Tante Nakal

Cerita Malam Jumat - Senang rasanya ijin cuti ku di ACC oleh Kepala unit ku. Sehingga aku bisa liburan bersama suami ku. Sesuai rencana kami ingin pulang ke kampung halaman Mas Diky suami ku.* Kebetulan juga Tony, anak ku semata wayang yang masih sekolah dasar juga libur sekolah, jadi bisa agak lama disana. Hari itu kami sekeluarga berangkat. Setelah 6 jam perjalanan kami tiba dirumah orang tua suami ku. Disana hanya tinggal Bapak dan adik perempuan suami ku beserta suaminya. Bapak suami ku seorang mantan Kades. walaupun cuma Kades, namun disana beliau sangat dihormati. Mbah Marno, begitu orang menyebutnya. Usianya sudah 64 tahun, sejak istrinya meninggal beliau hanya tinggal bersama si Dewi.



“Mbak Maya, kangen lama gak ketemu”, sapa Dewi pada ku sambil memeluk ku.
“Bener juga wi, lama gak pulang, kang mas mu sibuk terus”, jawab ku.
“Bagas sudah besar ya, kelas berapa?”,
“Kelas 5 tante”, jawab anak ku.
“Anak mu mana wi?”, tanya ku.
“Sedang bobok Mbak didalam”.

“Suami mu mana wi?”, tanya suami ku.
“Sedang di sawah mas, tadi ngirim kopi buat yang garap sawah, ayo masuk dulu terus makan”, tambah Dewi.

Nardi, Suami Dewi bekerja di Puskesmas desa, menjadi pekerja kesehatan. Dewi punya anak perempuan, Dian namanya. Baru berusia 10 bulan. Kami berkumpul bersama keluarga suami ku. Senang rasanya setelah lama tidak ketemu. Sore semakin ramai karena banyak saudara yang datang karena lama tidak bertemu dengan suami ku. Hilir mudik sanak saudara datang sampai malam. Jam sudah menunjukkan pukul 11 malam. Aku mengantar Tony tidur lalu berjalan menuju kamar ku. Ketika aku melewati kamar Dewi terdengar suara orang berbicara. Kebetulan pintu agak sedikit terbuka jadi terlihat ada orang didalam. Ternyata Nardi sedang berhubungan intim dengan Dewi.
“Masss pelan-pelan nanti ada yang dengar”, bisik Dewi.
“Udah pada tidur”, jawab Nardi singkat sambil men-doggy Dewi.
Namun yang membuat ku kaget, Dewi disodok dari belakang sambil tetap menyusui anak bayinya. Sehingga susu Dewi terlihat bergoyang-goyang, sesekali air susu Dewi muncrat keluar. Melihat pemandangan itu membuat ku jadi panas dingin.

“Ahhhh masss, enaaakkk”, desah Dewi.
“Goyang terus dik, mas mau keluarrr”,
“Aakuuhhhh kellluuaaarrrr masssss”, Dewi mencapai orgasmenya.
Tangan Nardi meremas kuat-kuat payudara Dewi yang bulat penuh sehingga air susunya muncrat tidak karuan.
“Crooootttt croooootttt crooooootttttt”, pejuh Nardi membanjiri rahim Dewi.
“Puass dikk”, kata Nardi.

Ketika dicabut dari rahim Dewi terlihat penis Nardi begitu mengkilap dan tetap tegak berdiri. Tidak terlalu panjang , namun cukup besar. Penis Nardi kemudian dikulum oleh Dewi penuh nikmat.

Aku cepat-cepat meninggalkan tempat itu lalu menuju kamar ku. Setibanya di kamar aku tak berani bercerita dengan suami ku. Sebenernya aku bener-bener pengen namun suami ku sudah tertidur karena kecapekan.
Sudah kucoba untuk memejamkan mata, namun tetap tak bisa tidur. Terbayang terus oleh ku penis gemuk punya Nardi. Kemudian aku keluar kamar menuju kamar mandi. Ketika melintas didepan kamar Dewi suasana begitu sepi hanya terlihat si kecil sedang tidur. Aku melanjutkan langkah ku menuju kamar mandi.

Betapa terkejutnya aku ternyata di dapur Dewi setengah telanjang sedang jongkok sambil mengoral penis Nardi. Nampak wajah Nardi begitu menikmati servis mulut Dewi. Sesekali Nardi menghentakkan pinggulnya sehingga penis nya masuk lebih dalam ke tenggorokan Dewi. Aku semakin ingin ngentot.
Kemudian Nardi membaringkan Dewi diatas meja makan. Kaki Dewi dibuka lebar-lebar, kemudian tanpa ragu Nardi mengoral lubang peranakan Dewi.

Nardi begitu ganas menjilati vagina Dewi. Dewi menggeliat tidak karuan karena geli. Belum selesai sampai disitu, sambil berdiri Nardi langsung menusukkan penisnya ke vagina Dewi.
“Uuhhhhh uuhhh uuhhh aaahhhh”, suara desahan Dewi.
“Terus dik, jepit kontol ku”, kata Nardi.
“Sogok tempik ku yang dalam mas”,
“Aahg enak dikkk tempik mu”.

Setelah beberapa saat menggenjot Dewi, Nardi duduk di kursi makan dan Dewi duduk dipangkuan menghadap ke arah suaminya. Dewi begitu liar menggenjot Nardi. Payudara Dewi bergoyang naik turun, tangan Dewi mengarahkan payudaranya agar disedot oleh suaminya.
“Kenyotin masss”, perintah Dewi.
“Ssrrruuuppptt ssrruuupptt ssruuuuppt”, suara Nardi menyusu pada istrinya.
Vagina ku sendiri sudah becek, karena sedari tadi sudah ku kocok dengan tangan ku.
“Akuhhhh keluaaarrrr”, desah Dewi.
“Akuuu jugaa mau keluaaarrr dikk”,
“Croooott crooooot croooooootttt crooooottt”, pejuh Nardi dan Dewi bercampur dalam rahim Dewi.
Rasanya badan ku begitu lemas setelah masturbasi dan orgasme berkali-kali. Aku bergegas menuju kamar ku untuk tidur.

Pagi menjelang, aku membantu Dewi menyiapkan sarapan. Setelah sarapan semua melanjutkan aktifitas. Nardi pergi bekerja, suami ku dan Tony pergi memancing di sungai. Aku dirumah bersama Dewi dan Bapak.

Seharian penuh aku mengobrol bersama Bapak, Dewi sibuk mengurus si kecil. Aku tau Bapak mertua ku memang menyukai barang antik dan benda-benda kuno. Dari jam dinding, uang koin, batu akik, dan juga keris.

Pernah aku bertanya dengan suami ku namun dia hanya santai saja, katanya Bapak memang suka koleksi benda-benda antik. Selain itu katanya buat kewibawaan dan pengasihan.

“Bapak mau minum kopi?”, tanya ku.
“Iya boleh, jangan pakai gula”, jawabnya singkat sambil sedari tadi menggosok koleksi koin-koin antiknya.
Aku bergegas ke dapur untuk membuat kopi. Kami mengobrol kesana kemari. Bapak juga bercerita tentang sejarah benda-benda koleksinya. Aku yang semula malas, jadi antusias karena Bapak begitu menggebu-gebu bercerita.

“Mbak nanti sore aku mau pergi ke rumah Mas Nardi, ibu sakit”, kata Dewi.
“Iya wi gak apa-apa, Bapak aku yang ngurus, kangmas mu betah ya kalo sudah mancing”,
“Emang gitu mbak, dia suka mancing”,
“Tony juga ketularan hobinya”, jawab ku lagi.

Sore itu Nardi, Dewi beserta anaknya pergi ke rumah orang tua Nardi. Tidak jauh hanya beda kecamatan. Suami ku dan Tony belum pulang padahal hari sudah mulai gelap, mendung pula. Aku coba untuk menelpon suami ku.

“Halo, mas pulang, inget waktu”, bentak ku.
“Iya mah, ini udah hujan, aku mampir ke rumah Lik Mono”, jawab suami ku.
“Tuh kan, tadi gak mau bawa jas ujan”,
“Nanti kalo reda langsung pulang”.

Hati ku masih agak marah, karena seharian ditinggal suami dan anak ku. Aku menuju ruang tengah untuk menonton tv. Tiba-tiba hujan turun sangat deras. Aku melihat jam sudah menunjukkan pukul 18.30.

“Diky belum pulang May?”, tanya Bapak.
“Belum Pak, mampir di rumah Lik Mono”,
“Ooh yasudah, ndak apa, biar diurusi Mono”, jawab Bapak.

Tiba-tiba badan ku terasa panas-dingin. Apa mungkin gara-gara hujan, pikir ku. Aku mencoba bangkit dari kursi namun berat sekali. Rasanya tidak karuan, dari ujung kaki sampai kepala.

“Kenapa nduk”, tanya Bapak.
“Badan Maya lemes Pak, gak enak”,
“Lemes kenapa, semalam saja kamu kuat keluar berkali-kali”, kata Bapak.
“Maksud Bapak?”, jawab ku kaget.
“Kamu semalam liat Nardi main sama Dewi kan?”,
“Enggak Pak”, jawab ku takut.
“Udah tenang saja, Bapak sudah tau”.

Tiba-tiba bapak mengeluarkan dua buah cincin lengkap dengan batu akik. Bentuknya cukup aneh, yang satu berwarna hitam seperti kopi, ditengahnya ada lubangnya. Sedangkan yang satu lagi berwarna cokelat berlapis-lapis. Lebih anehnya lagi batu cincin itu memiliki dua buah puncak. Jadi bentuknya mirip payudara wanita.

Badan ku makin tidak karuan, saat Bapak meniup batu cincin yang berlubang itu. Rasanya seperti dialiri listrik, menjalar ke seluruh tubuh.

“Yen ora bisa nyancang atine, nyancango dalane si jabang bayi”, kata bapak sambil meniup lagi lubang batu itu.

“Aahhhh pakkkk sudaaaaahhhhh”, rasanya ada yang mau keluar dari vagina ku.
“Nikmati saja nduk, nanti kamu suka”, jawab bapak.

Aku mencoba bangkit dari kursi namun tak bisa. Seolah-olah raga ku terikat di kursi itu. Kemudian Bapak mengosok-gosok batu yang berbentuk seperti payudara itu. Digosoknya dengan perlahan namun terus-menerus.
“Aduuhhh paaakkk susuuuuu kuuuuhhhh”, payudara ku serasa ada yang meremas-remas.
“Enak kan nduk, coba tadi kamu buka baju pasti lebih enak”, jawab bapak sambil menggosok batu itu lagi.
“Sudah pakkkk, suddaaaaaahhhhhhh”,
“Kalo begini gimana?”, jawab bapak lagi sambil meniup lubang cincin yang satu.

