giliran Anna menyenangkan Oom ya..” bisiknya setelah napasku mulai teratur.
Aku hanya pasrah dan tak mampu berkata-kata. Antara malu dan mau aku hanya merintih pelan.
“Mmhh..”
Oom Heru yang sudah pengalaman rupanya menyadari keadaanku yang masih hijau dalam hal urusan bawah perut ini. Ia pun lalu membaringkan diri di sisiku. Tangannya sekarang membimbing tanganku dan diarahkannya ke bawah. Dengan mata terpejam karena jengah aku ikuti saja apa kemauannya.
Hatiku berdesir saat tanganku dipegangkannya pada benda keras berbentuk bulat dan panjang. Benda itu terasa hangat sekali dalam genggamanku. Ooh betapa besarnya benda itu. Tanganku hampir tak muat menggenggamnya. Setelah terpegang tanganku pun digerak-gerakkan ke atas dan ke bawah untuk mengocok benda itu. Oom Heru pun kemudian menarik tubuhku hingga aku berbaring miring menghadapnya. Kepalaku ditariknya dan diciumnya bibirku dengan penuh nafsu. Lidahnya mencari-cari lidahku dan tangannya bergerilya lagi meremas-remas payudaraku.
Aku pun tak sadar ikut mengimbanginya. Lidahku bergerak liar menyambut lidahnya dan tanganku dengan agak kaku mengocok batang kemaluannya. Aku belum berani melihat seperti apa kemaluan laki-laki. Aku masih terlalu malu untuk itu.”Mphh jangan keras-keras sayang.. Sakit itunya” bisik Oom ku. Rupanya aku terlalu keras mengocok batang kemaluannya sehingga Oom Heru merasa kurang nyaman.
Kemudian setelah beberapa saat berciuman, didorongnya kepalaku ke bawah. Diarahkannya kepalaku ke dadanya yang bidang. Masih dengan mata terpejam aku mencoba menirukan apa yang dilakukan Oom Heru padaku. Lidahku mulai menjilat puting dadanya kiri dan kanan bergantian.
“Oohh.. Teruss sayanghh..”
Oom Heru rupanya merasa nyaman dengan perlakuanku itu. Terus didorongnya kepalaku ke bawah lagi.
Kini bibirku mulai menciumi perut dan pusar Oom Heru. Hal ini membuatnya semakin meradang. Mulutnya tak henti-hentinya mendesis seperti kepedasan. Tangannya terus mendorong kepalaku ke bawah lagi. Kini aku merasa daguku menyentuh benda keras yang sedang ku kocok, sementara bibir dan lidahku tak henti-hentinya menciumi perut bagian bawahnya. Kemudian ditekannya lagi kepalaku ke bawah. Rupanya ia menyuruhku menciumi batang kemaluannya!
Dengan malu-malu kupegang batang yang besar dan berotot itu. Lalu aku memberanikan diri untuk membuka mataku. Lagi-lagi aku berdebar-debar dan darahku berdesir ketika mataku melihat batang kemaluan Oom Heru. Gila! Kataku dalam hati besar sekali.. Bentuknya coklat kehitaman dengan kepala mengkilat persis topi baja tentara! Sementara itu kantong pelernya tampak menggantung gagah dan penuh! Seperti ini rupanya batang kemaluan laki-laki. Sejenak aku sempat membayangkan bagaimana nikmatnya jika batang kemaluan yang besar dan keras itu dimasukkan ke lubang kemaluan perempuan, apalagi jika perempuan itu aku. Gejolak liar kembali mengusikku.
Lamunanku terputus saat tangan Oom Heru yang kekar menekan kepalaku dan didekatkannya ke arah batang kemaluannya. Dengan canggung bibirku mulai mencium batang kemaluannya. Aku sengaja membuang pikiran jijikku dengan membayangkan bahwa aku sedang menjilat”Magnum” (Es Krim yang terkenal besar dan enaknya itu!!). Dan ternyata aku berhasil!! Dengan membayangkan aku sedang menikmati ‘magnum’ku tanpa rasa jijik sekalipun aku mulai menjilati batang kemaluan Oom Heru. Dari ujung kepala kemaluan yang mengkilat hingga kantung biji peler yang menggantung penuh tak luput dari jilatan lidahku.
Sambil berjongkok di lantai aku terus menjilati menyusuri seluruh batang kemaluan Oom Heru yang besar dan panjang itu. Sesekali dengan nakal kusedot biji peler bergantian membuat pantat Oom Heru terangkat. Sementara kedua kaki Oom Heru menjuntai ke lantai seperti posisiku tadi waktu selangkanganku dijilati Oom Heru. Sesekali aku melirik bagaimana reaksinya. Ku lihat mulut Oom Herus terus menceracau tak karuan.
“Terushh sayang.. Oohh nah.. Terusshh oughh” bagai orang gila Oom Heru terus menceracau.
Kemudian Oom Heru bangun dan diangkatnya tubuhku. Kali ini aku dibaringkannya dengan berhadap-hadapan. Kakiku masih menjuntai ke lantai. Ia berdiri di antara kedua belah pahaku. Kemudian tangannya membimbing batang kemaluannya yang sudah berlendir dan dicucukannya ke celah hangat di tengah bukit kemaluanku. Aku tersadar. Antara nafsu dan ketakutan aku menangis. Aku memohon.
“Ja.. Jangan Oommhh.. Ja.. Jangan yang itu”.
Rupanya superegoku memenangkan pertarungan antara id dan superegoku. Ego ku mampu menekan gejolak liar ide ku.
“Kenapa sayang..?” tanya Oom Heru dengan suara parau.
“Anna.. Takut Oomhh.. To.. Tolong jangan yang itu..” kataku memohon.
“Ok.. Okay sayang..” kata Oomku sambil menghela nafas.
“Oom tak akan masukkan sayang.. Cuma diluar.. Oom janji deh” lanjutnya dengan suara parau karena sudah dikuasai oleh nafsu birahinya.
“Jang.. Jangan Oomhh,” aku tetap menolak, “Anna enggak ingin kehilangan satu-satunya yang paling berharga Oom” aku merintih antara nafsu dan takut. Saat ia mulai mencucukkan ujung kepala kemaluannya di celah kemaluanku yang sudah sangat basah.
“Anna sayang.. Apa.. Kamu.. Nggak kasihan padaku sayang.. aku sudah terlanjur bernafsu.. aku nggak kuat lagi sayang, please aku.. Mohon,” kata Oom Heru masih dengan terbata-bata dan wajah yang memelas.
“Sudah 2 tahun Oom harus menahan ini sejak tantemu meninggal”
Tiba-tiba Oom Heru beranjak dan dengan cepat mencucukkan batang kemaluannya yang sudah sangat kencang di sela-sela bukit kemaluanku. Kini tubuh telanjang Oom Heru mendekapku. Darahku seperti terkesiap ketika merasakan dada bidang Oom Heru menempel erat dadaku. Ada sensasi hebat yang melandaku, ketika dada yang kekar itu merapat dengan tubuhku. Ohh, baru kali ini kurasakan dekapan lelaki. Ia masih meciumi sekujur tubuhku, sementara tangannya juga tidak kenal lelah meremas-remas buah dadaku yang semakin kenyal. Sekali lagi, sebelumnya tidak pernah kurasakan sensasi dan rangsangan sedahsyat ini.
Aku tersentak ketika kurasakan ada benda yang menggesek-gesek bibir kemaluanku. Ternyata Oom Heru menggesek-gesekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan menggocek-gocekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku. Sehingga aku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Toh, aku masih mampu bertahan agar benda itu tidak benar-benar memasuki liang kemaluanku.
“Oom, jangan sampai masuk.., diluar saja..!” pintaku.
Oom Heru hanya mendengus dan tetap menggosok-gosokkan batang kemaluannya di pintu kemaluanku yang semakin licin oleh cairan. Aku begitu terangsang. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Tidak kuat lagi menahan kenimatan itu, tanpa sadar tanganku menjambak rambut Oom Heru yang masih terengah-engah.
Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku kembali berkelejat menahan kenikmatan. Aku harus mengakui kehebatan Oom Heru untuk yang kesekian kalinya. Karena tanpa penetrasi pun ia telah sanggup membuatku orgasme berkali-kali.
“Akhh.. Oomhh.. Shh.. Ouchh..” tanpa sadar aku menjerit ketika kurasakan kelentitku berdenyut-denyut dan ada sesuatu yang menggelegak di dalam sana.
Mataku terbeliak dan tanpa malu-malu lagi aku mengangkat pantatku menyambut gocekan batang kemaluan oom Heru di bibir kemaluanku agar lebih ketat menekan kelentitku. Aku berkelejotan, sementara napasku semakin memburu. Gerakanku semakin liar saat liang kemaluanku berdenyut-denyut. Lalu aku terdiam tubuhku terasa lemas sekali. Aku tak peduli lagi pada apa yang hendak dilakukan Oom Heru pada tubuhku. Tulang-belulangku serasa lepas semua.
Setelah itu Oom Heru bangkit dan mengambil body lotion yang ada di meja rias kamar tamu dan dengan cepat ia menindihku. Dikangkanginya tubuhku. Kali ini ia benar-benar menguasaiku. Dari kaca meja rias disamping tempat tidur, aku bisa melihat tubuh rampingku seperti tenggelam dikasur busa ketika tubuh Oom Heru yang tinggi besar mulai menindihku. Lalu Oom Heru membalur kedua payudaraku dengan lotion dan melemparkan botol itu setelah ditutupnya kembali. Aku merasa lega karena setidak-tidaknya ia telah menepati janjinya untuk tidak memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kemaluanku.