“Aaaaaarrrrggghhhhhhhhh keluaaarrrrr”, aku orgasme tanpa tau apa sebabnya.
Sungguh kombinasi yang sempurna, vagina ku serasa diobok-obok dan payudara ku seperti di remas-remas.


“Lagi ya nduk, ini belum seberapa”,
“Sudah pakkk, Maya lemesss”, aku memelas.
Kali ini kedua buah batu itu disejajarkan lalu dijilati oleh bapak.

“Aaaaaarrrrrggghhhh aaaaaaaahhhhhhhh paaakkkkkkkk sudaaaahhhh”, rasanya vagina dan payudara ku seperti digarap secara bersamaan.
Puting susu ku serasa disedot-sedot sedangkan vagina ku seperti dijilati.

“Maayyyaaaaaaaaa keluaaaarrrrrr lagihhhhhhh pakkkkkhhhhgg”, aku orgasme lagi. Celana ku sudah becek tidak karuan.

“Sekarang ikut ke kamar Bapak”, perintahnya.
Aku tak bisa menjawab, namun anehnya badan ku mengikuti perintah bapak. Didalam kamar sudah ada banyak sesaji lengkap dengan dupa dan air kembang.

“Sekarang buka semua pakaian mu”,
Aku pun melepas semua pakaian ku. Bapak juga melepas pakaiannya. Hanya meninggalkan celana pendeknya. Aku disuruh tiduran di ranjang, sedangkan bapak berdiri disamping.
“Susu mu besar juga nduk, pentil mu sudah ngaceng itu”, kata bapak.

Bapak membaca mantra-mantra lagi lalu menggosok dan meniup batu cincinnya.
“Aduuuhhhhh paaaaaakkkkk sudahhhhhhh”, aku menggeliat-geliat tidak karuan. Terlihat puting susu ku seperti ditarik-tarik, kadang seperti dipelintir.
Sedangkan liang peranakan ku berkecipak seperti diobok-obok. Aku orgasme berkali-kali namun bapak tak kunjung puas.

“Nduk buka celana bapak”.
Aku pun menurutinya, kemudian terkulailah sebuah penis yang besar. Ujung penis itu merah dan sungguh berotot.
“Cuci dengan air kembang itu”.

Ku turuti perintah bapak, ku ambil air kembang itu dan ku basuh pada penis bapak yang mulai mengeras.
“Hisap nduk, sedot”, perintahnya lagi.

Penis itu ku masukan dalam mulut, besar sehingga membuatku susah untuk meng-oralnya.
“Enaaakk nduuukkk, sedot lagi”, kata bapak.

Setelah itu bapak tidur terlentang diranjang lalu aku diminta naik keatasnya. Penis bapak menghujam ke vagina ku, namun sulit untuk masuk. Walaupun aku pernah melahirkan, liang kewanitaan ku tetap ku rawat.
“Aaaahhhh paakkk sakitttt”,
“Tahan sebentar”, bapak mendorong pinggulnya.
“Aaaaahhhhhhhh”, masuklah penis besar itu.
“Genjot nduk”,

“Aahhhh aaahhhhh ahhhhhh”, aku menggoyangkan pinggulku.
Bapak begitu menikmati servis ku. Aku makin ganas menggenjot bapak. Aku lupa diri, hubungan tidak lazim ini telah ku lakukan, antara mertua dan menantu.

Sekarang bapak mendorong ku, memposisikan ku menungging.
“Pelan paaakkk, gak muaaat”, kata ku.
“Apa yang gak muat?”,
“Vagina ku paaaakkkk, besarrrrr”,
“Apa yang besar”, bentak bapak lagi.
“Kontollll paakkkkk”, jawab ku.

Bapak terus menggenjot ku sambil tak henti-hentinya meremasi payudara ku. Sesekali ia, mengenyot puting susu ku dengan ganas.

“Paaaakkkk Mayaaa keluaaarrrr”, aku orgasme lagi.
“Crooooot croootttt croooott”, pejuh bapak memenuhi vagina ku.
“Nduk terimaa benihhh kuuu”, desah bapak.

Aku terkulai dalam pelukan bapak. Bapak membelai-belai rambut ku. Kami tiduran diranjang karena lelah.
“Kamu puas nduk?”, tanya bapak.
“Puass pak, capek”, jawab ku.
“Kamu ternyata binal juga”, kata bapak sambil meremasi buah dada ku.
“Bapak juga perkasa”.

Bapak lalu bangkit dan membuka almari tua nya. Dia mengambil sebuah kotak kayu, kemudian mengambil isinya. Bapak memberiku sebuah benda kuno, berbentuk seperti bunga Kantil. Terbuat dari emas tua.
“Ini buat kamu nduk, buat pengasihan, kamu bisa meluluhkan hati lawan mu, baik pria maupun wanita”, kata bapak.
“Iya pak”, aku mengangguk.
“Suami mu juga sudah bapak kasih, buat jaga diri dan wibawa”, tambah bapak lagi.

Bapak mengambil lagi sebuah batu kecil berwarna merah darah. Dia menyuruh ku duduk mengangkang lalu menempelkan batu itu dibibir vagina ku. Batu itu bergerak masuk kedalam.
“Lhooh pakk masukk sendiri”, aku panik.

“Ini aku titip khusus buat cucu ku Tony, biar dia yang ngambil, caranya seperti tadi, kamu ingat kan?”, kata bapak.

Aku hanya melongo kaget dan tak bisa menjawab.
“Apa pak, Tony?”.

Sudah tiga tahun berlalu namun aku masih terngiang pesan bapak tentang warisan buat Tony anak ku. Bagaimana mungkin aku melalukan ritual itu dengannya. Dia masih kecil, dan lebih parahnya dia anak kandung juga. Mungkin aku harus menunggunya sampai memasuki usia dewasa.

Mustika Kantil pemberian bapak selalu aku bawa kemanapun aku pergi. Aku juga rajin merawatnya dengan mencucinya dengan air kembang mawar. Anehnya mustika itu selalu mengeluarkan aroma wangi khas bunga kantil. Ternyata memang banyak manfaatnya. Banyak urusan kantor yang bisa terselesaikan. Masalah penagihan hutang piutang pun lancar. Sehingga aku mudah naik jabatan. Suami ku juga makin sayang dengan ku.

Pernah suatu malam aku pernah bermimpi ditemui oleh seorang anak perempuan mungkin usianya baru 15 tahun. Memakai kain jarik coklat dan rambutnya terurai panjang. Dia duduk ditepi sebuah sungai, kakinya menjuntai di air.* Dia selalu memberi tau jika ada yang berniat jahat pada ku.

Keesokan harinya aku kedatangan tamu dari divisi pemasaran. Orang itu bernama Pak Warsidi. Dia tidak begitu suka dengan ku karena aku terus naik jabatan. Siang itu dia masuk ke ruang kerja ku. Lalu duduk di kursi menghadap ku. Hanya diam dan menatap wajah saya.

“Mbak Maya saya tau tentang mustika pegangan mbak”, kata pak Warsidi.
“Lalu kenapa pak, toh saya tidak mengganggu yang lain”, jawab ku.
“Tapi itu mengganggu saya”,
“Terserah bapak, yang penting saya tidak berniat jahat dengan siapapun”.

Pak Warsidi lalu pergi meninggalkan ruangan ku.

Kemudian pada malam harinya saya mimpi didatangi orang berbadan besar. Badannya hitam, dengan perut buncit dan kepalanya botak. Orang itu hendak memukul saya namun anak perempuan belasan tahun itu menolong aku, sehingga aku selamat.

***
Hari sabtu aku libur, sedangkan suami ku siap-siap mau keluar kota. Anak ku Tony ada acara naik gunung. Kontan aku di rumah sendiri. Sepi rasanya dirumah, aku gunakan untuk bersih-bersih rumah. Jam 9 pagi ada yang mengetuk pintu. Aku keluar untuk membuka pintu. Ternyata Pak Warsidi yang datang.
“Iya pak, ada perlu apa?”, tanya ku ketus.
“Cuma mau ngomong sebentar mbak”, jawabnya.
“Ya sudah ngomong saja”,
“Masuk aja mbak, penting”,
“Iya silahkan duduk”, entah apa yang aku pikirkan malah menyuruh orang itu masuk.

“To the point saja pak”, kata ku lagi.
“Saya punya sesuatu mbak”, kata Pak Warsidi seraya membawa sesuatu berbungkus kain putih.
“Apa ini?”,
“Keris mbak”, dia membuka kain itu.
Seketika tubuh ku terasa panas dingin seperti masuk angin.

“Aduh kenapa ini?”, kata ku kaget.
“Ini buat mengambil mustika mbak”,

“Mbak tau kan mustika yang mbak bawa itu bisa menarik setiap orang”, kata pak Warsidi lagi.
“Aahhhhh badan kuhhhh”,

Pak Warsidi menghunus keris itu dari sarungnya. Warnanya kuning emas, berbentuk seperti dua ekor naga yang ekornya saling melilit. Keris itu diletakkan diatas meja dalam posisi berdiri ujungnya dibawah.

“Kita lihat lebih kuat mana pusaka kita?”, tambah Pak Warsidi.
“Lepaskan saya paaakkkk”, aku memelas.
“Tau gak, mustika bunga kantil mbak itu bisa menarik orang-orang sakti untuk menikmati tubuh sampeyan, saya mau buka aura mbak biar makin banyak yang datang”, kata Pak Warsidi.

Seketika itu suasana menjadi suram, padahal saat itu masih siang hari. Rasanya ruang tamu ku dipenuhi oleh banyak orang. Ada yang berjanggut panjang, ada yang pendek, ada juga orang berbadan gemuk yang pernah menyerang ku.

“Ada apa kamu memanggil ku Di?”, kata seorang tua berjanggut panjang.
“Ini mbah hidangan baru, anak gadis desa”, kata Pak Warsidi.
“Ya sudah kamu yang atur”, kata orang itu lagi.

Aku dibaringkan diatas karpet, baju ku juga sudah lepas semua. Lalu badan ku langsung diserang oleh orang-orang itu.

“Badan mu memang bagus Maya, sudah beranak juga masih kenyal”, kata Pak Warsidi.

“Jangaaan pakkkkk, jangann perkosaa sayaaa”, kata ku.
Badan ku diraba-raba oleh Pak Warsidi. Payudara ku diempotnya habis-habisan. Rasa geli menjalar diseluruh tubuh ku.

“Mbah boleh pinjam raga saya kalau mau coba badan Maya”, kata Paka Warsidi.
“Cukup kamu saja Di”, aku titipkan ke kamu.