Oom Heru kembali melumat bibirku. Kali ini teramat lembut. Gilanya lagi, aku tanpa malu lagi membalas ciumannya. Lidahku kujulurkan untuk menggelitik rongga mulut Oom Heru. Oom Heru terpejam merasakan seranganku, sementara tanganku kekarnya masih erat memelukku, seperti tidak akan dilepas lagi. Bermenit-menit kami terus berpagutan hingga akhirnya Oom Heru melepaskan bibirnya dari pagutanku. Ia lalu menempatkan batang kemaluannya di belahan kedua payudaraku yang sudah dilumuri body lotion. Kedua tangannya yang kekar lalu memegang kedua buah payudaraku dan dijepitkannya pada batang kemaluannya. Aku pun ikut membantunya dengan memegang lembut batang kemaluannya.
Setelah batang kemaluannya terjepit kedua payudaraku, ia mulai mengayunkan pantatnya maju mundur hingga batang kemaluannya yang terjepit payudaraku bergerak maju mundur. Batang kemaluannya yang begitu panjang membuat ujung kemaluannya menyentuh-nyentuh bibirku. Lalu untuk membantunya menuntaskan nafsunya akupun membuka mulutku dan menjilati ujung kemaluan itu setiap kali terdorong ke atas. Hal itu berlangsung beberapa lama hingga kurasakan ayunan pantat Oom Heru mulai makin cepat. Gesekan batang kemaluannya yang terjepit ke dua buah payudaraku pun semakin kencang. Nafasnya semakin mendengus dan kulihat matanya terpejam seolah sedang menahan sesuatu. Peluh telah membasahi kedua tubuh telanjang kami hingga kelihatan mengkilap dan licin. Semakin lama gerakannya semakin cepat disertai dengus nafas yang semakin menderu.
Tiba-tiba ia seolah tersentak kurasakan batang kemaluannya yang terjepit dadaku mulai mengedut-ngedut. Tubuhnya mengejat-ngejat seperti tersengat arus listrik dan dari mulutnya keluar geraman dahsyat.
“Ugh.. Ugh.. Arghh.. Akhh”.
Cratt.. Crat.. Cratt.. Cratt.. Cratt..
Akhirnya dari lubang di ujung kemaluannya menyemburlah cairan putih kental yang banyak sekali. Sialnya cairan itu sebagian besar tumpah ke mulutku yang sedang terbuka karena menjilati batang kemaluan itu.
“Glk.. Uhuk.. Uhuk.. Uhuk” aku hampir muntah karena tersedak cairan itu. Rupanya sebagian ikut tertelan.
“Oom Heru jahat.. Uhuk.. Uhuk” sambil masih terbatuk-batuk aku menangis.
Ini merupakan pengalamanku yang pertama kali. Bau cairan sperma saja sudah membuatku mual.. Apalagi tertelan! Pembaca bisa membayangkan bagaimana rasanya.
“Sorry sayang.. Oom tidak sengaja..” bisiknya menghiba seolah merasa bersalah.
Kemudian dengan tanpa rasa jijik dilumatnya bibirku yang masih penuh cairan air maninya itu sehingga rasa jijikku sedikit hilang. Lama kami berciuman sampai akhirnya diambilnya ujung seprei dan dibersihkannya bibirku dari sisa-sisa ceceran air maninya itu. Aku merasa terharu akan perlakuannya dan rasa sayangku padanya pun mulai bertambah. Bukan kasih sayang antara kepenakan.. Eh keponakan dan paman melainkan rasa sayang sebagaimana layaknya perempuan terhadap laki-laki.
Aku yang sudah merasa lemas akhirnya tak mampu bergerak lagi. Aku lega sejauh ini aku masih mampu mempertahankan mahkota keperawananku. Aku langsung tertidur. Mungkin Oom Heru juga ikut tertidur. Karena aku sudah tidak ingat apa-apa lagi.
Aku bangun ketika aku merasakan geli saat payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Oom Heru sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit.
Tubuh telanjang Oom Heru menindihku. Tubuhnya yang tinggi besar membuat tubuhku seolah-olah tenggelam dalam spring bed. Tanpa kusadari tanganku pun mulai bergerak meremas-remas rambut Oom Heu yang sedang sibuk melumat kedua puting payudaraku bergantian. Tubuh kami sudah mulai basah oleh peluh kami yang mulai mengucur deras. Dalam posisi seperti itu tiba-tiba kurasakan ada benda yang kenyal mengganjal diatas perutku. Semakin lama benda yang terjepit di antara perut kami itu makin mengeras dan terasa panas. Ohh, ternyata benda yang mengganjal itu adalah batang kemaluan Oom Heru yang mulai mengeras.
Perlahan namun pasti lidah Oom Heru mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidah Oom Heru mulai menelusuri tubuhku bagian samping ke aras bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri.
“Oshh.. Ohh Omm.. Ohh” aku hanya mampu merintih.
Karena bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar ke bukit kemaluanku lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit kemaluanku.
Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati perut bagian bawahku, jari jari Oom Heru mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku kurasakan mengedut-ngedut.
Tiba-tiba Oom Heru membalik posisi tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang aku dapat melihat tanpa malu-malu lagi bentuk kemaluan laki-laki. Batang kemaluan Oom Heru yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan. Gagah sekali bentuknya seperti meriam kecil antik yang banyak kulihat dijual di sekitar candi Borobudur sana.
Aku tidak sempat mengagumi benda itu berlama-lama, karena tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Oom Heru menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar pantatku terangkat ke atas saat bibir Oom Heru mulai menciumi bukit kemaluanku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku.
Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepala Oom Heru untuk lebih menekankan wajahnya ke bukit kemaluanku. Oom Heru pun menekan pantatnya ke bawah hingga batang kemaluannya lebih dalam memasuki mulutku. Aku hampir tersedak dan susah bernapas karena batang kemaluan oom Heru yang besar itu menyumpal mulutku dan ujungnya hampir menyentuh kerongkonganku, sementara rambut kemaluannya yang sangat lebat menutupi hidungku!!
Aku gelagapan hingga tanpa sadar kucengkeram pantat Oom Heru agar mengangkat pantatnya. Rupanya tindakanku berhasil karena Oom Heru mengangkat pantatnya sedikit hingga aku dapat bernapas lega. (Pembaca dapat membayangkan bagaimana rasanya hidung pembaca tersumpal jembut.. Eh rambut kemaluan laki-laki!! Sudah baunya apek.. Ting kruntel lagi kayak indomie pula!! Sedangkan mulut tersumpal batang kemaluan!!)
Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Oom Heru mulai menggesek-gesek kelentitku. Kelentitku rasanya membengkak dan berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lagi.. Namun saat desakan di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Oom Heru menjauhkan bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik Oom Heru agar aku penasaran.
Oom Heru mengubah posisi lagi. Kini wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah Oom Heru mulai menekan selangkanganku. Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluan Oom Heru yang terjepit bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku tentunya!!
Hangat sekali rasanya batang kemaluan itu. Nikmat sekali rasanya gesekan-gesekan yang ditimbulkannya saat pantatnya bergerak maju-mundur.
“Oomhh.. Ja.. Jangan dimasukkan..!” kataku sambil tersengal-sengal menahan nikmat.
Aku tidak tahu apakah permintaan aku itu tulus atau tidak, sebab sejujurnya aku juga ingin merasakan betapa nikmatnya ketika batang kemaluan yang besar itu masuk ke lubang kemaluanku.
“Oke.. Sayang.. Kalau nggak boleh dimasukkan, Oom gesek-gesekkan di bibirnya saja ya..?” jawab Oom Heru juga dengan napas yang terengah-engah.
Kemudian Oom Heru kembali memasang ujung batang kemaluannya tepat di celah-celah bibir kemaluanku. Aku merasa gemetar luar biasa ketika merasakan kepala batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir kemaluanku. Lalu dengan perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya dengan khidmat.
Rupanya Oom Heru tidak puas dengan cara seperti itu (Aku pun juga kurang puas sebenarnya..! Tapi gengsi dong masak cewek minta duluan!!).
“Oom masukkin dikit ya sayang..” bisik Oom Heru dengan napasnya mendengus-dengus, tanda kalau nafsunya sudah semakin meningkat. Aku sendiri yang juga sudah sangat terangsang dan tidak berdaya karena sudah terbakar birahi hanya diam saja.
Karena aku hanya diam, Oom Heru lalu memegang batang kemaluannya dan dicucukannya ke celah-celah bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Dengan pelan didorongnya pantatnya hingga akhirnya ujung kemaluan Oom Heru berhasil menerobos bibir kemaluanku. Aku menggeliat hebat ketika ujung batang kemaluan yang besar itu mulai menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku. Seperti janji Oom Heru, batang kemaluannya yang seperti lengan bayi itu hanya dimasukkan sebatas ujungnya saja.
Meskipun hanya begitu, kenikmatan yang kurasa betul-betul membuatku hampir berteriak histeris. Sungguh batang kemaluan Oom Heru itu luar biasa nikmatnya. Liang kemaluanku serasa berdenyut-denyut saat menjepit ujung topi baja batang kemaluan Oom Heru yang bergerak maju-mundur secara pelahan.
Oom Heru terus menerus mengayunkan pantatnya Mamaju-mundurkan batang batang kemaluan sebatas ujungnya saja yang terjepit dalam liang kemaluanku. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami masih terus berpagutan.
“Sakkith.. Oomhh..?” Aku menjerit pelan saat kurasakan betapa batang kemaluan oom Heru menyeruak semakin dalam.
Namun rasa perih itu perlahan-lahan mulai menghilang saat Oom Heru menghentikan gerakan batang kemaluannya yang begitu sesak memenuhi liang kemaluanku. Rasa sakit itu mulai berubah menjadi nikmat karena batang kemaluannya kurasakan berdenyut-denyut dalam jepitan liang kemaluanku.
Lalu aku semakin mengawang lagi saat lidah Oom Heru yang panas mulai menyapu-nyapu seluruh leherku dengan ganasnya. Bulu kudukku serasa merinding dibuatnya. Aku tak sadar lagi saat Oom Heru kembali mendorong pantatnya hingga batang kemaluannya yang terjepit erat dalam laing kemaluanku semakin menyeruak masuk. Aku yang sudah sangat terangsang pun tak sadar akhirnya menggoyangkan pantatku seolah-olah memperlancar gerakan batang kemaluan Oom Heru dalam liang kemaluanku.
Kepalaku tanpa sadar bergerak-gerak liar merasakan sensasi hebat yang baru kali ini kurasakan. Liang kemaluanku semakin berdenyut-denyut dan ada semacam gejolak yang meletup-letup hendak pecah di dalam diriku.
Aku tak tahu entah bagaimana, tiba-tiba kurasakan batang kemaluan yang besar itu telah amblas semua kevaginaku.
Bless..
Perlahan tapi pasti batang kemaluan yang besar itu melesak ke dalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Oom Heru yang sangat-sangat besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian bawahku. Oohh rupanya mahkotaku sudah terenggut.
“Akhh.. Sakk.. Kitthh.. Oomhh..” aku merintih dan tanpa sadar air mataku menetes.
Ada sebersit rasa penyesalan dalam diriku, mengapa aku begitu mudah menyerahkan mahkotaku yang paling berharga.
“Oomh.. Kok dimaassuukiin seemmua.. Ah..?” tanyaku.
“Maafkan Oom saayang. Oom nggak tahhan..!” ujarnya dengan lembut.
Ia pun menghentikan gerakan pantatnya. Air mataku mengalir tanpa dapat kutahan lagi.
“Jangan menangis sayang..” bisik Oom Heru di telingaku, “Oom sayang kamu”
Ada secercah rasa bahagia saat kudengar bisikan mesranya di telingaku. Aku pun terdiam dan ia pun terdiam. Kami terdiam beberapa saat. Ooh betapa indahnya.. Dalam diam itu aku dapat merasakan kehangatan batang kemaluannya yang hangat dalam jepitan liang kemaluanku. Kembali rasa nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang kemaluannya mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku.
Kemudian dengan perlahan sekali Oom Heru mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kemaluannya menyusuri setiap inci liang kemaluanku. Nikmat sekali rasanya. Aku tak sempat mengerang karena tiba-tiba bibir Oom Heru sudah melumat bibirku. Lidahnya menyeruak masuk mulutku dan mencari-cari lidahku. Aku pun membalasnya.
“Hmmgghh”
Kudengar Oom Heru mendengus tanda birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanya yang keras menggesek-gesek kelentitku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Oom Heru yang menarik batang kemaluannya dengan cara menyendal seperti orang memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih terjepit dalam liang kemaluanku.
Lalu setelah itu didorongnya batang kemaluannya dengan pelahan hingga ujungnya seolah menumbuk perutku. Dilakukannya hal itu berulang-ulang. Aku merasa ada semacam sentakan dan kedutan hebat saat Oom Heru menarik batang kemaluannya dengan cepat! (Belakangan aku baru tahu kalau itu namanya teknik sendal pancing setelah Oom Heru menceritakannya! Intinya teknik ini adalah mendorong secara pelan hingga batang kemaluannya masuk seluruhnya lalu menarik dengan cepat seperti orang menyendal saat memancing hingga hanya ujung batang kemaluannya yang masih tertinggal! Wow.. Ternyata teknik inilah yang kurasakan paling nikmat dan menjadi teknik favoritku!! Pembaca bisa mencobanya dan wanita ditanggung akan ketagihan deh!!).
Napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Begitu besarnya batang kemaluan Oom Heru, sehingga lubang vaginaku terasa sangat sempit. Sementara karna tubuhnya yang berat, batang kemaluan Oom Heru semakin menyeruak ke dalam liang kemaluanku dan melesak hingga ke dasarnya. Sangat terasa sekali bagaimana rasanya batang kemaluan Oom Heru menggesek-gesek dinding liang kemaluanku.
Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Oom Heru dengan menggoyang pantatku. Semakin lama, genjotan Oom Heru semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Slep.. slep.. slep.. sleep.. bunyi gesekan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompa liang kemaluanku.
“Akhh..! Aakhh.. Oomhh..!” erangku berulang-ulang. Benar-benar luar biasa sensasi yang kurasakan. Oom Heru benar-benar telah menyeretku menuju sorga kenikmatan. Persetan dengan keperawananku. Aku sudah tak peduli apapun.
Tidak berapa lama kemudian, aku merasakan nikmat yang luar biasa dari ujung kepala hingga ujung kemaluanku!! Tubuhku mengelepar-gelepar di bawah genjotan tubuh Oom Heru. Seperti tidak sadar, aku dengan lebih berani menyedot lidah Oom Heru dan kupeluk erat-erat tubuhnya seolah takut terlepas.
“Ooh.. Oomh.. Akhh..!” akhirnya aku menjerit panjang ketika hampir mencapai puncak kenikmatan. Tahu aku hampir orgasme, Oom Heru semakin kencang menyendal-nyendal batang kemaluannya dari jepitan liang kemaluanku.
Saat itu tubuhku semakin menggelinjang liar di bawah tubuh Oom Heru yang kuat. Tidak lama kemudian aku benar-benar mencapai klimaks.
“Ooh.. Aauuhh.. Oomh..!” Jeritku tanpa sadar.
Seketika dengan refleks jari-jariku mencengkeram punggung Oom Heru. Pantatku kunaikkan ke atas menyongsong batang kemaluan Oom Heru agar dapat masuk sedalam-dalamnya. Lalu kurasakan liang kemaluanku berdenyut-denyut dan akhirnya aku seolah merasakan melayang. Tubuhku serasa seringan kapas. Aku benar-benar orgasme!! Gerakanku semakin melemah setelah kenikmatan puncak itu. Oom Heru menghentikan sendalannya.
“Bagaimana rasanya sayang..!” bisik Oom Heru lembut sambil mengecup pipiku.
Aku pun hanya terdiam dan wajahku merona karena malu.
“Istirahat dulu ya sayang” bisiknya lagi.
Oom Heru yang belum orgasme membiarkan saja batang kemaluannya terjepit dalam liang kemaluanku. Kami kembali terdiam. Mungkin Oom Heru sengaja membiarkan aku untuk menikmati saat-saat kenikmatan itu. Aku kembali mengatur napasku sementara kurasakan batang kemaluan Oom Heru terus mengedut-ngedut dalam jepitan liang kemaluanku. Tubuh kami sudah mengkilat karena basah oleh keringat. Memang udara saat itu panas sekali, apalagi kami juga habis bergumul hebat ditambah kamar itu tidak ber AC, hanya kipas angin yang membantu menyejukkan ruangan yang sudah berbau mesum itu.
Setelah beberapa saat Oom Heru yang belum orgasme itu mulai menggerak-gerakkan batang kemaluannya maju mundur. Kali ini dia bergerak tidak menyendal-nyendal lagi. Masih dengan posisi seperti tadi, yaitu kakiku menjuntai ke lantai dan pantatku terletak di tepi pembaringan. Sedangkan oom Heru tetap posisi setengah berdiri karena kakinya masih di lantai.
Kembali gejolak birahiku terbangkit. Dengan sukarela aku menggoyangkan pinggulku seirama dengan gerakan pantat Oom Heru. Rasa nikmat kembali naik ke ubun-ubunku saat kedua tulang kemaluan kami saling beradu. Gerakan batang kemaluan Oom Heru semakin lancar dalam jepitan liang kemaluanku. Meskipun masih ada rasa sedikit ngilu, kubiarkan Oom Heru memompa terus lubang kemaluanku.
Aku yang sudah cukup lelah hanya bergerak mengimbangi ayunan batang kemaluan Oom Heru yang terus memompaku. Batang kemaluannya yang hitam kecoklatan dan sudah berkilat karena basah oleh cairan licin yang keluar dari kemaluanku tanpa ampun menghajar liang kemaluanku. Edan tenan!! Liang kemaluanku dimasuki batang kemaluan sebesar itu. Kalau akau tak malu ingin rasanya aku menjerit meneriakkan kata-kata Oom Timbul dalam iklan jamu yang terkenal “Uenak tenaann!”. Memang enak, bagi yang belum pernah merasakan boleh coba! Ditanggung ketagihan.