Pak Warsidi melanjutkan menikmati tubuh ku, sedangkan orang banyak itu masih berdiri mengelilingi ku.

“Tempik mu rapat juga ternyata, tempik mu bagus buat menghasilkan keturunan, sayangnya anak mu cuma satu”, puji Pak Warsidi sambil mengobok-obok vagina ku.
“Sudahhhhh Pakkkkkkk”,
“Mustika ini memang buat anak mu, jadi biar dia yang ambil”,

“Di ini perempuan yang jaga dia”, kata seorang yang berperut buncit.
Anak gadis itu diseret dan diikat oleh mereka. Gadis yang sering muncul dalam mimpi ku.

Aku langsung diposisikan duduk diatas pangkuan Pak Warsidi. Bibirku dilumatnya habis-habisan. Air liur kami bercampur jadi satu. Payudara ku terus diremas-remas olehnya. Aku dibaringkannya lagi, kaki ku dibuka lebar-lebar lalu vagina ku dijilatinya dengan lahap.

“Aaauuuhhhhhh gelliiiiii”,
Lidah Pak Warsidi liar menjelajahi vagina ku, bahkan menyentuh dinding rahim ku. Dia melepas celananya dan mengeluarkan penisnya yang besar dan berurat. Penis itu terus berkedut-kedut seperti vibrator. Aku disuruh mengempot penis itu.
“Ini sedot dulu Maya”, perintah Pak Warsidi sambil menyodokkan penisnya ke mulut ku.
“Sedot kontol ku Maya”,
“Aaaahhhhgggggggg”, aku tersedak.

Penis itu berkedut-kedut dalam mulut ku. Sesekali dia menghentakkan pinggangnya sehingga dia seperti sedang mengentot mulut ku.
Posisinya ganti lagi, aku dibaringkan dan dia langsung menindih badan ku. Tanpa basa-basi penis besar itu langsung membobol vagina ku.
“Ini rasakan kontol naga”, kata Pak Warsidi.
“Pelan paaakkkk besaaaarrrrr”, kontol itu terus berdenyut-denyut mendesak dinding rahim ku. Rasanya kontol itu masuk begitu dalam, ngilu sampai diujung kepala.

“Aaaahhh aaaaaahhh aaahhhh akuuuhhhhh keluaaaarrrr paaaaakkkk”, aku orgasme.
“Terus Maya enaakkk”.
Sekarang aku ada diatas Pak Warsidi dia senang melihat ekspresi wajah ku. Kini ganti aku yang mengentot lelaki 40 tahun itu.

“Akuuuhhh kelllluuaarrrr lagiiiii”, aku orgasme beruntun.
Posisi diatas membuat ku orgasme berkali-kali. Tiba-tiba Pak Warsidi membalik badan ku dan memposisikan menungging.
“Aku mau coba yang ini”, katanya sambil menusukkan Penis nya di anus ku.
“Jangannnnn disituuuuuu pakkkkkaaaahhhhhhh”, aku tak kuat menahan sakit.
“Uuhhh sempit Maya”,
“Aaaahhhhhhhh sakittttttt”, anus ku serasa robek dientot olehnya, tangannya juga sibuk memainkan klitoris ku.

Setelah puas dengan anus ku dia membalikkan badan ku dan menindih ku. Aku dientotnya habis-habisan. Dia begitu kuat dan perkasa menghajar ku.

“Sekarang aku titip mustika di itil mu, biar kamu makin binal dan satu lagi dirahim mu, besok anak mu yang ambil, biar dia juga dapat ilmu ku”, kata Pak Warsidi.

“Aaahhhh akuuuuuhhh keluaaarrr”, aku orgasme yang sangat dahsyat. Hingga air pejuh ku muncrat-muncrat.
“Crooottt crootttt crrrrrooooottttttt”, pejuh Pak Warsidi keluar didalam rahim ku.

“Terima ini Maya, kamu akan jadi binal”, bersama pejuh Pak Warsidi keluar, ada dua buah batu warna putih besar dan kecil. Yang besar tinggal didalam rahim ku dan yang kecil menempel di kelentit ku kemudian hilang.

“Mbah sekarang lepaskan si Kembang Kantil itu”, kata Pak Warsidi pada makhluk aneh itu.
“Maya sekarang kamu jadi perempuan yang disukai oleh semua orang, bahkan makhluk kasat mata”.
“Ampunn pakkk”, aku menangis.

“Sudah tak apa-apa, kamu pasti menikmatinya nanti”, jawab Pak Warsidi sambil meremasi susu ku.

Lalu suasana jadi makin gelap, aku tidak ingat apa-apa. Aku tertidur dalam keadaan belepotan sperma dan tanpa busana di ruang tamu.

***
“Mah, bangun mah, mamah kenapa tidur disini?”, Tony membangunkan ku.
Aku tak bisa menjawab dan hanya lari menuju kamar ku.

Aku semakin sering diganggu paranormal nakal dan juga makhluk halus. Ada yang berwujud manusia maupun siluman. Sebenarnya aku mau cerita dengan suami ku namun dia tak kan percaya. Dia pasti mengira aku mengada-ada.

Suatu malam aku mimpi didatangi oleh raja siluman buaya. Dia mau menikahi aku namun aku menolaknya. Kemudian siluman buaya itu memperkosa ku. Didalam mimpi ku itu aku digarapnya habis-habisan. Penisnya keras dan bersisik mirip dengan kulit buaya. Seumur-umur baru kali itu aku mendapatinya. Aku dibuatnya hamil hingga punya anak siluman buaya. Ketika aku terbangun rasanya lelah sekali.

Aku sudah tidak kuat rasanya. Sebenarnya aku ingin minta bantuan mertua ku. Tapi aku masih bingung. Akhirnya ku beranikan diri untuk menelponnya.
“Halo Pak, ini Maya”,
“Iya nduk ada apa?”,
“Maya gak kuat Pak, Maya semakin sering diganggu bangsa halus, Maya harus gimana?”,
“Bapak sudah tau semuanya, besok pas kamu libur ajak anak mu ke kampung, kita cari solusi”,
“Iya pak”. Aku mematikan telpon.

Weekend itu aku ajak Tony ke kampung. Sedangkan suami ku sedang dinas luar kota. Sesampainnya disana langsung ku ceritakan semua pada Bapak mertua ku. Tony anakku belum tau tentang warisan itu.

“Yasudah nduk, kamu istirahat dulu, nanti malam kita ritual lagi”, kata bapak.
“Jangan pak, ada Dewi dan Nardi juga”,
“Bukan disini, nanti malam bapak kasih tau”.
Aku hanya mengangguk menurut.

Jam sepuluh malam aku di ajak bapak keluar. Tony juga ikut, namun hanya diberi tau mau cari obat buat ku. Jalannya gelap dan melalui sawah juga ladang. Akhirnya tiba di tempat yang dituju. Berupa sebuah rumah joglo dari kayu. Didalam nya ada tempat tidur dan beberapa kursi. Tidak ada lampu, penerangan menggunakan lampu minyak.

“Sekarang kalian duduk. Tony kamu tau kalau mamah mu sering diganggu makhluk halus”,
“Tau kek, Tony sering lihat yang keluar masuk kamar mamah, apa lagi kalau papah keluar kota”,
“Nah sekarang kamu tau, obatnya itu ada di kamu, kamu yang bisa ngobati”,
“Maksudnya kek?”,
“Mamah mu dikaruniai lubang peranakan yang istimewa, dia menurunkan anak yang istimewa. Dulu kakek memagarinya dengan mustika yang nantinya bisa kamu ambil. Namun ada orang nakal yang membalik fungsi mustika itu sehingga mamah mu jadi disukai makhluk halus”.
Tony cuma diam mendengar penjelasan mertua ku.
“Sekarang kita mulai ritualnya, Tony kamu duduk di kursi itu, Maya kamu berbaring di dipan”, kata ayah mertua ku.
Segera aku menuruti perintah mertua ku. Aku disuruh membuka semua baju ku dan hanya mengenakan kain jarik sebagai penutup.
Kulihat mertua ku mengambil batu cincin yang dulu dia pakai untuk memaikan ku dan juga sebuah keris berwarna hitam legam. Batu cincin itu pun kembali ditiup oleh mertua ku. Dalam sekali tiup tubuh ku langsung menggeliat-geliat.
“Aaahhhh paaaakkkk gelliiiiii”, kata ku.
“Tahan sebentar nduk, kita ambil dulu pasangan dari Warsidi”.

Batu cincin itu digosok oleh mertua ku secara bersamaan, otomatis aku mendesah tidak karuan. Payudaraku serasa dikenyot-kenyot, sedang vagina ku seperti di kocok-kocok. Aku semakin lupa diri hingga akhirnya kain itu tersingkap. Tony hanya melongo melihat tubuh telanjang ku. Sesekali gunung kembar ku bergoyang membuat Tony menelan ludah melihatnya. Keris itu diletakkan disamping tempat tidur. Kemudian mertua ku melepas pakaiannya dan berdiri disamping ku.

“Nduk disedot dulu senjatanya”, perintah mertua ku sambil menyodorkan penisnya.
“Ssrruuuuupppttt ssrrrruuuppppttt ssrruuuuupppttt”, suara ku mengulum.

Sambil aku servis, mertua ku tak henti-hentinya meremasi payudara ku. Dia memainkan susu ku dengan gemas.
“Besar ya nduk, montok, tapi pentilmu kecil”, puji mertua ku.

Tony semakin tidak tahan, duduknya pun mulai tidak tenang. Kemudian emutan ku pun dilepaskan, ganti payudara ku yang disedot. Tangan mertua ku juga mulai mengobok-obok vagina ku.
“Sudahhh paaaaaakkkkkkk, Mayaaaaa kelluuuuuaaarrrr”, aku orgasme dihadapan anak ku.

“Liat Ton, lobang mamah mu bercahaya, tandanya dia siap digarap”, kata mertua ku. Tanpa menunggu panjang lebar mertua ku langsung menindih tubuh ku. Dibenamkannya penis besarnya di liang peranakan ku.
“Aaaahhhhhh paaaaaakkkkk besaaaaarrrr”,
“Apa yang besarrr nduk?”,
“Kontooolllll muuuuhhh paaaaakkkk”,
“Bilang ke Tony yang jelas”,
“Kontoooolll kakekkk muuuuuhhhh besaaaarrr Ton, maannntaaaabbbb”, aku meracau tak karuan.

Belum sempat bernafas, aku lalu dibaliknya. Aku di garap dari belakang, penisnya mendesak-desak itil ku sehingga aku kegeliaan.
“Mayaaaaa gaaakkkk kuaaaaaatttt aaaaaaaahhhh”, aku orgasme lagi kali ini lebih dahsyat sampai muncrat-muncrat.
“Bapakkk jugaa ndukk”,
“Crrrroooooottttt crrrroooottt crrrrroooooootttttt”, pejuh mertua ku keluar banyak, hingga meleleh keluar.

Aku masih lemas dibuatnya, aku terlentang diatas dipan.
“Tony, sekarang gantian kamu”,
“Apa kek?”, Tony kaget.
“Kamu yang melanjutkan ritualnya, ambil mustika dalam tempik mamah mu”,
“Maya cuci vagina mu dengan air kembang ini”, perintah mertua ku.
Aku menurutinya dan aku panggil Tony untuk mendekati ku. Tanpa menunggu lama, aku buka pakaian anak ku. Aku terkejut karena penis anak ku cukup besar untuk anak usia SMP. Lalu aku hisap kontol anak ku sendiri. Sungguh sensasi luar biasa, bisa menikmati darah daging ku sendiri.
“Ssrrruuuuppttr ssrruuuppttt ssrrruuuppptttt”,
“Aahhhh gellii maaahhhh”,
“Crroooottt croooootttt crrooootttt”, pejuh anak ku keluar banyak.

“Kok sudah keluar sayang, mamah belum”,
“Maaf mah”, Tony hanya menunduk malu.
“Sini mamah tetekin”, ajak ku sambil memeluk anak ku. Dia menyedot payudara ku dengan kuat, seperti kehausan.

“Tony, kamu mau minum air susu mamah mu”, kata mertua ku.
“Mau kek”,
Mertua ku lalu memijit tangan ku dan menggosok cincinnya yang berbentuk bukit kembar itu.
“Aaahhhhh susu kuuuhhh kencennnnggg”,
“Ssrrrooppt ssrooopppt srrooopppttt”, suara Tony menyedot susu ku.

“Enak kan nang?”, tanya mertua ku.
“Enak kek”, Tony makin ganas menyusu.

Setelah itu penis anak ku tegang lagi, bahkan lebih kuat. Langsung ku bimbing penis itu menuju liang kenimatan ku.

“Aaaauuuuhhhh enaaakkk sayangggg”,
“Iya maahhh sempiiittt”,
“Sekarang kamu genjot mamah”,

“Aaaahhh aaaaauuhhhh aauhhhhhh, kamu pinterr sayangggg”, desah ku.
“Mamah juga enakkkk”.
“Sekarang kamu tiduran, biar mamah yang diatas”.
Aku mengambil posisi diatas sehingga Tony bisa menikmati goyangan maut ku. Dia terus menghisap puting susu ku sambil menikmati jepitan vagina ku.

“Aaahhh Tony mau keluarrrr mahhh”,
“Bareng mamahhhhsayangggggg”,

“Aaaahhhhhhhhhhhhhh”,
Croooott crroooooooottt crrroooottttt”, kedua cairan cinta kami bersatu dalam rahim ku.

Ketika aku penis Tony aku cabut keluarlah beberapa mustika. Baik dari Bapak mertua ku maupun dari Warsidi.
“Apa ini kek?”, tanya anak ku.
“Ini semua punya kamu, itu buat menjaga kamu dari bahaya, bisa juga menambahkan aura kewibawaan”, jelas mertua ku.

Kami lalu pulang ke rumah mertua ku. Aku juga sudah lega badan ku tak lagi terasa panas maupun berat. Ketika dijalan Tony sempat berbisik pada ku.
“Mah, Tony nanti minta lagi”.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk padanya.

Aku sekarang sudah tidak diganggu makhluk halus lagi. Hati ku jadi lebih tenang sekarang. Hanya saja aku harus melayani dua orang lelaki yang aku sayangi yaitu suami ku dan juga anak ku. Ilmu warisan dari kakeknya sudah diwarisi di usia mudanya. Belum lagi mustika yang dari Pak Warsidi juga sudah dia ambil.

Setiap malam setelah melakukan hububgan dengan suami ku, aku langsung menuju kamar anak ku untuk main dengan nya. Kadang aku sering dibuatnya kecapaian tidak karuan.

“Mah, papah pernah minum susu mamah?”, tanya anak ku sambil menyusu.
“Enggak sayang, yang bisa keluarin susu mamah kan cuma kamu”,
“Apa tak buat keluar terus aja?”,
“Jangan ah”, kata ku sambil memeluk anak ku yang mulai beranjak dewasa.
“Mah besok ada arisan disini ya?”,
“Iya sayang, kenapa?”,
“Gak kok mah, masukin yuk”,
“Sini sayang”, aku bimbing penis anak ku masuk ke lobang ku.

Semakin hari semakin pintar saja dia memanjakan ku. Aku sering dibuatnya kewalahan. Tiga jam lebih disodoknya sampai aku lemas tak berdaya.
***

Bulan ini aku dapat giliran arisan. Tidak banyak anggotanya mungkin sekitar 30an orang. Sebenarnya ini hanya sarana untuk ngumpul dan sharing sesama wanita. Semuanya sudah menikah karena mereka seumuran dengan ku.

Saat sedang ramai-ramainya acara, aku kebelakang untuk mengambil minum. Terdengar suara berbisik dari kamar Tony anak ku.
“Wah besar ya ton”, suara seorang wanita sedang posisi jongkok didepan anak ku.
“Ya segitu tante, coba dipegang”,
“Iihhh anget kedut-kedut”, kata wanita itu.
“Hisap tante”,
“Iya ton hmmmmmnffff”.
Wanita itu ternyata Sasa, teman ku. Dia sedang mengoral penis anak ku. Aku bukannya marah namun malah makin terangsang melihatnya.

“Tony mau susu tante”,
“Ini Ton”, Sasa membuka bajunya dan mengeluarkan bukit indah nya.
“Wah montok tante, pentilnya hitam”,
“Cepat sini diminum, aaahhhhhh pelaaannnn Tonnn”.
Payudara Sasa memang besar dan indah terawat. Walaupun sudah beranak dua tubuhnya masih langsing. Wajahnya yang manis membuatnya makin menggoda. Tony makin ganas mengenyoti buah dada Sasa.
“Jepit disini tante”, Tony mengarahkan penisnya ke belahan dada Sasa.
“Iyaaahhhh enaaakkk”, Sasa menjepit penis Tony, sedangkan Tony memainkan puting Sasa.

“Aaauuhhhh, terus Tony tante suka”, desah Sasa.

Aku buru-buru membawa minum keluar, takut yang lain menunggu. Semua sibuk ngobrol sehingga tidak ada yang menyadari Sasa pergi. Setelah beberapa saat aku ingin masuk untuk mengamati Sasa dan Tony.

Ketika aku kembali masuk, kulihat Sasa sudah naik diatas Tony.
“Aahhhh aahhhh aaaaaahhhh sodok yaaangggg dalaammmmm”, dasah Sasa.
“Enak tantee meki nyaa”,
“Tante mau keluuaaaarrrr aaahhhh aaaaaahhhh”, Sasa orgasme.
“Tony mau keluarr tante”, kata Tony.
“Sini Tonn”, Sasa langsung mengoral penis Tony.
“Crooooot crrooooott ccroootttt”, pejuh Tony nyemprot di mulut Sasa dan kemudian dia telan.
“Enak tante?”,
“Enak banget Ton, makasih ya?”.

Sasa beranjak meninggalkan kamar Tony, aku langsung keluar. Takut ketahuan kalau sedang mengintip dia dan Tony. Setelah arisan aku coba tanya pada Tony apa yang Sasa lakukan dengannya.
“Tante Sasa ngapain di kamarmu?”,
“Nyoba ilmu mah”, jawab anak ku.
“Kok gitu?”,
“Dia bawa pegangan, katanya buat pemikat lawan jenis, eh malah dia yang kepincut sama Tony”,
“Terus kenapa malah main gitu?”,
“Itu yang main bukan tante Sasa tapi pegangannya”,
“Iya uda, jangan diulangi lagi mamah gak suka”,
“Iya mah, Tony janji nggak nakal lagi”, akhirnya anak ku minta maaf dan menyesalinya.
Beberapa hari ini hujan deras mengguyur dari pagi hingga malam. Suasana hening memenuhi malam itu. Aku memang sudah biasa dirumah hanya berdua dengan Tony. Suami ku memang sering keluar kota untuk mencari nafkah.

“Mah ada yang mau datang”, kata Tony.
“Siapa Ton?”, tanya ku.
“Dua orang mah, bawa pusaka pula, ini kuat mah setingkat pusaka kakek”, jelas Tony.

Terdengar suara mengetuk pintu depan. Lalu Tony pergi untuk membukanya.
“Ada perlu apa?”, tanya Tony.
“Nggak sopan namanya berbicara seperti itu dengan orang lebih tua”, kata salah satunya.
“Biarkan kami masuk”, kata yang lain.

Mereka lalu masuk kedalam dan duduk diruang tamu.
“Pak Warsidi…”, kata ku kaget ternyata yang datang Pak Warsidi dan seorang temannya.
“Apa kabar Maya?”, jawab Pak Warsidi.
“Ada perlu apa kesini?”, tanya Tony lagi.
“Nama ku Karjo, aku kesini mau nyoba ilmu kamu anak kecil”, kata teman Warsidi.
“Aku tidak mau, sekarang silahkan pulang”, jawab Tony tegas.
“Kalau kamu tidak mau, berarti aku ambil ibu mu”, kata Warsidi.
“Tidak ada hubungannya dengan mamah”,
“Kami kesini memang mau nantang kamu buat dapatin Maya”, kata Karjo.

Tiba-tiba petir menyambar semakin keras dan hujan makin lebat menguyur. Mereka duduk saling berhadapan dan saling memandang tajam.
“Kamu minggir Di, anak ini lawan ku. Kalau kamu bisa mengalahkan ku ibu mu aku lepaskan, tapi kalau tidak mulut ibu mu harus nyuci pusaka kami”, kata Karjo menantang.
“Aku tidak mau mamah jadi taruhan, kalau berani ayo duel”, kata Tony.
“Kalau kamu tidak mau, aku langsung serang ibu mu”, Warsidi menambahi.
“Kalu kamu diam berarti kamu setuju, kita mulai”, Karjo mengeluarkan keris berwarna hitam dan langsung menghunusnya.
Dia komat-kamit membaca mantra, sedangkan Tony mengeluarkan Batu Mustika Berwarna merah menyala. Aku sendiri juga takut karena aku lah yang jadu taruhannya. Badan mereka bergetar, mata Tony terpejam rapat. Beberapa saat kemudian Tony terpental kebelakang, kursinya seperti terdorong kebelakang. Dia nampak kesakitan setelah jatuh terpental, aku langsung menolongnya.