Memang kupikir-pikir mendingan enak ngeseks begini daripada ikut-ikutan teman kuliahku yang sok idealis berdemo panas-panasan!! Memang banyak teman yang ngajak aku berdemo, tapi aku emoh! Ngapain toh enggak ada untungnya! Paling-paling kita cuman diperalat sama pemimpin demo! (Rupanya ada benarnya juga pilihan yang kuambil untuk tidak ikut-ikutan berdemo! Soalnya ternyata ketahuan ada beberapa rekan yang terima duit dari demo itu!)
Oom Heru semakin lama semakin kencang memompakan batang kemaluannya. Sementara mulutnya tidak henti-hentinya menciumi pipi dan leherku dan kedua tangannya meremas kedua buah dadaku. Mendapat rangsangan tanpa henti seperti itu nafsuku semakin memuncak kembali. Kurasakan kenikmatan mulai menjalar lagi. Bermula dari selangkanganku kenikmatan itu menjalar ke putingku lalu ke ubun-ubunku. Aku lalu balik membalas ciuman Oom Heru, pantatku bergerak memutar mengimbangi batang kemaluan Oom Heru yang dengan perkasa menusuk-nusuk lubang kemaluanku.
Gerakan Oom Heru mulai semakin liar. Napasnya mendengus seperti kerbau gila! (Mungkin kerbau kalau lagi gila begini kali ya?) Pantatku kuputar-putar, kiri-kanan semakin liar untuk menggerus batang batang kemaluan Oom Heru yang terjepit erat dalam lubang kemaluanku. Aku pun semakin tak mampu menahan diri. Kusedot lidah Oom Heru yang menyelusup ke dalam mulutku. Tubuh Oom Heru mengejat-ngejat seperti orang tersengat listrik karena kenikmatan.
Lalu di saat aku menjerit panjang saat merasakan orgasme untuk yang ke sekian kalinya. Oom Heru pun mengejat-ngejat.
“Ough.. Ugh.. Ughh” dengan napas yang terengah-engah, Oom Heru yang berada diatas tubuhku semakin cepat menghunjamkan batang kemaluannya. Lalu
Crrtt.. Crrtt.. Crrtt.. Crtt.. Crtt..
Aku merasakan betapa batang kemaluan Oom Heru menyemprotkan air maninya dalam kehangatan liang kemaluanku. Matanya membeliak dan tubuhnya terguncang hebat. Batang kemaluannya mengedut-ngedut hebat saat menyemburkan air maninya. Aku merasakan ada semprotan hangat di dalam sana, nikmat sekali rasanya. Rupanya kami mencapai orgasme yang bersamaan.
“Teruss.. teruss.. putarr sayanghh..!” dengus Oom Heru. Aku pun membantunya dengan semakin liar memutar pinggulku.
Beberapa saat kemudian tubuhnya ambruk hingga menindih tubuhku. Batang kemaluannya tetap terjepit dalam liang kemaluanku. Sementara aku merasakan ada aliran cairan yang mengalir keluar dari liang kemaluanku. Napas kami menderu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu.
Gila, air mani Oom Heru luar biasa banyaknya, sehingga seluruh lubang kemaluanku terasa kebanjiran. Bahkan karna begitu banyaknya, air mani Oom Heru belepotan hingga ke bibir kemaluanku. Berangsur-angsur gelora kenikmatan itu reda. Untuk beberapa saat Oom Heru masih menindihku, keringat kami pun masih bercucuran. Batang kemaluannya yang sudah mulai melemas secara perlahan terdorong keluar oleh kontraksi otot liang kemaluanku. Hingga tiba-tiba tubuh kami berdua seperti tersentak saat batang kemaluan itu terlepas dari jepitan kemaluanku.
Plop..
Seperti tutup botol yang terlepas saat batang kemaluan itu terlepas dari jepitan liang kemaluanku. Kami tersenyum.
“Enak sayang?” bisiknya mesra.
“Kamu sungguh hebat Anna. Oom sayang sekali sama Anna” ia merayu lagi setelah memperoleh kenikmatan dariku.
Setelah itu ia menggulingkan tubuhnya berguling kesampingku. Mataku menerawang menatap langit-langit kamar. Ada sesal yang mengendap dihatiku. Tapi nasi sudah menjadi bubur! Air mani sudah terlanjur mengucur! Biarin deh! Apa yang terjadi terjadilah. Que sera sera! Demikian pembenaranku.
“Maafkan Oom, Anna. Oom telah khilaf” bisik Oom Heru lirih.
Aku tidak menjawab, aku duduk dan bermaksud membersihkan ceceran air mani Oom Heru yang berceceran di bibir kemaluanku. Aku kembali tercenung melihat betapa cairan mani yang mengalir keluar dari liang kemaluanku sedikit kemerahan karena darah perawanku. Ya perawanku telah terenggut oleh Oomku! Adik kandung ayahku sendiri!! Untuk beberapa saat tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut kami berdua.
Namun rupanya penyesalanku tidak berlangsung lama. Kenikmatan mengalahkan rasa sesalku. Hari itu kami melakukannya lagi berulang-ulang seperti layaknya pengantin baru. Oom Heru mengajariku berbagai gaya yang aneh-aneh! Memang keadaan sangat mendukung karena kedua orangtuaku baru pulang setelah petang. Jadi siang itu kami benar-benar mereguk kenikmatan sebebas-bebasnya. Dari beberapa gaya yang diperkenalkan Oom Heru, hanya gaya “sendal pancing” itulah yang paling berkesan bagiku dan menjadi gaya favoritku.
Sejak saat itu aku menjadi kekasih Oom ku sendiri. Tentunya tanpa sepengetahuan ayahku. Dan setiap ada kesempatan kami selalu melakukannya di manapun dan kapanpun! Benar pembaca aku menjadi tergila-gila dengan yang namanya seks! I become addicted to cock since then!!

*E N D*

Terbuai Dalam Dosa



Posted by: @xstorytweet



Wulan adalah seorang ibu rumah tangga yang baik dan tanpa cacat. Umur Wulan 32 tahun. Suami Wulan bekerja sebagai PNS dan mereka hidup normal dan bahagia. Wulan sendiri seorang sarjana dari perguruan tinggi ternama tetapi memilih tidak bekerja. Wulan termasuk taat beragama. Wulan memiliki keponakan yang tinggal bersama di rumah Wulan. Namanya Adit. Umurnya 16 tahun.
Tetapi ada kejadian yang membuat Wulan merasa sebagai wanita berdosa yang tidak lagi mampu menghindari dosa bersetubuh dengan laki-laki yang bukan suami sendiri. Membayangkan kejadian-kejadian tersebut Wulan selalu ingin menangis tetapi pada saat yang sama Wulan juga didera oleh nafsu birahi membara yang tidak mampu Wulan atasi.
Kejadiannya adalah sebagai berikut. Saat itu sore hari sekitar jam tiga dan Wulan baru saja bangun tidur. Sedangkan suaminya masih bekerja di kantor nya. Dari dalam kamar Wulan dapat mendengar suara komputer yang dimainkan keponakan Wulan, Adit di ruang tengah yang berbatasan langsung dengan kamar tidur Wulan. Adit sering sekali menggunakan komputer, Wulan kira dia hanya main game saja. Pintu kamar Wulan agak terbuka.
Wulan bermaksud untuk keluar dari kamar, tetapi ketika Wulan menarik pintu, apa yang terlihat membuat Wulan tertegun dan mengurungkan niat tersebut. Apa yang terlihat dari balik pintu membuat hati Wulan betul-betul terguncang. Wulan dapat melihat di layar komputer tampak wanita kulit putih telanjang tanpa busana dengan posisi terlentang dan kaki terbuka dengan kemaluan tampak jelas.
Wulan menjadi kesal karena Adit melihat hal-hal yang sangat terlarang tersebut. Tetapi yang kemudian membuat Wulan shock adalah setelah menyadari bahwa Adit sedang mengurut-urut kontolnya. Wulan dapat melihat celana Adit agak turun. Adit sedang duduk melihat layar sambil mengusap-usap kontolnya yang tampak berdiri tegang.
Wulan betul-betul tercengang melihat semua ini. Kemaluan Adit memang tidak berukuran besar tetapi melihat kakunya batang keponakannya ini membuat Wulan berdebar. Batang kemaluannya tampak berwarna coklat kemerahan dengan urat-urat yang menonjol. Samar-samar Wulan dapat mendengar napasnya yang terengah. Adit sama sekali tidak menyadari bahwa Wulan melihat kelakuannya dari balik pintu.
Kejadian Adit membelai-belai kemaluannya ini berlangsung terus selama lebih kurang lima menit. Yang mengagetkan adalah reaksi kewanitaan tubuh Wulan, ternyata jantung Wulan terasa berdebar keras menyaksikan batang kemaluan yang demikian kaku dan semakin merah, terutama bagian kepalanya. Gerakan tangan Adit semakin cepat mencengkeram kemaluannya dengan muka yang tampak tegang memandangi layar monitor. Astaga .., dari lubang di kemaluannya berleleran keluar cairan bening. Cairan kental bening tersebut diusap-usap oleh jari Adit dan dioles-oleskan ke seluruh kemaluannya. Nafas Adit terdengar sangat keras tetapi tertahan-tahan. Wulan merasa nafsu birahinya muncul, tubuh Wulan mulai gemetar. Nafas Wulanpun mulai tak teratur dan Wulan berusaha agar nafas Wulan tak terdengar oleh Adit.