“Hahahahaha kamu kalah anak kecil, sekarang mulut ibu mu harus nyuci pusaka kami”, kata Karjo.
“Aku tidak rugi mengajak mu kesini Jo”, kata Warsidi.
“Sini Maya, kamu harus nyuci pusaka kami pakai mulut mu, atau anak mu kami serang lagi”, kata Karjo.
“Kalian sungguh jahat beraninya dengan anak kecil”, aku menangis melihatnya.
“Maafin Tony mah”, kata Tony.

Aku langsung menghampiri mereka, terlihat senyum diwajah mereka. Mereka menyuruh ku melepas celana mereka satu persatu. Keluarlah dua penis besar yang sudah tegang menantang. Penis Karjo besar dan panjang juga dipenuhi urat-urat.
“Sini Maya kulum kontol ku”, kata Karjo.
“Hhmmmfftt hhmmmmmffffttt”, aku dijejalinya dengan penisnya hingga ke tenggorokan.
“Aahhh enaaakk bener sedotannyaaaa, benar kata mu Di”,
“Gantian aku Maya, ini kontol naga hahahaha”, Warsidi menarik wajah ku dan menyodokkan Penisnya ke mulut ku.

Mulut ku digarap oleh mereka hingga aku kewalahan meladeni mereka. Satu penis di kulum dan satunya dikocok, begitu seterusnya.
“Aku keluaaaarrr”, teriak Karjo.
“Ccrrroooottt crooooottt crooooottttt”, pejuh Karjo memenuhi mulut ku.

“Gantiannn aku Mayaaa”, kata Warsidi.
“Croooooottt croooooot crooooottttt”, pejuh Warsidi menyemprot dalam mulut ku.

Mulutku dipenuhi sperma mereka. Warsidi membekap mulut ku dan menutup hidungku sehingga aku harus menelan pejuh mereka. Mereka tertawa puas mengerjai mulut ku.

“Kalian sudah puas, sekarang pergi”, bentak ku sambil menangis.
“Jangan begitu Maya, ini baru permulaan”, kata Karjo.
“Kami mau dapat servis tubuh mu”, kata Warsidi.
“Hei nak, kamu masih berani melawan kami, atau ibu mu kamu serahkan secara cuma-cuma”, kata Karjo.
“Aku masih bisa melawan mu”, jawab Tony dengan kesakitan.

Tony langsung berdiri menantang Karjo namun dalam sekali hentak anak ku pun jatuh tersungkur. Aku langsung memeluknya dan membawanya duduk di kursi.
“Maaf mah, Tony nggak kuat melawan mereka”, kata Tony memelas.
“Kamu bukan lawan ku nak hahahaha”, kata Karjo.
“Belajar dulu sana, ibu mu biar kami yang jaga ahahahaha”, kata Warsidi.
“Bawa dia ke kamarnya Di”, kata Karjo.
“Ayo Maya ke kamar”, kata Warsidi sambil menarik ku.

Aku dihempaskan ke ranjang pengantin ku. Mereka langsung menindih ku. Pakaian ku langsung di buka dan seluruh tubuh ku langsung digarap mereka. Tony mengikuti dari belakang hanya bisa diam dan melihat aku digarap dua pria paruh baya itu.

“Jadi ini tubuh lontenya orang pinter Di, bagus juga”, kata Karjo.
“Masih kenceng semua kan Jo”, jawab Warsidi sambil meremasi payudara ku.

“Aku mau yang bawah dulu Di, kamu yang atas”, kata Karjo.
Warsidi melumat bibirku sambil meremasi bukiy kembar ku. Puting ku pun dipelintir-pelintirnya. Vagina ku dijilati oleh Karjo, jari-jarinya pun sibuk mengobok-obok lubang peranakan ku. Klitoris ku tak henti-hentinya dia kocok. Aku tak kuasa mehanan perkosaan itu hingga aku mendesah.
“Aaaaahhhh ahaaaahhhhh aaaaaahhhhhh”,
“Lonte ini keenakan Jo, hajar lagi”,
“Aaaahhhhh sudaaahahhhhhh aaaaakuuhhhhh kellluuaaaarrrr”, aku orgasme dan cairan ku langsung disedot Karjo.
“Wuihhh seger tenan pejuhnya Di”, kata Karjo.

Tanpa ragu-ragu penis besar berotot Karjo langsung dibenamkan dalam vagina ku. Sedangkan Warsidi sibuk menyusu pada payudara ku.
“Pelaaaaaannnn paaaakkkkkk besaaarrrrr”, aku kesakitan.
Karjo tidak peduli dan semakin giat menyodok vagina ku. Klitoris ku ikut tergesek sehingga aku menggeliat dibuatnya.
“Aku mau nyoba yang belakang”, kata Warsidi.
“Jangan paaaaakkkk aaaaahhh”, tanpa menunggu lama anus ku disodok Warsidi.

“Ahhhhhh aaaaahhhhhh aahhhhhhhh aaaahhhhhhhuuuhhhhhh”, aku mendesah sakit bercampur nikmat digarap depan belakang. Posisi Karjo tidur terlentang dan aku berada diatasnya sedangkan Warsidi diatas ku menyodok anus ku. Aku dibuatnya orgasme berkali-kali. Keringat dan cairan kami membasahi ranjang pengantin ku.

“Aku keluaaarrrrr, terimaaaa anakkkk kuuuuu aaahhh”,
“Jangannnn didalammmmmm”, aku memelas.
“Crooooottt crrroooottt crooooottt crooooooootttt”, pejuh Karjo menyemprot di rahim ku. Aku takut karena ini masa suburku dan aku belum suntik KB.
“Gantian aku Jo”, Warsidi ganti menusuk vagina ku.

“Aahhh pelaaannn paakkkk”,
“Enakkk banget jepitaaann mu Maya, ini terimaa jugaaa anakkk kuuu”,
“Jangannn pakkkkk sudahhhhhhh”,
“Croooottt crooooottt crooooottt crooooottt”, pejuh Warsidi juga keluar dalam liang rahim ku bercampur dengan pejuh Karjo.

Tiada puasnya mereka menggarap ku. Aku diperkosa berkali-kali, pejuh mereka dikeluarkan dalam vagina ku dan anus ku. Aku menangis karena takut hamil anak mereka. Sedangkan Tony juga lemas tak berdaya setelah melawan Karjo.

“Terima kasih ya nak, ibu mu enak sekali, besok kita pinjam lagi hahahahaha”, kata Karjo sambil tertawa.

Setelah digarap Warsidi dan Karjo badan ku benar-benar lemah tak berdaya. Anak ku Tony juga terluka cukup parah. Lalu ku coba menghubungi mertua ku untuk membantu mengobati. Mas Diky suami ku, aku hubungi untuk pulang karena keadaan kami yang sakit cukup parah. Aku ceritakan semua kejadian serangan dari dua orang jahat itu. Suami ku marah besar dan ingin mendatangi Warsidi dan Karjo namun ditahan oleh Bapak nya. Karena memang lebih baik mencari obat dulu untuk ku dan Tony. Perut ku sering mual-mual, aku takut jika harus hamil anak dua orang biadab itu. Akhirnya diputuskan untuk mencari obat di tempat seorang ahlu spiritual.

Aku, Suami ku, Tony, dan mertua ku pun berangkat ke tempat itu. Lokasinya cukup jauh memerlukan waktu berjam-jam untuk menjangkaunya. Tak tau sampai dimana namun seingat ku jalannya seperti pegunungan. Akhirnya sampailah kami disebuah rumah tua. Tempatnya begitu tenang, cocok untuk bersemadi. Kami lalu ditemui oleh seorang pria tua berjanggut panjang kira-kira sebaya dengan mertua ku.

“Permisi Mas Warseno”, kata mertua ku.
“Wah Marno, lama tidak main kemari”, sapa pria tua itu.
“Iya kebetulan lagi banyak keperluan”,
“Sudah pensiun juga masih sibuk saja, mari masuk”.

Kami lalu masuk, mertua ku langsung mengutarakan tujuan kami datang. Mbah Warseno pun menerima kami dengan senang hati. Katanya kami harus segera melalukan ruwatan.

Setelah makan malam kami pun memulai ritual nya. Mbah Seno menyiapkan segala sesaji untuk ritual untuk kami.

“Semua nya harus terbuka, semua harus ikhlas, harus menerima kenyataan. Tidak bisa berlanjut jika ada salah satu dari yang hadir disini menyembunyikan masalah. Untuk masalah persyaratan lain-lain biar nanti saya dan Maya yang urus”, kata Mbah Seno menjelaskan.

“Disini urutannya yaitu mengobati Maya dan Tony terlebih dahulu, baru berlanjut untuk memagari keluarga. Namun sekali lagi harus mau legowo terutama Mas Diky”, tambah Mbah Seno.
“Iya mbah saya mengerti”, jawab suami ku.

Aku diperintahkan untuk duduk bersebelahan dengan Tony. Suami ku dan mertua ku duduk agak jauh.
“Kemarin kamu diserang habis-habisan ya sama orang itu, keluar didalam juga kan?”, tanya Mbah Seno.
“Iya mbah mereka keluar didalam saya”, jawab ku.
“Sekarang kamu buka celana mu dan duduk diatas kain putih ini”.

Setelah aku melepas celana ku, terpampanglah vagina indah ku yang ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus. Mbah Seno membakar kemenyan dan badan ku menjadi agak panas.
“Nak kamu pegangi ibu mu dari belakang”,
“Ya mbah”, Tony memegangi ku dari belakang.

Kemudian Mbah Seno membaca mantra seketika itu pula kaki ku terkangkang vagina ku terasa terbuka. Dari dalam vagina ku seperti ada yang mau keluar.

“Mbaaahh keluuuaaarrrr apaaa iniiiiiihhhh?”, kata ku kaget.
“Tenang saja ini mani orang itu”.

Maka keluarlah cairan putih kental cukup banyak dari rahim ku. Cairan itu bergerak-gerak sendiri seperti punya nyawa.
“Kalo ini dibiarkan, kamu bisa hamil anak Jin, pegangi ibu mu Ton”, jelas Mbah Seno.

Badan ku yang letih lalu di pegang anak ku dari belakang. Cairan putih itu terus mengalir makin lama makin encer. Rasanya klitoris ku seperti ada yang merangsang sehingga membuat ku jadi geli.
“Aahhgggggggggg mbaaaahhhhhh”, aku mendesah.

Setelah selesai aku diminta membersihkan sisa lendir di vagina ku. Pakaian ku pun dibuka diganti menggunakan kain jarik. Aku perhatikan kontol Tony tegang selama memeluk ku tadi. Mungkin dia terangsang melihat vagina ku.

Doa-doa kembali dibacakan, untuk melawan rasa sakit yang kami derita. Selanjutnya aku dan Tony diminta untuk mandi kembang. Suami ku hanya diam saja, dia menunduk selama ritual itu.

“Tony, ini ada pusaka untuk mu, wujudnya Tombak, namanya KYAI TUNGGUL EMAS. Ini bisa kamu gunakan untuk sebagai sarana perlindungan tingkat tinggi. Lalu ini mustika SAWUNG SETA WANA, untuk menambah kejantanan mu”, kata Mbah Seno.
“Kalau cuma keris sekelas punya Karjo itu gak akan mampu melawan tombak ini Ton”.

Anak ku mengangguk tandanya dia paham akan penjelasan Mbah Warseno.

Hari semakin larut malam kami pun menuju kamar tidur masing-masing. Badan ku begitu lelah sehingga aku tertidur. Didalam mimpi aku didatangi Mbah Warseno. Dia menindih ku dan membelai rambut ku.
“Kamu memang cantik nduk, badan kamu memang bagus, pantas saja banyak yang suka”, kata Mbah Seno.

Lalu bibirku dilumatnya habis-habisan, aku sendiri seperti tak bisa menolaknya. Lidah nya liar menjelajahi mulut ku. Liur kami bercampur jadi satu. Tangan nya membuka baju ku, maka keluar lah buah dada indah ku. Bulat terpampang dengan puting mengacung. Dilahapnya payudara ku, Mbah Seno menyusu pada ku. Payudara ku dipijit-pijit olehnya lalu rasanya air susu ku mengalir deras.
“Sruuuuupppppttt sruuuuppppptttttt srrruuuuupppptttt”, Mbah Seno menyusu pada ku.
Sambil terus menyusu, tangan nya mengobok-obok vagina ku.
“Aahhhhhh mbaaahhhh geliiiiii”, aku mendesah.
Kini ganti klitoris ku dijilati olehnya. Sehingga aku blingsatan tak karuan. Posisi kami berubah menjadi 69. Aku kulum kontolnya yang mulai mengeras dan makin besar. Penis gemuk dan berotot.

Tanpa menunggu lama aku lalu di tindih nya. Penisnya merangsek masuk ke vagina ku.
“Aaaahhh tempikkk ku mbaaahhhhhh”,
“Jepitan mu yahuddd nduk, susu mu juga enakk”.

Aku digenjotnya dengan kuat. Makin lama makin cepat digenjotnya. Jari tangan Mbah Seno mengelitik liang anus ku, membuat ku menggeliat keenakan.
“Mayaaahhh keluaaaarrrrr mbaaahhh”, aku orgasme.
Mbah Seno membiarkan aku menikmati orgasme. Baru kemudian aku digenjot lagi. Aku benar-benar dimanjakannya. Ketika aku akan mencapai orgasme kedua ku penisnya dicabut dari lobang ku.
“Mbah kokk dicabutt?”,
“Kamu emut saja inih”, Mbah Seno menyodok kan penis itu ke mulut ku.

“Crooottt crooooott croooootttt”, pejuhnya keluar dalam mulutku.

“Kamu sudah aku jadikan istri ku. Kalau kamu mau lebih, kamu bisa nyari aku Maya”, suara Mbah Seno.

Ketika aku bangun, aku sadar kalau itu mimpi. Namun vagina ku basah dan mulut ku tercium bau sperma. Aku merasa canggung ketika bertemu Mbah Seno untuk pamitan.
Setelah semua selesai kami pun pulang dari rumah Mbah Seno.

Pulang dari Mbah Warseno, ilmu Tony jadi tinggi. Bahkan lebih kuat dari sebelumnya. Dia tidak pernah menunjukkan kemampuannya dengan sembarangan. Hanya saja dia masih dendam dengan Warsidi dan Karjo. Kadang di malam hari aku didatangi Mbah Warseno, entah mimpi atau nyata. Dia minta jatah dari aku. Setidaknya cukup satu lelaki tua saja yang menikmati ku daripada harus melayani makhluk-makhluk kasat mata.

“Mah, Tony mau pergi,” kata anakku.
“Malam-malam mau kemana?”,
“Keluar sebentar”,
“Hati-hati Ton”.

Tony pergi naik motornya, aku coba membuntuti dia dari belakang. Aku menjaga jarak agar dia tidak curiga. Cukup jauh jalannya dan makin masuk ke sebuah perkampungan. Kemudian dia tiba disebuah rumah, ternyata itu rumah Karjo.

Anak ku masuk ke rumah itu dan bercakap-cakap dengan Karjo. Aku mengintip dari luar, melihat apa yang mau dilakukan Tony. Sudah kusiapkan hape untuk menelpon suami atau mertua ku.

“Wah wah si bocah datang kesini, mau apa? Mau nyerahin tubuh ibu mu lagi?”, kata Karjo.
“Aku mau kita tanding lagi”,
“Boleh, ayo, lalu apa taruhannya?”,
“Kalo aku kalah aku turuti semua mau mu, kalo aku menang kamu yang harus turuti mau ku”,
“Ohh begitu, aku mau ibu mu”,
“Boleh saja asal kamu bisa mengalahkan ku” kata Tony lagi.

Lalu Karjo mengambil Keris pusakanya, dia membaca mantra-mantra. Sedangkan Tony mengeluarkan Tombak Kyai Tunggul Emas dari Mbah Warseno. Tiba-tiba Karjo bangkit untuk memukul Tony. Belum sempat menyentuh tubuh Tony, Karjo sudah terjungkal. Karjo terus menyerang Tony dengan kerisnya, namun Tony terus menghindar.
“Kuat juga sekarang kau bocah”, kata Karjo sambil mengusap keringat.
“Sekarang giliran ku untuk menyerang”, kata Tony sambil menghunuskan tombaknya ke arah Karjo.

Seketika itu Karjo seperti dihempaskan ke dinding. Dia terluka parah, sampai muntah darah.
“Bocah sialan”, kata Karjo.
“Sekarang kamu yang kalah, bagaimana?”,
“Apa mau mu?”, bentak Karjo.
“Aku mau istri dan anak gadis mu”,
“Aku tak mau menuruti mau mu”,
“Kalau begitu biar aku yang hajar mereka”.

Tony lalu mendatangi istri Karjo. Wanita itu nampak ketakutan melihat Tony mendatanginya.
“Ampun mas, jangan apa-apakan saya, jangan bunuh saya”, kata istri Karjo.
“Jangan kau ganggu istriku!”, bentak Karjo.
“Sudah kau diam saja, tua!”, Tony ganti membentak.
“Ampun maaasss”.

Anak ku lalu mengambil mustika Sawung Seta Wana miliknya. Setelah melihat mustika itu istri Karjo langsung diam dan menurut.

“Buka baju mu sekarang”, perintah Tony pada istri Karjo.
“Jangan Ton, kasihani dia”, kata Karjo.

Istri Karjo langsung membuka semua pakaiannya. Umurnya mungkin baru masuk 40an, badannya berkulit putih, wajahnya manis. Terlihat payudaranya yang besar agak kendor. Dengan puting hitam mencuat, kontras dengan warna kulitnya. Badan ku ikut panas melihat adegan itu.

“Siapa nama mu?”, tanya Tony.
“Ijah mas”, jawab istri Karjo.
“Susu mu bagus”, kata Tony sambil meremasi payudara Ijah.
“Aaahhhh sudahhhh massss”, Ijah malah mendesah.

Karjo ingin melawan namun tak bisa, tubuhnya dibuat kaku oleh Tony.

“Ijah, buka celana ku, hisap kontol ku”,
“Iya maass”, Ijah membuka celana Tony dan langsung mengulum penis anak ku. Mulut Ijah dijejali penis Tony yang makin membesar. Membuatnya susah untuk bernafas. Aku sendiri juga kaget melihat penis Tony.
“Aku mohon, lepaskan istri ku”, Karjo memelas.

Tony menikmati kuluman Ijah sambil meremasi Payudara yang mirip pepaya itu.
“Jo, susu istri mu bagus, kayak pepaya”, kata Tony sambil memelintir puting Ijah.

“Jah, kontol ku enak tidak?”, tanya Tony.
“Enakk massss, gede”, jawab Ijah sambil mengulum kontol Tony.
“Enak mana sama kontol suami mu?”,
“Enaaaakkkk kontoooollll muuuuu masssss”, jawab Ijah sambil mendesah karena klitorisnya di gosok Tony.

Kemudian Ijah dibaringkan diatas sofa. Kakinya dibuka lebar, sehingga vagina nya terpampang jelas.
“Wah jembut mu lebat”, kata anak ku.
“Iyaaahhh”, jawab Ijah.
“Ini aku pasangi mainan buat kamu, dulu Karjo memasang mustika ini di itil ibu ku”, kata Tony sambil menempelkan batu mustika kecil di klitoris Ijah.
“Auuhhhhffffffttt kenapaaahh inii itilll kuuhhhhh gateeeelllll”, desah Ijah.

Ijah lalu bangkit dan menggosok-gosokan vaginanya ke kulit sofa. Jarinya ditusuk-tusuk kan kedalam mengaduk-aduk liang vaginanya.
“Nonok kuuu Gaaatttteeelllllll massssssss”, desah Ijah.
“Gak apa-apa, nanti torok mu jadi makin rapet dan kamu bakal jadi wanita binal. Semua ini seperti yang dilakukan suami mu pada mamah ku”, kata Tony.

Ijah memelas minta segera dientot namun Tony tidak menurutinya.
“Telpon anak perempuan mu suruh pulang, nanti aku entot kamu”, perintah Tony.
“Jangan Jahh”, kata Karjo lemas.
Tanpa menunggu lama Ijah menelpon anaknya.

“Sudah massss dia pulanggg, sekarang entot akuuuu”, kata Ijah.
Tony lalu membaringkan Ijah dan menusukkan penisnya ke liang vagina Ijah.
“Auuhhhhhhh gede massss, enaaakkkk”, desah Ijah.
“Torok mu jadi sempit Jah”,Tony terus menggenjot tubuh Ijah tanpa henti.
“Rasanya tempik ku kayak diaduk-adukkkkk, uhhhhhh akuuuuhhh kelluuuaarrrrrr”, kata Ijah menikmati orgasme.

Ketika sedang mengentot Ijah tiba-tiba anak perempuan Karjo datang. Dia melongo melihat ibunya digenjot Tony. Belum sempat berbicara, dia langsung kena sirep mustika Sawung Seta Wana milik Tony. Anak perempuan itu diam tak bersuara.

“Kemari nduk, siapa namamu?”, tanya Tony.
“Santi mas”, jawab anak perempuan Karjo.
“Umur mu berapa?”,
“Sembilan belas”, jawabnya.
“Lihat ini ibumu keenakan aku genjot”.
Santi terdiam memandang ibunya yang terus mendesah.