Apa yang Wulan lihat selanjutnya membuatnya sangat tergetar. Tubuh Adit tampak mengejang dengan kakinya agak terangkat lurus kaku, sementara tangannya mencengkeram batang kemaluan itu sekuat-kuatnya.
“Eeegh, heeggh .”, Adit mengerang agak keras, dan ya ampun …, yang tidak Wulan sangka-sangka akhirnya terjadi juga.
Dari lubang di kepala batang kemaluannya terpancar cairan putih kental. Adit memuncratkan air mani. Cairan kental itu memuncrat beberapa kali. Sebagian jatuh ke perutnya tetapi ada juga yang ke lantai dan malah sampai ke keyboard komputer. Ohhh .., kl itu tampak tegang, urat-urat menonjol keluar, mani nya muncrat ke atas.
Melihat air mani muncrat seperti itu segera saja Wulan merasakan lonjakan birahi yang luar biasa di sekujur tubuh Wulan. m*k Wulan terasa menjadi basah dan nafas Wulan menjadi memburu dan tersengal sengal.
Wulan berusaha mengendalikan diri dari rangsangan birahi sebisa-bisanya, ada semacam perasaan tidak enak dan bersalah yang tumbuh menyaksikan keponakan Wulan dan terutama atas reaksi tubuh Wulan seperti ini. Kini
itu tampak diselimuti oleh mani berwarna keputihan. Jarak Wulan dengan Adit sebetulnya sangat dekat hanya dua meteran.
Adit tampak mulai tenang dan napasnya semakin teratur. kl yang berleleran air mani mulai mengendur. Ia menghela napas panjang dan tampak lega terpuaskan. Adit kemudian berdiri dan menuju ke kamar mandi. Ia masuk ke kamar mandi dan menutup pintunya.
Seolah-olah ada yang menuntun, Wulan berjingkat menuju komputer tanpa menimbulkan bunyi. Wulan memandang lekat ke layar komputer, mengagumi tubuh wanita muda berkulit putih (orang Barat) yang telah mengundang nafsu keponakan Wulan. Pandangan Wulan beralih ke tetesan-tetesan mani yang tampak di dekat keyboard. Wulan mengusap mani tersebut dengan jari dan entah mengapa Wulan mencium dan menjilati jari tangan Wulan yang berleleran dengan mani. Rasanya asin dan baunya terasa lekat, tetapi nafsu birahi Wulan terbangkit lagi. Wulan tidak ingin Adit curiga. Dari layar komputer Wulan melihat address internetnya dan Wulan catat saja di dalam hati. Wulan berjingkat masuk kamar dan membaringkan tubuh. Tak lama Wulan dengar Adit kembali ke komputernya dan Wulan kira ia sedang membersihkan sisa-sisa mani yang tadi ia muncratkan. Kemudian Wulan dengar ia bermain game (kedengaran dari bunyi nya).
Sejak saat itu Wulan merasa ada perubahan luar biasa pada diri Wulan. Sebelumnya Wulan melakukan hubungan sex dengan suami hanyalah sebagai suatu hal yang rutin saja. Kejadian Adit melakukan onani di depan computer membuat Wulan menemukan sesuatu yang baru dalam hal soal sex. Sesuatu yang menggairahkan, nafsu birahi yang menggelegak, tetapi sekaligus perasaan dosa, karena ini dibangkitkan oleh kejadian yang dilakukan keponakan Wulan sendiri. Apa yang dilakukan keponakan Wulan membuat Wulan shock, tetapi yang juga mengerikan adalah justru keponakan Wulan sendiri membangkitkan nafsu birahi Wulan yang menyala-nyala. Adit yang selalu Wulan anggap keponakan masih kecil dan tidak mungkin berhubungan dengan hal hal yang berbau sex dan porno. Selalu terbayang di mata Wulan wajah Adit dengan napas terengah engah dan muka tegang, kocokan tangannya, batang yang berwarna kemerahan sangat tegang dengan urat yang menonjol. Air mani yang memuncrat-muncrat dari lubang klnya. Ya Tuhan .. , itu adalah milik keponakan Wulan.
Sejak kejadian itu Wulan sering terbayang kl Adit yang sedang memuncrat – muncratkan air maninya. Tetapi yang tidak dapat Wulan lupakan adalah warnanya yang kemerahan dengan urat-urat hijau kebiruan yang menonjol. Saat itu itu begitu tegang berdiri hampir menyentuh perutnya. Jika mengingat dan membayangkan kejadian itu, birahi Wulan mendidih, terasa ada cairan merembes keluar dari lubang kemaluan Wulan.
Hal lain yang memperparah keadaan adalah, sejak hari kejadian itu, Wulan mulai berkenalan dengan dunia baru yang tidak pernah Wulan datangi sebelumnya. Wulan sudah biasa browsing di Yahoo ataupun yang lain. Tetapi sejak mengenal “Cerita Dewasa”. Wulan mulai mengarungi dunia lain di internet. Sehari sesudah kejadian Adit onani, Wulan mulai membuka-buka situs “Cerita Dewasa”. Tentu saja itu Wulan lakukan pada saat tidak ada orang di rumah.
Saat itulah Wulan mulai mencoba-coba “Cerita Dewasa”. Wulan tidak menyangka ada suatu situs internet menyajikan cerita dan gambar pornografi yang seperti itu. Wulan membuka – buka gambar wanita-wanita telanjang yang tampak tidak malu-malu memperagakan bagian kewanitaannya yang seharusnya ditutup rapat rapat. Mereka tampaknya menikmati apa yang mereka lakukan dengan mempertontonkan bagian tubuhnya yang terlarang.
Pada hari itu Wulan mulai juga menemukan situs-situs lain yang lebih porno. Ada sekitar 3 jam Wulan berpindah-pindah dan mempelajari dunia sexual penuh nafsu yang tidak pernah Wulan bayangkan sebelumnya. Laki-laki dan perempuan bersetubuh dengan berbagai macam cara yang tidak pernah Wulan bayangkan sebelumnya dan yang tidak pernah Wulan praktekkan sebelumnya dengan suami. Ada perempuan yang menghisap
berukuran sangat besar (kelihatannya lebih besar dari suami Wulan) hingga itu memuntahkan air maninya. Astaga, perempuan itu membiarkan mani itu muncrat sampai membasahi wajahnya, berleleran, dan bahkan meminumnya tanpa ada rasa jijik.
Tetapi yang paling membangkitkan birahi Wulan adalah persetubuhan orang Jepang. Mungkin karena mereka sama-sama orang Asia, jadi tampak lebih real dibandingkan dengan wanita kulit putih. Dan mungkin ada kesan surprise juga bagi Wulan, bahwa orang-orang Jepang yang tampak sopan itu dapat begitu bernafsu di dalam sex. Wulan memang bukan orang keturunan Chinese, tetapi kulit Wulan cukup putih untuk ukuran orang Indonesia. Jadi Wulan melihat semacam ada kesamaan antara diri Wulan dengan wanita Jepang itu walau tentunya kulit Wulan tidak seputih mereka. Wanita Jepang juga memiliki kulit kemaluan, bibir-bibir memek yang berwarna gelap kecoklatan, mirip seperti kemaluan Wulan sendiri
Wulan juga mendapatkan suatu situs di mana wanita-wanita muda Jepang mengisap hingga muncrat dan air mani yang sangat banyak berleleran di mukanya yang berkulit putih. Wulan selalu panas dingin melihat itu.
Kehidupan sex internet yang paling memabukkan Wulan adalah cerita-cerita nafsu di “Cerita Dewasa” dan melebihi segala suguhan gambar sex yang ada. Wulan sangat terangsang membaca cerita-cerita menakjubkan itu. Tidak Wulan sangka bahwa kehidupan sex orang-orang Indonesia dapat seliar dan juga seindah itu. Yang paling merangsang dan membuat Wulan agak histeris adalah cerita sex antara orang yang masih sedarah, seperti antara tante dengan keponakan, antara sepupu, saudara ipar, atau malah antara keponakan dan tantenya. Mungkin ini karena perasaan Wulan terhadap Adit keponakan Wulan. Di situs lain, Wulan pernah membaca cerita sexual antara keponakan dengan tantenya. Wulan sampai menangis membaca cerita itu, tetapi juga sekaligus merasakan birahi yang luar biasa. Ini tidak berarti bahwa Wulan berniat menyetubuhi keponakan Wulan sendiri, Wulan takut atas dosanya.
Wulan kira kejadian berikutnya yang akan Wulan ceritakan adalah takdir yang tidak dapat Wulan hindarkan. Wulan begitu lemah dari godaan setan dan sangat menikmati apa yang Wulan perbuat.
Kejadian itu adalah pada sore hari sekitar jam setengah empat, beberapa minggu setelah kejadian Wulan memergoki Adit beronani, kalau tidak salah dua atau tiga hari menjelang tahun baru. Sebelumnya Wulan baru menutup internet, membaca cerita-cerita di “Cerita Dewasa” dan melipat-lipat pakaian yang akan disetrika. Pada saat melipat pakaian yang akan disetrika itu akan selesai, Wulan mendengar ada ketukan pintu, ada tamu. Apa boleh buat, si tamu harus menunggu Wulan selesai.
Sesudah selesai melipat pakaian, Wulan intip dari dalam, ternyata dia adalah Budi. Budi adalah suami dari ipar (adik suami) Wulan. Wulan sangat dekat dengan Dian, istri Budi. Wulan juga mempunyai hubungan baik dengan Budi. Ia berumur kira-kira 36 tahun, berwajah tampan dengan kulit putih dan Wulan akui lebih tampan dari suami Wulan. Perawakannya tidak tinggi, hanya sekitar 164 cm, hampir sama dengan tinggi Wulan.
Melihat Budi di luar Wulan jadi agak terburu-buru. Biasanya Wulan menemui orang yang bukan suami dan keponakan (atau wanita) selalu dengan mengenakan pakaian wanita rapi dan tertutup rapat. Karena terburu-buru dan tanpa Wulan sadari, Wulan hanya mengenakan baju tidur berkain halus warna putih sebatas lutut berlengan pendek dengan kancing-kancing di depan. Untung Wulan masih sempat mengenakan secarik kain selendang warna hitam untuk menutup kepala, seperti selendang tradisional yang diselempangkan di kepala hanya untuk menutup rambut. Leher Wulan terbuka dan telinga Wulan terlihat jelas. Apa boleh buat Wulan tidak dapat membiarkan Budi menunggu Wulan di depan rumah terlalu lama.
Wulan membuka pintu. Budi tersenyum melihat Wulan walaupun Wulan tahu dia agak heran melihat Wulan tidak berpakaian seperti biasanya.
“Apa kabar Wulan “, sapanya, “Saya membawakan titipan pakaian dari Dian”.
“Eh, ayo masuk Bud, baru dari kantor ya ?“, dan Wulan persilakan dia masuk.
Wulan lalu mengambil barang yang dibawa Budi dan meletakkannya di meja makan. Meja makan terletak di ruang tengah tidak jauh dari meja komputer. Dapur dapat terlihat jelas dari ruang tamu.
Sambil duduk di sofa ruang tamu, Budi mengatakan “Saya tadi ketemu suamimu di kantor katanya baru pulang jam enam nanti”. Eh, Mana keponakanmu, Wulan ?”, kata Budi lagi.
“Adit sedang main ke rumah teman dari siang tadi dan katanya mungkin baru pulang agak malam” kata Wulan.
Tiba-tiba Wulan menyadari bahwa mereka hanya berdua saja. Wulan duduk di sofa di seberang dari kursi sofa yang diduduki Budi. Pada saat Wulan mulai duduk Wulan baru menyadari agak sulit untuk duduk dengan rapi dan tertutup dengan pakaian yang Wulan kenakan. Posisi alas duduk sofa cukup rendah sehingga pada saat duduk lutut terasa tinggi dibandingkan dengan pantat. Jadi bagian bawah paha Wulan agak terangkat sedikit dan agak sulit tertutup sempurna dengan pakaian seperti yang Wulan kenakan dan pada saat duduk ujung pakaian tertarik ke atas lutut. Budi tampak agak terkesiap melihat Wulan. Sekilas ia melirik ke lutut dan paha Wulan yang memang putih dan tidak pernah kena sinar matahari (Wulan selalu berpakaian panjang ke luar rumah). Wulan agak malu dan canggung (Wulan kira Budi juga tampak agak canggung). Tetapi mereka sudah bukan remaja lagi dan dapat menguasai diri.
“Apa kabar Dian, Bud”, tanya Wulan.
“Dian beberapa hari ini kurang sehat, kira-kira sudah semingguan lah “, kata Budi. “Bagaimana Adit, Wulan ?, apa enggak ada pelajaran yang tertinggal ?”, Budi balik bertanya.
“Yah, si Adit sudah mulai oke koq dengan pelajarannya. Mudah-mudahan saja sih prestasinya terus-terusan bagus”, Wulan jawab.
Tiba-tiba Budi bilang ” Wah, kayak-kayaknya Adit semakin getol main komputernya yah Wulan, kan sudah SMA”.
Deg perasaan Wulan, semua pengalaman internet jadi terbayang kembali. Terutama terbayang pada Adit saat beronani di depan komputernya.
“Eh, kenapa kak Wulan, koq kaya seperti orang bingung sih ?”, Budi melihat perubahan sikap Wulan.
“Ah, tidak apa-apa kok. Tapi si Adit memang sering sekali main komputer.” kata Wulan.
Wulan mendadak merasakan keberduaan yang mendalam di ruangan itu. Wulan merasa semakin canggung dan ada perasaan berdebar. Untuk menghindar dari perasaan itu Wulan menawarkan minum pada Budi, “Wah lupa, kamu mau minum apa Bud ?”.
“Kalau tidak merepotkan, Wulan minta kopi saja deh”, kata Budi.
Wulan bangkit berdiri dari sofa. Tanpa Wulan sengaja, paha dan kaki Wulan sedikit terbuka pada saat Wulan bangun berdiri. Walaupun sekilas, Wulan melihat pandangan mata Budi melirik lagi ke paha Wulan, dan tampak agak gugup. Apakah dia sempat melihat bagian dalam paha saya?, pikir Wulan di dalam hati.
“Tunggu sebentar ya..”, kata Wulan ke Budi. Sambil menuju ke kamar membawa pakaian titipan dari Dian, Wulan melirik sebentar ke arah Budi. Budi tampak tertunduk tetapi tampak ia mencuri pandang ke arah Wulan.
Wulan tersadar bahwa penampilan pakaian Wulan yang tidak biasanya telah menarik perhatiannya. Terutama sekali mungkin karena posisi duduk Wulan tadi yang menyingkap bagian bawah pakaian Wulan. Wulan yang terbiasa berpakaian tertutup rapat, ternyata dengan pakaian seperti ini, yang sebenarnya masih terbilang sopan, telah mengganggu dan menggugah (sepertinya) perhatian Budi. Menyadari ini Wulan merasa berdebar-debar kembali, dan tubuh Wulan terasa seperti dialiri perasaan hangat.
Tanpa sengaja Wulan melihat cermin lemari pakaian dan menyaksikan penampilan Wulan di kaca yang membuat Wulan terkesiap. Ternyata pakaian yang Wulan kenakan tidak dapat menyembunyikan pola pakaian dalam (bra dan celana dalam) yang Wulan kenakan. Celana dalam yang Wulan pakai terbuat dari bahan tipis berwarna putih sedangkan kutangnya berwarna hitam. Karena pakaian yang Wulan kenakan berwarna putih dan terbuat dari bahan yang halus maka celana dalam dan bh tadi tampak terbayang dari luar. Ya ampun ., Wulan tidak menyadari, dan tentunya Budi dapat melihat dengan leluasa. Wulan menjadi merasa agak jengah. Tetapi entah mengapa ada perasaan lain yang muncul, Wulan merasa sexy dan ada perasaan puas bahwa Budi memperhatikan penampilan Wulan. Tubuh Wulan tampak ramping dengan kulit yang putih. Budi yang Wulan anggap sopan dan ramah itu ternyata memperhatikan tubuh dan penampilan Wulan. Wulan merasa nakal dan tiba-tiba perasaan birahi itu muncul sedikit demi sedikit. Bayang-bayang persetubuhan dan sex di internet melingkupi Wulan. Oh., bagaimana ini.. Aduh ., birahi ini, apa yang harus dilakukan.
Wulan jadi tidak bisa berpikir lurus. Wulan berusaha menenangkan diri tetapi tidak berhasil. Akhirnya Wulan putuskan, Wulan akan melakukan sedikit permainan, dan lihat saja apa nanti yang akan terjadi. Wulan merasa jatuh ke dalam takdir.
Dengan dada berdebar, perasaan malu, perasaan nakal, dan tangan agak gemetar, Wulan membuka kancing baju Wulan yang paling bawah. Bagian bawah dari baju Wulan sekarang tersibak hingga 15 cm di atas lutut. Mungkin bukan seberapa, tetapi bagi Wulan sudah lebih dari cukup untuk merasakan kenakalan birahi. Satu lagi kancing baju yang paling atas Wulan buka sehingga bagian atas yang mulai menggunduk dari tetek Wulan mulai terlihat. Payudara Wulan cukup montok, berukuran 34B. Sambil berdebar-debar Wulan keluar kamar menuju dapur.
“Wah maaf ya Bud, agak lama, sekarang Wulan buat dulu kopinya.” kata Wulan. Wulan dapat merasakan Budi memandang Wulan dengan perhatian yang lebih walaupun tetap sangat sopan. Ia tersenyum, tetapi lagi-lagi pandangannya menyambar bagian bawah tubuh Wulan. Wulan tahu bahwa untuk setiap langkah Wulan, pakaian bawah Wulan tersibak, sehingga ia dapat melihat bagian paha Wulan yang mulai sangat memutih, kira-kira 20 cm di atas lutut. Wulan merasa sangat sexy dan nakal, dibarengi dengan birahi. Saat itu Wulan tidak ingat lagi akan suami dan keponakan. Pikiran Wulan sudah mulai diselimuti oleh nafsu berahi.
Wulan berpikir untuk menggoda Budi. Wulan membuka lemari dapur dan membungkuk untuk mengambil tempat kopi dan gula. Wulan sengaja membungkukkan pinggang ke depan dengan menjaga kaki tetap lurus. Baju Wulan bagian belakang tertarik ke atas sekitar 20 cm di atas lipatan lutut dan celana dalam tercetak pada baju karena ketatnya. Wulan dapat merasakan Budi memandangi tubuh Wulan terutama pantat dan paha Wulan. Kepuasan melanda Wulan yang dapat menarik perhatian Budi. Wulan merasa Budi selalu melirik-lirik Wulan.