Tony lalu menarik gadis itu dan melumat bibirnya yang ranum. Sambil berciuman Tony meremasi bulatan pantatnya.

“Bokongmu semok nduk”, kata Tony pada anak perempuan yang pantasnya jadi kakaknya.
“Buka baju mu biar kita bisa lihat tubuh semok mu”, kata Tony sambil tetap menggenjot Ijah yang sudah mulai lemas.

Santi menuruti dan membuka semua pakaiannya. Badannya masih sekal, padat dan tercium aroma khas wanita. Lagi-lagi Tony melumat bibirnya, lidah mereka saling beradu. Tangan Tony meremasi bulatan payudaranya yang cukup besar. Anak ku begitu suka pada bulatan itu. Sesekali dia melumat puting payudara Santi.
“Susu kuhh gateeelll, sedottt maassss”, desah Santi.
Tony malah menghentikan permainannya pada payudara Santi sehingga dia mengelinjang. Setelah beberapa saat baru di sedotnya lagi. Tangan Tony dengan lembut membelai liang kewanitaan Santi yang ditumbuhi sedikit rambut.

“Sssssssahhhhhhhhhh”, suara Santi mendesis keenakan.
Karjo hanya diam tak bisa berbuat apa-apa melihat anak dan istrinya digarap Tony.

Terdengar bunyi kecipak dari vagina Santi, ternyata Santi sudah orgasme. Tangan Tony yang belepotan cairan Santi di masukkannya dalam mulut Ijah. Dengan penuh nafsu Ijah menjilati jari Tony.
Setelah puas main dengan Ijah dia melepaskan penisnya dari liang Ijah. Wanita itu benar-benar kepayahan dibuatnya. Anak ku lalu mendorong kepala Santi agar melumat kontol nya.
“Sedoti ini nduk”,
“Iyahhh”.

Tony merem melek menikmati lumatan Santi. Anak ku bener-bener kuat, sedari tadi belum orgasme.
“Mas Tony haus?”, tanya Ijah sambil menyodorkan payudaranya yang mirip pepaya.
“Iya sruuupppppttttt sruuupppppptttt”, Tony menyedoti puting Ijah.
“Suami mu emang pinter, susu istrinya disimpen buat aku”, kata Tony sambil tetap menyusu. Bergantian bagian kiri dan kanan sampai habis.

Tony lalu berbaring di karpet dan Santi naik ke atasnya. Penis besar milik Tony langsung menghujam vagina Santi.
“Aaahhhhhhhhhhhhhhhhh”, Santi mendesah dibarengi dengan keluarnya darah perawan Santi.
Anak Karjo makin ganas menggenjoti Tony. Pantatnya bergoyang-goyang, kontol mengebor rahim Santi.
“Jilati telur ku Jah”, perintah Tony.
Ijah lalu menungging dibelakang Santi sambil menjilati zakar Tony. Sesekali klitoris Santi pun dijilati Ijah.
“Akuuu gakkk kuaaattttaaaahhhh”, Santi orgasme luar biasa. Pasrti ini adalah permainan cinta pertama Santi.

Tony menarik Santi hingga posisi menungging. Penisnya diarahkan ke anus Santi. Anak ku menggenjot Santi dari belakang, mirip gaya anjing.
“Liat ini Jo anak mu aku sodok anusnya”,
“Aauuhhhhhhhffffff perihhh masss”.


Anak ku terus menggenjotnya tanpa ampun. Ijah diarahkan untuk menyusu pada Santi. Sehingga anak gadis itu benar-benar kegelian. Entah berapa kali Santi dibuat orgasme.
Kemudian Tony membaringkan Tubuh Santi dan menindihnya. Penisnya kembali menggempur liang rahim Santi.

“Aku mau keluaaarrr, terima anak kuuuhh”, kata Tony.
“Crooooooooottttttttt croooooooooottttt croooooooooooooottttttt”, banyak sekali sperma Tony membanjiri rahim Santi. Sperma Tony meluber keluar dari vagina Santi.
Santi terkapar disamping Tony.
“Jah, telpon Warsidi suruh kemari, biar dia juga menokmati tubuh Santi”, perintah Tony.

Ijah hanya mengangguk dan menurutinya. Setelah beristirahat penis Tony kembali dilumat oleh ijah.

“Nduk, Santi, ambil keris milik bapak mu”, perintah Tony. Santi pun berjalan dan mengambil keris itu.
“Sekarang kamu tiduran”, perintah Tony lagi.
Tony mengaduk-aduk liang rahim Santi, hingga dia kegelian. Lalu gagang keris itu ditempelkan pada bibir vagina Santi. Seketika itu pula keris itu masuk dalam vagina Santi dan hilang.

Warsidi datang tapi tak menyadari keberadaan ku. Begitu masuk rumah Karjo, dia kaget melihat Karjo terkapar, sedangkan Ijah dan Santi berebutan melumati penis Tony.
“Hei Warsidi, apa kabar?”, kata Tony.
“Apa-apaan kamu ini, kurang ajar”.

Dengan Mustika Sawung Seta Wana, Warsidi langsung kena pelet. Seketika itu dia menurut pada Tony.

“Liat itu Di, badannya Santi semok, kamu gak pengen naik?”, tanya Tony.
“Iya mas”, jawab Warsidi.
“Kamu sudah gendeng Di, dia keponakan mu”, bentak Karjo namun Warsidi tak menghiraukan.

Tangan Warsidi langsung memeluk Santi dan melumat bibirnya. Jari-jemari Warsidi dengan lincah memainkan payudara Santi. Setelah puas melumat bibirnya, Warsidi beralih menjilati payudara Santi. Anak gadis itu menggeliat kegelian. Terus disedoti puting payudara Santi.
“Enak kan pentilnya Santi Di”, kata Tony.
“Enak banget mas”, jawab Warsidi.
“Kasih tau Karjo coba”,
“Jo, pentilnya Santi enak tenan!”.

Tanpa diperintah Ijah terus mengulum penis Tony. Sepertinya dia benar-benar nafsu dengan anak ku.

Lalu Santi disuruh jongkok oleh Warsidi dan diarahkan untuk mengulum penisnya. Warsidi merem melek menikmati kuluman bibir Santi.
Belum puas sampai disitu, Warsidi berbaring di karpet dan Santi berbaring terbalik diatasnya. Persisi seperti posisi 69. Dengan ganas mulut Warsidi menjilati vagina Santi. Tak mau kalah dengan pamannya, Santi melumat penis Warsidi. Anak ku sepertinya nafsu melihat adegan itu, dia lalu menarik ke pangkuannya. Tony menggenjot Ijah dalam posisi duduk sambil mengulum puting Ijah.

Warsidi yang sudah bernafsu, langsung menindih tubuh Santi. Penisnya dengan ganas menusuk vagina Santi. Desahan Santi makin menjadi-jadi membuat Warsidi makin nafsu.
“Aku gakkk kuaaaaatttttt”, Santi telah mencapai orgasmenya namun Warsidi tetap menggenjotnya. Suara vagina Santi berkecipak becek.

Sedangkan Tony benar-benar dimanjakan dengan jepitan vagina Ijah.
“Gimana Di, torok Santi?”, tanya Tony.
“Seret mas, sempit”, jawab Warsidi.
“Genjot dia, entoti, kalau perlu hamilin”, kata Tony.

“Aku mau keluaaarrrrr massssssss”, kata Ijah.
“Tahan dulu, kita keluar barengg”, jawab Tony.
“Croooootttt crooooooooooooottttt crooooooooottttttt”, pejuh Tony keluar bercampur dengan cairan orgasme Ijah.

“Semprot torok Santi Di”, teriak Tony.

“Ahhhhhhhh iyaaaaaa”, jawab Warsidi.
“Crooooootttt crooooooootttt croooooooottt”, pejuh Warsidi memenuhi rahim Santi.

“Jleeeeebbbb!”,
Tiba-tiba dari vagina Santi keluar Keris Karjo menusuk dari penis hingga ke perut Warsidi.
“Aaahhhhh matiiiii akkkuuuuuu”, teriak Warsidi.

“Hahahahhahaa mampus kamu Di. Keris dalam torok Santi memang aku buat keluar kalau kena pejuh, apa lagi kalau tak tau mantranya, pasti langsung mati”, kata Tony.

Warsidi pun terkapar bersimbah darah hingga mati.

Tony lalu berbenah pakaian, sepertinya dia mau pulang meninggalkan mereka.
“Santi sekarang kamu servis bapak mu biar bisa ngerasain jepitan tempik mu”, kata Tony sambil tersenyum.
“Iya mas”, jawab Santi sambil menindih Karjo.

“Kurangggg ajaaaaaaarrrrr kau Tonyyyy, sialannnnn”, teriak Karjo.

“Mas, Santi pengen itu”, kata ku pada Tony.

“Kenapa San, kamu sudah gatel lagi?”,
“Iya Mas, badan ku nggak enak kalo belum kena punya Mas Tony”,
“Sini masuk dulu”,
“Itu di kamar Ibu kok ada suara orang?”,
“Sudah biarkan saja, Mamah lagi ada perlu”.

Memang hati ku sudah ada yang punya, tapi untuk urusan ranjang aku cuma puas sama Mas Tony. Sebenarnya aku sudah dilamar oleh seorang pria, namun aku tak bisa lepas dari Tony. Walaupun Mas Jamal calon suami ku ada dirumah, aku tetap pergi sama Tony. Intinya aku gak bisa jauh dari Tony, walaupun dia lebih muda dari ku.

“Santi, aku mau ngajak kamu pergi”,
“Kemana Mas?”,
“Nanti kamu juga tau”.

Aku diajak Tony masuk ke dalam kamarnya. Aku diperintahkan untuk duduk ditepi ranjang. Tony duduk disamping ku sambil merapal mantra-mantra lalu menggenggam kuat tangan ku.
“Ikuti perintah ku, sekarang pejamkan mata kamu”, perintah Tony.
Dia membaca mantra lagi lalu mengusap-usap perut ku.

Setelah beberapa saat aku merasakan hawa dingin melewati tubuh ku. Makin lama semakin dingin. Tercium bau anyir menusuk hidungku.
“Dingin mas”,
“Jangan buka mata mu sebelum aku perintahkan”, kata Tony lagi.


“Santi bangun, buka mata mu”,
“Ah, dimana ini mas, kenapa gelap disini?”,
“Tenang saja, aku mau ketemu dengan seseorang”.
Saat ku buka mata ku, aku seperti berada didalam goa. Gelap dan lembab. Sayup-sayup terdengar suara tetesan air dari batu.

“Sudah datang ternyata kamu manusia”, terdengar suara seorang pria.
“Kemarilah, aku ada perlu dengan mu”, jawab Tony.
“Mau apa kamu?”,
“Aku bawakan kamu hadiah, mari keluarlah”.