Secangkir kopi yang masih panas Wulan bawa ke ruang tamu. Tepat di depan sofa ada meja pendek untuk meletakkan minuman. Wulan berjongkok persis di seberang Budi untuk meletakkan kopi. Wulan berjongkok dengan satu lutut di lantai sehingga posisi kaki agak terbuka. Samar-samar Wulan mendengar Budi mendesis. Sambil meletakkan kopi Wulan lirik dia, dan ternyata ia mencuri pandang ke arah paha-paha Wulan. Wulan yakin ia dapat melihat nyaris ke pangkal paha Wulan yang tertutup celana dalam putih. Sambil berjongkok seperti itu Wulan ajak dia ngobrol.
“Ayo di minum kopinya Bud, nanti keburu dingin”, kata Wulan.
“Oh, ya, ya, terima kasih”, kata Budi sambil mengambil kopi yang memang masih panas, sambil kembali pandangannya menyambar ke arah bagian dalam paha Wulan.
Sekitar tiga menitan Wulan ngobrol dengan Budi membicarakan masalah kopi, sambil tetap menjaga posisi Wulan.
Wulan lihat Budi mulai gelisah dan mukanya agak pucat. Apakah ia terangsang, tanya Wulan dalam hati.
Wulan kemudian bangkit dan duduk di sofa di tempat semula Wulan duduk. Wulan duduk dengan menyilangkan kaki dan menumpangkan paha yang satu ke atas paha yang lain. Wulan melihat lagi Budi sekilas melirik ke bagian tubuh Wulan .
“Hemmhhh ..”, Wulan mendengar Budi menghela napas. Bagian bawah baju Wulan tertarik jauh ke atas hingga setengah paha, dan Wulan yakin Budi dapat melihat paha Wulan yang terangkat (di atas paha yang lain) hingga dekat ke pantat Wulan.
Mereka terdiam beberapa saat. Secara perlahan Wulan merasakan memek Wulan mulai berdenyut. Suasana ini membuat Wulan mulai terangsang. Pandangan Wulan tanpa terasa menyaksikan sesuatu yang mengguncang dada. Wulan melihat mulai ada tonjolan di celana Budi di bagian dekat pangkal paha. Dada Wulan berdebar-debar dan darah terasa mendesir. Wulan tidak sanggup mengalihkan pandangan Wulan dari paha Budi. Astaga, tonjolan itu semakin nyata dan membesar hingga tercetaklah bentuk seperti batang pipa. Oh., ukuran tonjolan itu membuat Wulan mengejang. Wulan merasa malu tetapi juga dicengkeram perasaan birahi. Muka Wulan terasa memerah. Wulan yakin Budi pasti menyaksikan Wulan memandangi tonjolan kontolnya.
Untuk memecahkan suasana diam Wulan berusaha mencari omongan. Sebelumnya Wulan agak menyandar pada sofa dan menurunkan kaki Wulan dari kaki yang lain. Sekarang Wulan duduk biasa dengan paha sejajar agak terbuka. Bagian bawah baju Wulan tertarik ke atas.
“Ehhheeehh”, terdengar desah Budi. Kini ia dapat melirik dan menyaksikan dengan leluasa kedua belah paha Wulan hingga bagian atas.
Paha Wulan cukup berisi berwarna putih. Budi seolah tidak dapat mengalihkan pandangannya dari paha Wulan. Ohhhh .., Wulan lihat tonjolan di celananya tampak berdenyut. Wulan merasakan nafsu yang menggejolak dan pumya keinginan untuk meremas tonjolan itu.
“Eh .. Bud, kenapa kamu? Kamu kok kayaknya pucat lho”, astaga suara Wulan terdengar gemetar.
“Ah..,Wulan .., enggak … apa-apa kok”, suara Budi terputus-putus, wajahnya agak tersipu, merah dan tampak pucat.
“Itu kok ada tonjolan, memangnya kamu kenapa?”, kata Wulan sambil menggangukkan kepala ke tonjolan di celananya. Ahh, Wulan malu sekali waktu mengucapkan itu, tapi nafsu Wulan mengalahkan semua pikiran normal.
“Ehh.., euuuh., oh yahh ., ini lho, penampilan Wulan beda sekali dengan biasanya” kata Budi jujur sambil terbata-bata.
Wulan paksakan diri untuk mengatakan. “ Apa Budi tertarik . terangsang .. melihat Wulan?”.
“Ahh, saya nggak bisa bohong, penampilan Wulan .. eh . tidak biasanya. Wulan mesti sudah bisa lihat kalau saya terangsang. Kita kan sudah bukan keponakan kecil lagi” kata Budi.
Tiba-tiba saja Budi berdiri dan duduk di sebelah Wulan.
“Wulan, . eh saya mohon mohon maaf, tapi saya tidak sanggup menahan perasaan. Wulan jangan marah … “ begitu saja meluncur kata-kata itu dari Budi. Ia mengucapkan dengan sangat perasaan dan sopan. Wulan terlongong-longong saja mendengar kata – katanya..
“Ahh .. Bud .”, hanya itu kata yang terucap dari mulut Wulan. Dengan beraninya Budi mulai memegang tangan kanan Wulan dan mengusap-usapnya dengan lembut. Diangkatnya tangan Wulan dan diciumi dengan lembut. Dan yang menggairahkan Wulan, jari-jari tangan Wulan dijilat dan dihisapnya. Wulan terbuai dan terangsang oleh perbuatannya. Tiba-tiba saja diletakkannya tangan Wulan tepat di atas kontolnya yang menonjol. Tangan Wulan terasa mengejang menyentuh benda yang keras dan liat tersebut. Terasa
Budi bergerak-gerak menggeliat akibat sentuhan dan remasan tangan Wulan.
“Eehhmm.” Budi mendesah. Tanpa terasa Wulan mulai meremas-remas tonjolan itu, dan batang Budi terasa semakin bergerak-gerak.
“Oooh Wulan, eeehhhmmm … ohhgg, nikmaat sekali .”, Budi mengerang. “Eeehhh . jangan terlalu keras meremasnya, ahh .. diusap-usap saja, saya takut tidak kuat nahannya”, bisik Budi dengan suara gemetar.
Budi mulai membelai kepala Wulan dengan kedua tangannya.
“Kak Wulan lehernya putih sekali”, katanya lagi.
Wulan merasa senang mendengar ucapannya. Dibelainya rambut Wulan dengan lembut sambil menatap muka Wulan. Wulan bergetar memandang tatapannya dan tidak mampu melawan pandangannya. Budi mulai menciumi pipi Wulan. Dikecupnya kedua mata Wulan mesra. Digesek-gesekkannya hidungnya ke hidung Wulan ke bibir Wulan berlama-lama bergantian. Saat itu tidak hanya birahi yang melanda Wulan .. tetapi juga perasaan Wulanng yang muncul.
Ditempelkannya bibirnya ke bibir Wulan dan digesek-gesekkan. Rasa geli dan panas terasa menjalar merambat dari bibir Wulan ke seluruh tubuh dan bermuara ke daerah selangkangan. Wulan benar-benar terbuai. Wulan tidak lagi mengusap-usap kontolnya dari balik celana, tetapi kedua lengan Wulan sudah melingkari lehernya tanpa sadar. Mata Wulan terpejam erat-erat menikmati cumbuannya. Tiba-tiba terasa lidahnya menerobos masuk mulut Wulan dan dijulurkannya menyentuh ujung lidah Wulan. Dijilatinya lidah Wulan dengan lidahnya.
“Eenggghh ..” Tanpa sadar Wulan menjulurkan lidah Wulan juga. Kini mereka saling menjilat dan napas Wulan tersengal-sengal menikmati kelezatan rangsangan pada mulut Wulan. Air ludah Wulan yang mengalir dijilati oleh Budi. Seperti orang kehausan, ia menjilati lidah dan daerah bibir Wulan.
“Aaauungghh .. ooohhhh…”, Wulan mulai mengerang-erang. Napas Budi juga terdengar memburu, “Heeeghh… hhnghh”, ia mulai mendesah-desah. Muka mereka sekarang berlepotan ludah, bau ludah tercium tetapi sangat Wulan nikmati. Dikenyot-kenyotnya lidah Wulan kini sambil menjelajahkan lidahnya di rongga mulut Wulan. Wulan membuka mulut Wulan selebar-lebarnya untuk memudahkan Budi. Sekali-kali ia menghirup cairan ludah Wulan. Wulan tidak menyangka, laki-laki yang sehari-hari tampak sopan ini sangat menggila di dalam sex. Dijilat-jilatnya juga leher Wulan. Sekali-kali leher Wulan digigit-gigit. Ohhh .., alangkah nikmatnya, Wulan sangat menikmati yang ia lakukan pada Wulan.
Tiba-tiba Budi menghentikan aktivitasnya, “Wulan, pakaiannya saya buka yaahh”.
Tanpa menunggu jawaban Wulan, ia mulai membuka kancing-kancing baju dari atas hingga ke bawah. Dilepaskannya baju Wulan. Sekarang Wulan tergolek bersandar di sofa hanya dengan BH dan celana dalam saja beralaskan baju yang sudah terlepas.
“Indah sekali badan Wulan. Putih sekali”, katanya. Diusap-usapnya perut Wulan.Diciumnya lembut perut Wulan dan dijilatnya sedikit pusar Wulan. Rasa geli dan nikmat menjalar dari pusar dan kembali bermuara di daerah kemaluan Wulan.
Budi mengalihkan perhatiannya ke tetek Wulan. Diusap-usapnya tetek Wulan dari balik BH. Perasaan geli tetapi nyaman terasa pada tetek Wulan. Tanpa diminta Wulan buka BH sendiri. Kini kedua tetek Wulan terpampang tanpa penutup. Bayu memandangi kedua gundukan di dada Wulan dengan muka serius. Tetek Wulan yang montok dan kenyal dengan pentil berwarna coklat muda. Kemudian ia mulai membelai-belai kedua tetek Wulan. Merinding nikmat terasa tetek Wulan. Semakin lama belaiannya berubah menjadi pijitan-pijitan penuh nafsu. Kenikmatan terasa menerjang kedua tetek Wulan. Wulan mengerang-erang menahan rasa nikmat ini. Kini dijilatinya pentil tetek yang sebelah kanan. Tidak puas dengan itu dikenyotnya pentil tadi dalam-dalam sambil meremas-remas tetek. Wulan tidak dapat menahan nikmat dan tanpa terasa tubuh Wulan menggeliat-geliat liar. Cairan terasa merembes keluar memek Wulan dan membasahi celana dalam yang Wulan kenakan. Kini Budi berpindah ke tetek dan pentil Wulan yang sebelah kiri dan melakukan hal yang sama. Dikenyutnya pentil Wulan sambil digigit-gigit, dan diremas-remasnya pula kedua tetek Wulan. Perasaan nikmat membakar tetek Wulan dan semakin lama rasa nikmat itu menjalar ke lubang memek Wulan. memek Wulan terasa basah kuyup oleh cairan yang keluar. Wulan mengerang-erang dan mengaduh-aduh menahan nikmat,
“Oooohh Buuuud..”.
Tangan Budi sekarang menjalar ke bagian celana dalam Wulan. “Ahhh, Wulan celananya sudah basah sekali”, kata Budi.
“Enghh, iya Buud.., Wulan sudah sangat terangsang, ooohhh, nikmat sekali”, kata Wulan.
Tepat di bagian depan memek Wulan, jari-jarinya membelai-belai bibir memek melalui celana dalam. Rasa geli bercampur nimat yang luar biasa menerjang memek Wulan. Wulan tidak dapat menahan rasa nikmat ini, dan mengerang -erang.
Kemudian Budi menarik dan melepas celana Wulan. Kini Wulan tergeletak menyandar di sofa tanpa busana sama sekali.
“Ohh, indah sekali”, kata Budi. Diusap-usapnya rambut jembut Wulan yang jarang-jarang itu.
“Sangat merangsang lan” , kata Budi. Dibukanya kedua belah paha Wulan, dan didorong hingga lutut Wulan menempel di perut dan dada. Bibir-bibir memek Wulan kini terbuka lebar dan dapat Wulan rasakan lubang memek Wulan terbuka. Wulan merasa ada cairan merembes keluar dari dalam lubang memek. Wulan sudah sangat terangsang.
Tiba-tiba saja Budi berlutut di lantai dan ohhhhh, diciumnya memek Wulan.
“Ahh, jangan Bud, malu…”, kata Wulan kagok.
Budi tidak perduli. Dijilatinya memek Wulan. Perasaan nikmat menyerbu daerah selangkangan Wulan. Wulan tidak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menikmati yang dia lakukan. Dijilatinya kelentit Wulan, dan sekali-sekali dijulurkannya lidahnya masuk ke lubang memek yang sudah sangat basah itu. Ujung lidah Budi keluar masuk lubang kenikmatan Wulan, kemudian berpindah ke kelentit, terus berganti-ganti. Tangan Budi meremas-remas tetek Wulan dengan bernafsu. Slerp, slerp .., bunyi lidah dan mulutnya di memek Wulan. Kenikmatan semakin memuncak di memek Wulan, dan terasa menembus masuk hingga ke perut dan otak Wulan. Wulan tidak mampu lagi menahannya. Kedua kaki Wulan mengejang-ngejang, Wulan menjepit kepala Budi dengan tangan dan Wulan tarik sekuat-kuatnya ke memek Wulan. Wulan gosok-gosokkan mukanya ke memek Wulan.
“Oooh, Buuud, Wulan keluar, ooooohhh …, nikmat sekali, oohhhh” Wulan menjerit dan mengerang tanpa Wulan tahan lagi.
Rasa nikmat yang tajam seolah menusuk-nusuk memek dan menjalar ke seluruh tubuh. Terpaan nikmat itu melanda, dan tubuh Wulan terasa mengejang beberapa saat. Sesudah kenikmatan itu lewat, tubuh Wulan terasa lemah tetapi lega dan ringan. Kaki Wulan terjuntai lemah. Budi sudah berdiri. Ia kini melepas seluruh bajunya. Celana panjang dipelorotkannya ke bawah dan dilepas bersama dengan celana dalamnya.
Oohhhhh, tampak pemandangan yang luar biasa. Budi ternyata memiliki
yang besar, tidak sesuai dengan badannya yang sedang-sedang ukurannya. itu berwarna coklat kemerahan. Suami Wulan bertubuh lebih besar dari Budi, tetapi Budi ternyata luar biasa. Astaga, ia mengocok-kocok itu yang berdiri kaku dan terlihat mengkedut – kedut. Kepala kontolnya tampak basah karena cairan dari lubang kencingnya. Tanpa Wulan sadari, tangan Wulan menjulur maju dan membelai itu. Ogghhh besarnya, dan alangkah kerasnya. Wulan remas kepalanya, oohhhh .. Keras sekali, Wulan peras-peras kepalanya. Budi mengejang-ngejang dan keluar cairan bening menetes-netes dari lubang di kepala kontolnya.
“Ahhhhh, jangan Wulan, saya nggak tahan, nanti saya muncrat keluar”, bisiknya sambil mengerang.
“Saya mau keluarkan di dalam memek Wulan saja, boleh yahhh ?”, kata Budi lagi.
“Ahh, iya, Buud .., cepetan masukin ke memek Wulan, ayoohh”, kata Wulan.
yang keras itu Wulan tarik dan tempelkan persis di depan lubang memek Wulan yang basah kuyup oleh cairan memek dan ludah Budi. Tidak sabar Wulan rangkul pantat Budi, Wulan jepit pula dengan kedua kaki Wulan, dan Wulan paksa tekan pinggulnya. Ahhhhh, lubang memek Wulan terasa terdesak oleh benda yang sangat besar, ohhhh dinding-dinding memek Wulan terasa meregang. Kenikmatan mendera memek Wulan kembali. itu terus masuk menembus sedalam-dalamnya. Dasar lubang memek Wulan sudah tercapai, tetapi itu masih lebih panjang lagi. Belum pernah Wulan merasakan sensasi kenikmatan seperti ini. Wulan hanya tergolek menikmati kebesaran itu. Budi mulai meremas-remas tetek Wulan dengan kedua tangannya. Tiba-tiba itu mengenjot memek Wulan keluar masuk dengan cepatnya. Wulan tidak mampu menahannya lagi, orgasme kembali melanda, sementara itu tetap keluar masuk dipompa dengan cepat dan bertenaga oleh Budi.
“Aduuuhh, Buud, nikmat sekali.., aku nggak kuat lagi ..”. Wulan merengek-rengek karena nikmatnya.
“Hheehhhheh, sebentar lagi saya keluaaaar lan ..”, kata Budi. Kocokannya semakin menjadi-jadi. Tiba-tiba terasa tubuhnya menegang.
“Ahhhuuuggh, saya keluar laan .”, erang Budi tertahan-tahan. Budi terbernam sedalam-dalamnya.
Crut .. cruutt . crutt,
Wulan merasakan ada cairan hangat menyemprot jauh di dalam memek Wulan seolah tanpa henti. Budi memeluk Wulan erat-erat sambil menyemprotkan cairan maninya didalam memekku. Mukanya tampak menegang menahan kenikmatan. Ada sekitar satu menit ia meregang nikmat sambil memeluk Wulan.
Sesudah itu Budi menghela napas panjang. “Saya tidak tahu apakah saya menyesal atau tidak, … tapi yang tadi sangat nikmat. Terima kasih Wulan”. Diciuminya muka Wulan. Wulan tidak dapat berkata apa-apa. Air mata Wulan menetes keluar. Wulan sangat menyesali yang telah terjadi, tetapi Wulan juga menikmatinya sangat mendalam. Saat itu Wulan juga merasakan penyesalan Budi. Wulan tahu ia sangat menyayangi Dian istrinya. Tetapi nasi sudah menjadi bubur.
Sejak kejadian itu, mereka hanya pernah mengulangi bersetubuh satu kali. Itu mereka lakukan kira-kira di minggu ketiga bulan Januari. Yang kedua itu mereka melakukannya juga dengan menggebu-gebu.
Sejak itu mereka tidak pernah melakukannya lagi hingga kini. Mereka masih sering bertemu, dan berpandangan penuh arti. Tetapi mereka tidak pernah sungguh-sungguh untuk mencari kesempatan melakukannya. Wulan masih terus didera nafsu sex setiap hari. Wulan masih terus bermain dengan internet dan menjelajahi dunia sex internet. Wulan terus berusaha menekan birahi, tetapi Wulan merasa tidak mampu. Mungkin suatu saat Wulan nanti Wulan akan melakukannya lagi dengan Budi, dengan segala perasaan dan kegalauan yang menyertai.

*E N D***