“Siapa itu Mas?”, tanya ku.
“Kamu diam saja dulu San”, jawab Tony seraya meremas payudara ku.
“Uhhh mass geliii”.

Tony tak hanya meremasi payudara ku, bibir ku pun dilumat olehnya. Sesekali tangannya merogoh jauh kedalam liang kewanitaan ku. Klitoris ku pun tak luput dari serangannya.

“Massss sudaaaahhhhhh”, desah ku.
“Hey, apa kamu tak ingin menikmati gadis ini?”, kata Tony.

Tiba-tiba keluarlah makhluk itu. Dari kepala sampai perut wujudnya manusia namun dari perut kebawah bentuknya mirip kadal. Kakinya berbentuk cakar dengan kuku tajam, ekornya panjang bergerigi dengan ujung yang tajam pula. Makhluk itu dikelilingi oleh perempuan-perempuan cantik. Kurang lebih ada sepuluh orang perempuan secantik bidadari. Mereka mengenakan pakaian serba putih. Badan perempuan-perempuan itu bersinar layaknya cahaya.

Makhluk setengah siluman itu membawa sebuah tongkat dengan ujung berlian. Dia mengetukkan tongkat itu ke lantai dan seketika itu suasana berubah menjadi seperti istana. Lantai permadani indah, kursi dan meja indah. Langit-langit yang dihiasi dengan ukiran emas.

“Apa mau mu datang kesini Wongso?”, kata siluman itu.
“Aku hanya ingin memberi mu hadiah ini sebagai persembahan untuk mu”, jawab Tony.
Aku terkejut karena aku akan dijadikan tumbal oleh Tony. Apa maksudnya ini, kenapa Tony dipanggil Wongso.

“Baiklah, aku terima hadiah mu ini hahahahaha, kebetulan aku sudah lama tidak dapat manusia”,
“Ini aku serahkan pada mu”, jawab Tony.
“Kamu boleh menikmati semua hidangan disini dan juga selir-selir ku”, jawab Siluman itu.

“Aku tak mau mas”, kata ku.
“Sudah kamu diam saja, dia tak kan berani macam-macam dengan mu”, kata Tony.

Dengan ekornya yang panjang aku dibelit lalu ditarik ke pelukan makhluk itu.
“Siapa nama mu cah ayu hahhahahahaa?”,
“Sannntiiii”, jawab ku gemetar.
“Kamu boleh memanggil ku Soman hahahaha”.

Aku dilumat habis oleh siluman Soman itu. Lidahnya panjang membelit lidah ku. Liurnya bercampur dengan air liur mulut ku. Tangannya dengan sigap meremasi payudara ku. Pakaian ku kini sudah terlepas seluruhnya. Soman melotot melihat tubuh ku.
“Wah tubuh kamu bagus, pasti kamu belum punya momongan, masih sekel”,
“Ampun tuaaaannnnn”, puting payudara ku dipelintir olehnya.

Aku didudukkan diatas pangkuannya, puting ku kini disedot habis olehnya. Rasa geli merasuk diseluruh tubuh ku.
Kini aku dibaringkan pada lantai karpet. Ganti lobang peranakan ku dijilati olehnya. Lidahnya panjang dan bercabang diujungnya menjelajahi liang rahimku. Aku menggelinjang tak karuan dibuatnya.

“Sudaaahhhh sudaaaaaahhhhhhhh tuaaaaaannnn”, aku tak kuat menahan orgasme. Cairan vagina ku pun disedot olehnya.

“Seger ini Wongso”, kata Soman pada Tony.

Aku melihat ke arah Tony ternyata dia sedang ditemani oleh selir-selir dari Soman. Dia dilayani oleh perempuan-perempuan cantik itu. Tony terus memandang tajam kearah ku yang sedang dicumbui oleh siluman Soman.

Rasanya seperti dihipnotis oleh Soman. Aku menggeliat sejadi-jadinya. Rasanya seluruh badan ku seperti dialiri listrik.

Lalu Soman mengeluarkan batang kejantanan miliknya. Aku terkesima dibuatnya. Bentuknya panjang kekar dan bersisik. Ujungnya runcing seperti kuncup. Ujung penisnya bisa mekar seperti bunga dan mengeluarkan sulur-sulur kecil.

“Uhhh nikmat”, desah Soman menusuk liang rahim ku.
“Aaaahhhhhhhh”, aku mendesah.

Mata ku terpejam menikmati tusukan penis Soman. Sulur-sulur dari penis Soman merangsek masuk kedalam rahim ku. Rasanya sungguh luar biasa. Aku dibuatnya melayang. Klitoris ku seperti dipijit-pijit membuat ku semakin bergoyang.

“Cah ayu, aku perawani kamu untuk kedua kalinya”, kata Soman.

Aku tak dapat menjawab hanya mampu mendesah dan menggoyangkan pinggul ku.
“Ahhhh aaaaaasssssshhhhhhhh”, aku terus dientot oleh Soman.

Penis Soman seperti mekar didalam rahim ku. Membuat ku orgasme berkali-kali. Kemudian aku ditindihnya dan dientotnya lagi. Aku peluk erat-erat tubuh Soman.

“Akuuhhhh keluaaaarrrrrr sssshhhhhhh”, aku orgasme lagi.

“Cah ayu ini terima pejuh ku aahh”,
“Croooottt crooootttt crooooooottttttt”, pejuh Soman kental memenuhi vagina ku.
Aku terkapar lemas setelah digarap oleh Soman. Penis Soman tetap mengacung tegang ketika dicabut. Pejuhnya meluber dari vagina ku.

“Panggil begundal-begundal itu”, perintah Soman pada salah seorang Selirnya.

“Baik Tuan”.

Lalu munculah tiga orang makhluk berwarna hijau. Badannya kerdil, matanya bulat melotot, giginya nampak meringis tajam.
“Ada apa Tuan?”, tanya salah seorang dari mereka.
“Aku bawakan ibu untuk kalian”, kata Soman.
“Buat kami, terima kasih Tuan.
“Cepat kalian garap”, perintah Soman.

“Aku gak mau”, aku berusaha menolak namun tiga makhluk kerdil itu langsung menyergap ku.

Tangan ku dipegang erat oleh mereka. Kedua payudara ku langsung disedot. Mereka berebutan menyusu pada ku.

“Auuhhhh jangannn, sakitttt, jangan digigittttt”, aku berteriak.
“Uhhh enaknyaa”, kata mereka.
“Hey gantian, aku belum nyusu”,

“Sudah jangan berebutan”, kata Soman.

Tiada puasnya mereka menghisapi puting ku. Perih karena gigi mereka tajam bergerigi. Sesekali mereka juga menggigiti pentil susu ku.

“Jangan digigittt, ampunnnnn, Mas Tony tolongggg, pentil ku putus nantiiii”, aku berteriak-teriak.

Tiga makhluk itu makin ganas menggarapnku. Mereka mengeluarkan penis mereka yang sudah tegang. Penis besar dan berotot, tidak sebanding dengan ukuran badan mereka. Salah satu dari mereka menjilati vagina ku. Lidah mereka meliuk-liuk menusuk vagina ku. Satu orang lagi menjilati liang anus ku. Lidahnya dengan lahap menjilati lubang belakang ku. Sedangkan yang satu lagi sibuk menjelajahi bukit kembar dada ku. Digarap tiga orang makhluk aneh ini membuat ku kewalahan.
“Ahhhh jangan dijilatiinnn, jangan anusss kuhhh”.

Aku dipaksa mengulum penis mereka. Penis tegang itu bergantian menjejali mulut ku. Membuat ku makin kewalahan. Setelah puas main dengan mulut ku, mereka menusuk vagina dan anus ku. Tiga lubang ku digarap sekaligus. Ini pengalaman pertama ku.

“Uhhhhhhh aaaaaasssshhhhhhhhhhhhh”, aku mendesah menahan sakit bercampur geli.

Aku menjadi tontonan indah bagi Soman. Sedangkan Tony sedari tadi hanya diam saja. Rasa perih dari tiga lubang utama ku kini berubah menjadi rasa geli nikmat.

Mereka tak hentinya mengentot ku. Tanpa ragu mereka menyemprotkan sperma mereka di ketiga lubang ku. Mulai dari mulut, vagina, dan anus ku penuh dengan sperma mereka.
“Ini telan pejuh ku aaahhh”,
“Crooootttt crooooottt crooooottt”,

“Ini terima anak kuuuuhhh”,
“Aahhhh ini juga pejuh kuuu”,

“Croootttt croooottt crooooooootttttt croooottt”, pejuh mereka membanjiri tubuh ku.

Mereka lalu menghampiri Soman, sedangkan tubuh ku ditinggalkan begitu saja. Tubuh ku lemas terkulai dilantai karpet.

“Ini nikmat sekali Tuan Soman”,
“Iya tubuh perempuan ini benar-benar nikmat”, jawab Soman.

“Wongso hadiah mu ini istimewa sekali”, kata Soman lagi.
“Tentu saja, tapi coba kamu lihat tubuh mu”, jawab Tony.
“Apa maksud mu?”,
“Liat badan mu mulai kaku”, jawab Tony.
“Kamu apakan aku?”,
“Tubuh santi sudah aku pasang keris dan rajah racun, kalian pasti mati”,

“Kurang ajar kamu Wongsooo aahhhh”, Soman muntah darah dan kemudian kaku. Tubuhnya lalu menyusut dan berubah menjadi arca kecil berwarna emas. Selir-selir Soman hanya diam menunduk didepan Tony.
“Sekarang sudah tidak ada lagi Soman, kalian jadi bawahan ku”, jelas Tony.
“Iya Tuan Wongso”, jawab salah seorang selir.

“San, bangun, bersihkan badan mu, ayo kita pulang”, ajak Tony.

“Lalu nasib kami bagaimana”, kata orang kerdil yang tadi memperkosa ku setengah sekarat.
“Kalau kalian mau jadi abdi ku, aku obati kalian”,
“Baik Tuan, kami mau”.
“Kalian bakal jadi abdi Santi”.

Dengan tombak milik Tony, mereka disembuhkan. Tiga makhluk itu lalu mengikuti aku.

“Sudah ayo San, kita pulang, pejamkan mata mu”.

“Bangun San, kita sudah di rumah”, kata Tony.
“Ah iya mas”,
“Sekarang kamu bakal ditemani tiga orang abdi mu San, meraka adalah sejenis jin, akan selalu menuruti dan menjaga mu”,
“Mereka bakal menuruti ku ya Mas?”,
“Tentu saja”.

“Bu Maya, saya punya mainan baru untuk Ibu”, kata ku.




Posted By : Agen Judi Online

Baca Juga

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »